Lihat ke Halaman Asli

Teknologi dan "Pelambatan Ekonomi"

Diperbarui: 20 November 2017   23:12

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ekonomi. Sumber ilustrasi: PEXELS/Caruizp

Saya pernah ditanya oleh sesorang yang secara tiba-tiba penjualan majalahnya turun secara drastis, sebagai seseorang yang sudah berkecimpung didunia teknologi, saya melihat bahwa manusia mengikuti pola baru dalam mengakses informasi, perubahan  membawanya pada sebuah jaman dimana untuk mengakses informasi tidak diperlukan lagi majalah atau Koran, cukup buka gadget ketik informasi apa yang dibutuhkan dan hanya dalam hitungan detik semua data tersaji dalam sebuah alat hasil 'Perubahan Jaman'.

Sebelum era teknologi berkembang pesat, kita sering melihat dan membaca tentang kisah sukses manusia hanya sebagai loper Koran dan menjual majalah dipinggir jalan. Kisah-kisah ini sering menginspirasi kita, tetapi secara tiba-tiba kisah itu hilang begitu saja tanpa meninggalkan jejak, dan bahkan tidak sedikit orang-orang yang dulu menikmati hidup dari berjualan Koran dan majalah hidup dalam keprihatinan.

Cara manusia dalam menikmati music, mungkin menjadi hal yang paling cepat berubah yang dapat kita lihat dalam kehidupan sehari-hari, dulu orang menikmati music dengan memutar sebuah piringan besar, kemudian berubah dalam bentuk pita, lalu cd dan sekarang semua music ada dalam wujud yang tak terlihat tapi tetap bisa dinikmati lewat cloud dan sejenisnya.

Akhir-akhir ini kita dibuat tidak percaya dengan begitu banyaknya gerai toko yang tutup, yang efeknya membuat penganguran baru dinegri ini, banyak orang melihat ini disebabkan oleh 'Pelambatan Ekonomi'.

Teknologi perlu dimasukkan sebagai 'Alasan' atas perlambatan ekonomi ini, Secara tidak langsung teknologi mengubah cara manusia dalam berinteraksi dan bersosialisasi. Teknologi mengubah cara manusia untuk mendapatkan barang dan jasa. Sehingga banyak system formal dimasyarakat yang 'ditabrak' oleh teknologi, cara berinteraksi masyarakat secara mengejutkan berubah dengan drastis, banyak orang yang kaget, banyak juga orang yang tersenyum manis.

Terus bagaimana Teknologi mempengaruhi 'Perlambatan Ekonomi'? secara tradisi negri ini tingkat pertumbuhan ekonomi kita masih ditopang oleh sektor konsumsi masyarakat, walapun ada kabar baik yang menyebutkan dalam 2 tahun ini pertumbuhan ekonomi kita sudah lebih besar didukung dari sektor pariwisata. 

Itu artinya jika masyarakat malas berbelanja maka akan ada sektor ekonomi yang terpukul sangat keras, dan yang sangat disayangkan sektor-sektor yang terpukul ini menyedot cukup banyak pekerja dan akhirnya memuntahkan cukup banyak pengangguran baru dinegri ini, makanya tidak heran menurut sebuah survey menyebutkan tahun ini terdapat sekitar 10 ribu pengguran baru.

Bisa dikatakan, cara teknologi memperlambat ekonomi dengan cara yang sangat cepat, dia mengubah cara orang berbelanja, mengubah cara orang dalam menghabiskan uang. Dari dulu pakar keuangan sering membuat cara-cara belanja yang benar, yakni mulai dari membuat list daftar barang yang akan dibelanjakan, terus memperhitungkan kira-kira berapa total belanja dan membawa uang ketempat belanja sesuai dengan perhitungan yang sudah dihitung diawal, tapi sayangnya mayoritas masyarakat indonesa gagal dalam menimplementasikan ini.

Akibatnya kita sering berencana hanya membeli sikat gigi keindomaret atau sejenisnya tapi nyampe rumah menenteng 2 plastik besar di tangan kanan dan kiri, kita hanya berniat membeli sepatu kemall, tapi ketika pulang sudah sekalian dengan celananya dan juga bajunya, belum lagi sebelumnya kita mampir ke KFC, minum-minuman dingin, makan cemilan dll.

sering kita hanya niat nyari makan malam keluar rumah, tapi sayangnya malah keluyuran tidak jelas, awalnya berniat makan nasi goreng tapi ujung-ujungnya mampir diwarung padang ditemani tehmanis, ngopi dulu dll. Ketika nyampe rumah baru kita hitung pengeluaran kita jauh melebihi budget awal yang kita perkirakan, bahkan bisa sampai 3 kali lipat dari rencana awal. Dan kita menyesal sebentar dan besok terulang lagi.

Kita kurang menata keuangan kita, menghabiskan pendapatan pada komsumsi yang tidak kita perkirakan sama sekali, dan ini terjadi terus menerus secara berulang-ulang. Hingga akhirnya teknologi datang yang mengubahnya secara tidak sadar. Ketika kita belanja online, yang kita rencakan cuman beli baju yang nyampe rumah cuman baju, ketika kita pesan belanjaan dengan go-mart yang datang sesuai dengan apa yang kita rencakan awal, tidak ada embel-embel tambahan lain, ketika belanja makanan dengan go-food hal yang sama juga terjadi, semua sampai sesuai dengan pesanan awal.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline