Lihat ke Halaman Asli

Gemilang Roberto

www.solotrip.id

Overland to Flores Part I: Komodo National Park

Diperbarui: 17 Juni 2015   07:21

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

14308364031263696887

[caption id="attachment_415271" align="aligncenter" width="560" caption="Overland to Flores Part I: Komodo National Park"][/caption] #Terima kasih yang telah menggerakkan saya menulis. Semoga bermanfaat :) Pulau Nusa Nipa atau lebih dikenal dengan sebutan Flores adalah bagian dari Provinsi Nusa Tenggara Timur yang sedang hits karena keindahannya. Sejak salah satu partner pergi berlibur setahun lalu dan pulang dengan membawa segudang cerita tentang keindahannya lengkap dengan foto + album Ivan Nestorman (musisi lagu-lagu Flores) saya janji sama diri saya sendiri, saya harus ke sana. Saya tepati janji itu sekitar sebulan yang lalu. Niatnya memang backpacker-an. Sebelum berangkat, beberapa rekomendasi dari teman dan Google menyarankan untuk naik bus malam terusan Surabaya - Sumbawa biar nggak ribet. Tapi saya pikir, akan lebih seru dan tidak membosankan kalau bisa berhenti di berbagai tempat, jadi saya pilih estafet. [caption id="" align="aligncenter" width="512" caption="Overland to Flores Part I: Komodo National Park"]

as

[/caption]

Surabaya - Labuan Bajo

Minggu, tanggal 24 Agustus 2014 saya berangkat dari Surabaya dengan bus malam menuju Banyuwangi turun di Pelabuhan Ketapang (optional: bus malam jurusan Denpasar / kereta api jurusan Denpasar). Berangkat kira-kira pukul 21.00 WIB, berhenti di daerah Situbondo untuk istirahat makan malam, dan sampai di Pelabuhan Ketapang dini hari sekitar pukul 2.00 WIB. Kapal Ferry rute Ketapang - Gilimanuk tersedia hampir setiap jam. Kapal saya berangkat tepat pada pukul 3.00 WIB dan sampai di Gilimanuk pukul 5.00 WITA. Selamat datang di Bali. Siapkan KTP, karena keluar dari Pelabuhan Gilimanuk akan ada pemeriksaan identitas. Dari Pelabuhan Gilimanuk, saya harus melanjutkan perjalanan menuju Pelabuhan Padang Bai (dari ujung barat ke ujung timur Pulau Bali). Cukup berjalan kaki sekitar 10 menit dari pelabuhan, saya tiba di Terminal Gilimanuk. Sayangnya, saya terlalu pagi untuk menemukan bus rute - Gilimanuk Padang Bai (langsung). Alternatifnya, saya harus ke Terminal Ubung Denpasar dengan bus mini (sekitar 5 jam perjalanan), lalu estafet dari Ubung ke Padang Bai (1,5-2 jam). Lapaaaar saya, makan siang dulu di warung sekitar terminal sambil mengumpulkan informasi untuk perjalanan selanjutnya. Pukul 11.55 WITA saya sudah siap menyeberang dari Pelabuhan Padang Bai (Bali) menuju ke Lembar (Lombok) dengan kapal Ferry selama 4 jam (kapal juga available hampir setiap jam). Akhirnyaaaa, setelah 4 jam mati gaya di atas kapal, sampai juga di Pulau Lombok. Beruntung ada 2 teman (Firman & Andhika) yang baru saja turun dari Gunung Rinjani akan ikut menemani perjalanan saya ke Labuan Bajo. Kami bertemu di pelabuhan dan langsung melanjutkan perjalanan ke pelabuhan selanjutnya. Pak Selamet, guru sekaligus partner kami yang baik hati mengantarkan kami dari Pelabuhan Lembar ke Pelabuhan Khayangan (2,5 jam). [caption id="" align="aligncenter" width="517" caption="Thankyou, Pak Selamet! : Kami berempat menuju Pelabuhan Khayangan."]

as

[/caption] Kira-kira pukul 19.00 WITA kami tiba di Pelabuhan Khayangan (Lombok) dan siap menyeberang ke Pelabuhan Pototano (Sumbawa). Sejauh ini, kapal penyeberangan selalu ada setiap jam. Kami bertiga berpisah dengan Pak Selamet di Pelabuhan Khayangan. Beristirahat sejenak, kemudian siap menyeberang pada pukul 19.30 WITA, waktu tempuhnya 1,5 jam. Selama penyeberangan, lagi-lagi kami mengumpulkan informasi rute dan transportasi menuju Labuan Bajo yang paling mudah. Tiba di Pelabuhan Pototano pukul 21.00 WITA, sudah cukup malam dan sulit menemukan bus ke Sumbawa Besar pada malam hari. Kami memutuskan untuk ikut dengan salah satu travel lokal dari Pototano menuju Terminal Sumbawa Besar, masih 2 jam lagi perjalanan untuk sampai di terminal. (Optional : Bus malam dari Mataram - Sumbawa Besar/Bima). Hari semakin larut, pukul 23.00 WITA kami tiba di Sumbawa Besar. Terminal di sana sudah sangat sepi dan gelap, kami kehabisan bus. Kantor petugas terminal juga sudah tutup, bahkan toilet umum pun tutup. Beruntung ada beberapa warung kopi di seberang terminal yang buka hingga dini hari. Ibu pemilik warung dan beberapa pengunjung warung menginformasikan bahwa bus ke Bima tercepat akan tiba di Sumbawa Besar sekitar pukul 2.00 WITA dini hari. Ya sudahlah, sambil menunggu sambil beristirahat toh kami bertiga juga sudah capek.

Tips:

Hati-hati dengan calo bus di terminal. Memahami rute dan kisaran harga adalah bekal penting saat bepergian ala backpacker. Kami bertiga sempat ditawari beberapa opsi bus malam dan bus pertama yang berangkat subuh. Tentu saja, harganya jauh lebih mahal dari patokan harga acuan kami. Calo tidak akan menyerah dengan sekali penolakan. Hehehe. Lalu, bis umum di Terminal Sumbawa Besar bentuknya sama seperti mini bus (bus bumel) di Jawa. Harganya murah tapi sering berhenti (ngetem), jadi lebih lama sampai di Bima. Bis yang lebih cepat adalah bis malam (bis besar), biasanya ber-AC dan harganya lebih mahal, tapi juga pasti lebih cepat sampai. [caption id="" align="aligncenter" width="504" caption="6 jam dari Sumbawa Besar menuju Bima"]

as

[/caption] Bus besar terakhir yang kami tunggu terlambat, berangkat dari Sumbawa Besar pukul 4.30 WITA. Kami cukup kaget ternyata bus sudah penuh dengan bapak-bapak bersorban dan berpakaian jubah (apalagi cuma ada 2 perempuan termasuk saya dalam bus). Saya duduk di bangku paling depan dengan mbak-mbak di sebelah supir. Perjalanan 6 jam dengan laju bus yang lumayan kencang dan jalan penuh tikungan. Membunuh waktu, saya ngobrol dengan penumpang di samping saya. Namanya Nisrina, mahasiswa STT Telkom yang pergi bersama satu lagi temannya, Moga. Ternyata kami sama-sama bertujuan ke Labuan Bajo. Dengan pertimbangan cost dan lain sebagainya, kami sepakat untuk share trip bersama. Hemat beeb .. Hehehe. Kami berlima akhirnya sampai di Bima, NTB. Bus kami stop sampai di terminal dan dilanjutkan dengan bus kecil ke Pelabuhan Sape (2 jam). Pemandangannya bagus, membuat kami sedikit melupakan rasa capek selama perjalanan. Informasi terakhir dari Google, kapal Ferry dari Sape - Labuan Bajo hanya ada sekali sehari dengan keberangkatan pukul 9.00 WITA pagi. Misalnya memang harus stay di pelabuhan malam ini tidak begitu masalah buat kami. Pukul 13.30 kami sampai di Sape. [caption id="" align="aligncenter" width="540" caption="Overland to Flores Part I: Komodo National Park"]

as

[/caption] Menyenangkan sekali, ternyata sejak bulan Juli 2014 kapal penyeberangan Sape-Labuan Bajo beroperasi dua kali sehari (pukul 9.00 WITA dan pukul 16.00 WITA), jadi bisa langsung berangkat tanpa harus bermalam di pelabuhan. Kapal baru diberangkatkan pukul 19.00 WITA, lama perjalanannya 7 jam. Benar-benar kesempatan untuk tidur. Dini hari (pukul 2.00 WITA) kami akhirnya sampai di Labuan Bajo (menunggu pagi, karena larut malam dan semua penginapan tutup, kami tidur di masjid).

(Keyword Rute : Purabaya - Ketapang - Gilimanuk - Ubung - Padangbai - Lembar - Khayangan - Pototano - Sumbawa Besar - Bima - Sape - Labuan Bajo / Total Waktu : +- 42 jam)

Labuan Bajo

[caption id="" align="aligncenter" width="521" caption="Overland to Flores Part I: Komodo National Park"]

as

[/caption] #Hari 1 : Pulau Padar - Pink Beach - Overnight near by Kampung Komodo Selamat pagi Pulau Komodoooooo! Nggak kebayang betapa senangnya saya akhirnya sampai di tanah Flores. Pagi-pagi sekali kami berkeliling mencari informasi boat sampai akhirnya menemukan yang paling oke. Setelah siap dengan segala keperluan, kami berangkat dari dermaga. Bersama kapten kapal, Pak Gogo dan asistennya Bang Ari kami siap mengelilingi Taman Nasional Komodo. Kapal baru berjalan kira-kira 500 meter, saya sudah dibuat speechless. 2 jam perjalanan menuju Pulau Padar. Rasanya seperti sedang bersandar di tepi pulau pribadi. Tenang dan indah. Airnya jernih dan pasirnya berwarna pink. [caption id="" align="aligncenter" width="540" caption="Pulau Padar siang itu jadi pulau pribadi kami."]

as

[/caption] [caption id="" align="aligncenter" width="540" caption="Pulau Padar"]

as

[/caption] [caption id="" align="aligncenter" width="540" caption="Koral ini ternyata biangnya, yang bikin pasir jadi pink."]

as

[/caption] "Yuk kalau sudah puas di sini, kita lanjut. Masih ada banyak pulau yang bagus," kata Pak Gogo. Naik ke atas kapal, ternyata kami tidak langsung berangkat. Ada makan siang perdana di atas kapal. Percayalah, apa pun makanannya kalau di atas kapal dengan pemandangan seperti itu pasti lahap. Istimewa.

Dari Pulau Padar, kami lanjut ke Pink Beach, surganya underwater di sini. Point interest-nya adalah berbagai jenis ikan yang ada di sini belum pernah saya lihat di tempat lain. Ikannya aneh-aneh (cuma berhasil dapat video saja). Koralnya, meskipun tidak se-colourful Pulau Menjangan, tapi tidak kalah cantik. Hingga hampir sunset kami menikmati Pink Beach yang menawan. [caption id="" align="aligncenter" width="462" caption="Merapat ke destinasi kedua : Pink Beach."]

a

[/caption] [caption id="" align="aligncenter" width="540" caption="Merapat ke destinasi kedua : Pink Beach."]

as

[/caption] [caption id="" align="aligncenter" width="540" caption="Merapat ke destinasi kedua : Pink Beach."]

as

[/caption] [caption id="" align="aligncenter" width="540" caption="Merapat ke destinasi kedua : Pink Beach."]

Merapat ke destinasi kedua : Pink Beach.

[/caption] [caption id="" align="aligncenter" width="540" caption="Merapat ke destinasi kedua : Pink Beach."]

Merapat ke destinasi kedua : Pink Beach.

[/caption] [caption id="" align="aligncenter" width="540" caption="Merapat ke destinasi kedua : Pink Beach."]

Merapat ke destinasi kedua : Pink Beach.

[/caption] [caption id="" align="aligncenter" width="540" caption="Merapat ke destinasi kedua : Pink Beach."]

Merapat ke destinasi kedua : Pink Beach.

[/caption] [caption id="" align="aligncenter" width="540" caption="Merapat ke destinasi kedua : Pink Beach."]

Merapat ke destinasi kedua : Pink Beach.

[/caption] [caption id="" align="aligncenter" width="540" caption="Merapat ke destinasi kedua : Pink Beach."]

Merapat ke destinasi kedua : Pink Beach.

[/caption] [caption id="" align="aligncenter" width="540" caption="Merapat ke destinasi kedua : Pink Beach."]

Merapat ke destinasi kedua : Pink Beach.

[/caption] [caption id="" align="aligncenter" width="553" caption="Bahagia itu hmmm..."]

as

[/caption] Takjub terlalu cepat di hari pertama. Tidak berlebihan ternyata saya memimpikan trip ke sini. Ini surga. Bukan, gladi bersih sebelum masuk surga beneran, amiiiiin. Boleh saya lanjutkan? Iya, masih hari pertama. Kami lanjut menuju kawasan pulau utama, Pulau Komodo untuk bermalam di tepi Kampung Komodo (tidur di kapal itu menyenangkan). #Hari 2 : Komodo Island (Loh Liang) - Manta Point - Gili Lawa - Overnight Gili Lawa Kebahagiaan saya masih berlanjut. Hari ini saya dan temen-teman bertemu dengan icon pulau ini, Sang Komodo Dragon. Bangun pagi ini jauh berbeda dengan pagi biasanya. Saat saya buka mata, saya nggak lihat tembok, yang dilihat laut lepas lengkap sama pemandangan pulau-pulau kecil dan sunrise. Ah, nggak tau lagi harus ngomong apa. Awesome? Indeed. Semakin asik lagi dengan sarapan pagi yang sudah disiapkan Bang Ari. Terima kasih, Bang Ari. Ladies and Gentleman, welcome to Loh Liang - Komodo National Park. Ada lebih dari 2.000 ekor komodo di pulau ini. Sebenarnya, komodo hidup di 4 pulau di kawasan Taman Nasional, yang paling terkenal adalah Pulau Komodo dan Pulau Rinca. Dibandingkan yang ada di pulau lain, komodo di Pulau Rinca relatif berukuran kecil tetapi paling ganas dan gesit. Sedangkan di Pulau Komodo (Loh Liang) ukuran komodo lebih besar tapi lamban. Komodo dibiarkan hidup liar dan mencari makanannya sendiri di sini. Babi hutan, ayam hutan, rusa, dan lain sebagainya merupakan fauna yang hidup berdampingan dengan komodo. Karena Komodo adalah binatang buas, setiap wisatawan wajib didampingi ranger. [caption id="" align="aligncenter" width="504" caption="Dari dermaga Pulau Komodo"]

as

[/caption] [caption id="" align="aligncenter" width="540" caption="Overland to Flores Part I: Komodo National Park"]

as

[/caption] [caption id="" align="aligncenter" width="540" caption="Overland to Flores Part I: Komodo National Park"]

Overland to Flores Part I: Komodo National Park

[/caption] [caption id="" align="aligncenter" width="540" caption="Overland to Flores Part I: Komodo National Park"]

Overland to Flores Part I: Komodo National Park

[/caption] [caption id="" align="aligncenter" width="446" caption="Overland to Flores Part I: Komodo National Park"]

as

[/caption] [caption id="" align="aligncenter" width="518" caption="Overland to Flores Part I: Komodo National Park"]

Overland to Flores Part I: Komodo National Park

[/caption] [caption id="" align="aligncenter" width="540" caption="Overland to Flores Part I: Komodo National Park"]

Overland to Flores Part I: Komodo National Park

[/caption] [caption id="" align="aligncenter" width="540" caption="Kami berlima + ranger."]

as

[/caption] Oke, mari move on dari Pulau Komodo dan menuju Gili Lawa. Mampir sebentar di Manta Point (habitat ikan pari berukuran sangat besar). Kami beruntung bisa melihat 2 ekor Manta saat itu. Umumnya, Manta banyak terlihat pada saat musim hujan. Setelah mendapatkan cukup rekaman video, kami lanjut ke destinasi berikutnya, Gili Lawa. Konon ceritanya, terdapat banyaaaak sekali lawa (kelelawar), tapi sekarang sudah jarang lawa yang bersarang di sana. Gili Lawa menawarkan panorama yang sangat indah di atas dan di bawah laut. Kami naik ke atas bukit menanjak sekitar 20-30 menit hingga sampai di puncak. Saya ingat, setahun lalu saya pernah membuat proposal perjalanan ke Flores untuk dipresentasikan kepada beberapa klien. Karena saya tidak punya dokumentasi probadi, saya ambil beberapa foto dari Google. Ternyata foto favorit yang saya jadikan halaman depan presentasi saya waktu itu adalah Gili Lawa, dan saat ini saya berdiri dengan mata kepala saya sendiri menyaksikan keindahannya. Awesome. Pau Nai Daku, Flores. Saya benar-benar jatuh cinta pada pulau ini. [caption id="" align="aligncenter" width="553" caption="otherside"]

as

[/caption] [caption id="" align="aligncenter" width="540" caption="otherside"]

as

[/caption] [caption id="" align="aligncenter" width="540" caption="Istimewa saat senja."]

as

[/caption] Puas dengan bukitnya, saya kemudian menikmati bawah lautnya. Karaktersitiknya hampir sama dengan di pulau-pulau lain di sini, sangat menyenangkan. Kami menghabiskan malam ini di kapal, menuju pagi. #Hari 3 : Kanawa Island - Bidadari Island - Labuan Bajo Hari terakhir sailing Komodo. Saya masih menantikan kejutan-kejutan cantik di sini. Hari ini kami mengunjungi Pulau Kanawa yang kini menjadi sebuah resort milik warga Italia. Dalam perjalanan, Pak Gogo bercerita, sudah banyak sekali kawasan di Labuan Bajo (termasuk TN Komodo) yang telah menjadi milik orang asing. Tidak dibeli, hanya dikontrak selama 75 tahun dan kemudian perpanjangan selama 75 tahun, begitu seterusnya. Agak sedih. Indonesia punya kita, tapi mereka tahu potensinya lebih cepat, mereka memanfaatkannya lebih cermat, kita justru sering terlambat. Kenapa memang punya view underwater yang indah. Resort-nya juga oke. Sayang sekali, jika tidak menginap di resort, kapal tidak boleh berlabuh ke dermaga, jadi saya harus berenang untuk sampai ke pulau. [caption id="" align="aligncenter" width="540" caption="Overland to Flores Part I: Komodo National Park"]

Overland to Flores Part I: Komodo National Park

[/caption] [caption id="" align="aligncenter" width="540" caption="Overland to Flores Part I: Komodo National Park"]

Overland to Flores Part I: Komodo National Park

[/caption] [caption id="" align="aligncenter" width="540" caption="Overland to Flores Part I: Komodo National Park"]

Overland to Flores Part I: Komodo National Park

[/caption] [caption id="" align="aligncenter" width="540" caption="Overland to Flores Part I: Komodo National Park"]

Overland to Flores Part I: Komodo National Park

[/caption] Pulau Bidadari jadi pulau terakhir kami di TN Komodo, puas-puas deh snorkling-nya. Sama sekali tidak terasa ternyata kami sudah melewati 3 hari berkeliling di sini. Berlama-lama di Pulau Bidadari, saya sepertinya tidak ingin mengakhiri trip ini. (sampai nggak sadar kameranya kotor. hiks) [caption id="" align="aligncenter" width="540" caption="Overland to Flores Part I: Komodo National Park"]

Overland to Flores Part I: Komodo National Park

[/caption] [caption id="" align="aligncenter" width="540" caption="Overland to Flores Part I: Komodo National Park"]

Overland to Flores Part I: Komodo National Park

[/caption] [caption id="" align="aligncenter" width="540" caption="Overland to Flores Part I: Komodo National Park"]

Overland to Flores Part I: Komodo National Park

[/caption] [caption id="" align="aligncenter" width="540" caption="Overland to Flores Part I: Komodo National Park"]

Overland to Flores Part I: Komodo National Park

[/caption] [caption id="" align="aligncenter" width="540" caption="Overland to Flores Part I: Komodo National Park"]

Overland to Flores Part I: Komodo National Park

[/caption] "Pak, saya nggak mau pulang," pesan saya ke Pak Gogo saat kapal sudah harus jalan untuk kembali lagi ke Labuan Bajo. Padahal sudah 3 hari dan 2 malam di kapal, putar banyak pulau dan masih merasa kurang. Hehehe. Sebelum pulang, Pak Gogo dan Bang Ari masak makan siang spesial untuk kami. Berat hati, tapi memang tidak ada perjalanan yang tidak berakhir. [caption id="" align="aligncenter" width="351" caption="Makaaaaaan...."]

Makaaaaaan....

[/caption] [caption id="" align="aligncenter" width="540" caption="Kami berlima + Pak Gogo dan Bang Ari. Terima kasih banyak!"]

a

[/caption]

***

Tips: Labuhan Bajo sangat terik saat cuaca cerah, bawalah sunblock atau semacamnya agar kulit tidak terbakar (jadi cokelat sih sudah pasti). Jika mabuk laut, sediakan antimo atau obat sejenisnya karena ombak cukup besar. Kamera anti-air adalah yang paling cocok dibawa untuk trip ini karena beberapa pulau kapal tidak bisa bersandar (harus berenang ke tepian). Bawalah lebih dari 1 memory card. Percayalah, tidak akan cukup hanya dengan persediaan memory 16 GB.

Closing Labuan Bajo ...

Setelah mendarat kembali di Labuan Bajo, kami menghabiskan waktu di salah satu resto favorit di sini. Sengaja kami bertemu dengan guru kami di sini, Pak Agus Puka. Menikmati sunset sembari saling bercerita tentang perjalanan kami yang mengesankan. Malam hari sebelum kami semua saling berpisah dan melanjutkan perjalanan masing-masing, Pak Agus mengajak kami makan malam di Kampung Kuliner. Lokasinya tepat di depan dermaga sandar ferry. Seafood kesukaan kami semakin istimewa karena ditraktir Pak Agus dalam rangka merayakan hari ulang tahunnya yang baru saja lewat. [caption id="" align="aligncenter" width="540" caption="Para para .. paradise"]

as

[/caption] [caption id="" align="aligncenter" width="358" caption="Para para .. paradise"]

as

[/caption] [caption id="" align="aligncenter" width="480" caption="Para para .. paradise"]

as

[/caption] [caption id="" align="aligncenter" width="480" caption="Para para .. paradise"]

as

[/caption] [caption id="" align="aligncenter" width="480" caption="Para para .. paradise"]

as

[/caption] [caption id="" align="aligncenter" width="400" caption="Selamat ulang tahun, Pak Agus!"]

as

[/caption] "Pulanglah dan ceritakan keindahan tempat ini ke teman-temanmu" - Pak Agus Puka- (masih ada perjalanan ke Desa Waerebo dan Kelimutu di Part II ....)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline