Lihat ke Halaman Asli

Ricky Pesik: Menakar Kekuatan Ekonomi Kreatif

Diperbarui: 24 Desember 2015   22:10

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption caption="Narasumber Kompasiana Nangkring bareng JNE (dokumen pribadi)"][/caption]

Beruntung sekali saya bisa hadir pada acara Kompasiana Nangkring bersama JNE pada Jumat 11 Desember 2015 yang lalu. Dengan tema Industri Kreatif pada Era Digital ini saya mengetahui secara utuh tentang problematika yang dihadapi oleh Badan Ekonomi Kreatif yang sebenarnya baru efektif beroperasi pada 15 September 2015.

Ricky Pesik selaku Wakil Kepala Badan Ekonomi Kreatif menuturkan bahwa efektifnya operasi BE KRAFT (singkatan Badan Ekonomi Kreatif) lantaran perlu waktu beberapa bulan untuk mencari dan melantik jajarannya setelah Triawan Munaf dilantik menjadi kepala BE KRAFT oleh Presiden Joko Widodo.

Ricky juga mengatakan bahwa landasan dibentuknya BE KRAFT ini karena potensi ekonomi kreatif di dunia sangat besar. Menurutnya, ketika goncangan ekonomi terjadi secara global, ekonomi kreatif tetap tumbuh di angka 6.1%. Hal ini tentu membuktikan betapa bidang ini berpotensi sangat luar biasa. Contoh paling sederhana, lihat Walt Disney, Amerika bisa maju pesat salah satunya karena brand Disney sebagai pelopor ekonomi kreatif.

Ketertarikan masyarakat secara global terhadap industri ini juga sangat tinggi. Terbukti dari besarnya jumlah film yang diproduksi selama seminggu. Tercatat jika Hollywood, Bollywood dan Nollywood jika digabungkan maka muncul angka 80 film perminggu. Bahkan ITunes mencatat sudah 25 milyar lagu didownload sejak berdiri dari tahun 1998.

Pesik menambahkan bahwa cita-cita besar BE KRAFT adalah memposisikan Indonesia sebagai pemain di panggung hiburan populer global. Caranya dengan membentuk badan yang terus menerus mempromosikan Indonesia secara berkelanjutan.

Tantangan lain menurut Pesik adalah tentang paradigma yang ada di masyarakat. Saat ini kuat sekali paradigma bahwa ekonomi dan kultur tidak bisa disatukan. Masing-masingnya berjalan sendiri-sendiri dan mencari keuntungan masing-masing. Paradigma baru yang perlu dibentuk adalah ketika ekonomi dan kultur digabungkan, maka mereka akan membentuk nilai baru secara keekonomian.

BE KRAFT ruang lingkupnya sangat luas. Tidak hanya soal film, musik dan televisi saja, BE KRAFT juga merambah pengembangan digital, arsitektur, interior desain, publishing, advertising, seni pertunjukan dan lain sebagainya.

Dalam pernyataan terakhirnya, Ricky Pesik mengingatkan bahwa BE KRAFT tidak bisa berjalan sendiri. BE KRAFT perlu masukan-masukan dari teman-teman pelaku industri kreatif secara langsung. BE KRAFT sadar, masalah-masalah terkait industri kreatif yang sudah dipetakan tidak bisa dipecahkan tanpa bantuan dari pelaku industri kreatif.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline