PERSAINGAN bisnis dalam beberapa minggu ini memanas. Persekongkolan dan pengkhianatan terjadi di mana-mana. Tak terkecuali di perusahaan tempat Papa Nova bekerja.
Papa Nova adalah seorang direktur di sebuah perusahaan jasa ternama di ibukota. Ia telah menekuni bidangnya sejak lepas dari kuliah. Berkat kepiawaiannya dalam bekerja, Papa Nova banyak menghasilkan pencapaian kerja yang luar biasa. Karirnya melesat di usia muda. Perusahaan yang dipimpinnya telah mengembangkan jaringan bisnis hingga ke manca negara.
Nova bangga memiliki ayah sekelas Papa. Tak ada yang pernah meragukannya, karena ia adalah anak Papa. Meski anak Papa tak hanya Nova. Nova banyak disukai teman-temannya. Tidak semata karena ia kaya, melainkan juga karena anak kesayangan Papa---di mana ribuan pekerja menggantungkan nasib kepadanya. Tanpa Papa Nova, perusahaan hanya sebuah ruangan berisi meja-meja dan beberapa orang yang duduk di belakangnya.
Di tengah memanasnya persaingan bisnis, mulai bermunculan isu-isu yang mengancam stabilitas. Terjadi manipulasi yang berdampak pada keuangan dan nasib ribuan pekerja di perusahaan. Papa Nova dituduh ikut andil dalam manipulasi ini.
Nova menjadi syok berat. Ia yakin Papa tidak bersalah. Semuanya hanyalah fitnah belaka. Papa Nova sudah berjuang mati-matian mengangkat perusahaan, tapi akhirnya menjadi begini. Orang yang banyak berjasa malah dituduh berkhianat. Nova tidak terima.
Tak berapa lama, Papa Nova dilarikan ke rumah sakit.
Publik menjadi ikutan syok. Bursa saham turut anjlok. Seorang perempuan malah kesulitan melahirkan bayinya, terkena dampak Papa Nova masuk rumah sakit. Sang suami menjadi kalap dan menggampar seorang petugas kebersihan rumah sakit yang kebetulan lewat di hadapannya tanpa bilang permisi.
Dampak sakitnya Papa Nova begitu menggemparkan dunia. Bahkan Presiden AS mengancam akan membombardir Korea Utara karena pemimpinnya kedapatan tengah mengolok-olok sakitnya Papa Nova.
"Ini tidak bisa dibiarkan!" tegas Presiden AS, dalam keadaan marah.
Menanggapi ancaman dari Presiden AS, jutaan rakyat Korea Utara malah santai. Mereka tetap menjalani aktivitas seperti biasa, sambil meluangkan waktu mengisi teka-teki silang di beranda rumah. Bahkan beberapa di antaranya mulai mendaftar kursus menjahit dan rutin senam aerobik di lapangan. Sakitnya Papa Nova adalah hal biasa yang tidak perlu dibesar-besarkan.
Pemimpin Korea Utara menilai pernyataan Presiden AS adalah pencitraan di tengah memburuknya perekonomian AS---yang mengharuskan jutaan orang menganggur dan mabok pil PCC. Di tengah krisis kepercayaan diri para pemimpin dunia, Korea Utara malah menyediakan banyak lapangan pekerjaan bagi para warga negaranya. Bahkan saking berlebihan, banyak tawaran pekerjaan dialamatkan ke negara-negara tetangganya. Termasuk China, yang notabene sekutu dekat AS.