Lihat ke Halaman Asli

Gema Bangsawan

Manusia Bukit Cendekiawan

Tetangga, antara Surga dan Neraka

Diperbarui: 15 Oktober 2022   10:41

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

ilustrasi bertengkar (sumber:https://lifestyle.okezone.com/)

Sebuah ajaran kebaikan menyatakan bahwa tetangga adalah keluarga terdekat. Orang yang pertama kali mengetahui susah dan senang kita. Berada dilingkungan masyarakat yang kondusif dengan tingkat simpati dan empati tinggi tentu akan memberikan kenyamana tersendiri dalam hidup bertetangga, namun akan berbeda jika lingkungan bertetangga kita berada dalam situasi yang "panas". Bertetangga merupakan sebuah seni dalam menjalaninya. Tidak semua tetangga memiliki tabiat dan niat yang baik. Karakter tetangga yang berbeda-beda tentunya harus dihadapi secara situasional juga. 

Menciptakan kondisi yang damai dan menyenangkan bagi kita yang bertetangga perlu dibina dan dipupuk dengan telaten. Tidak sedikit memiliki tetangga malah meruncing ke permusuhan dan saling menjatuhkan. Kondisi ini biasanya dijalani oleh para ibu-ibu dengan segala kelebihan dan kekurangan mereka sebagai manusia. Menggibah salah satu mata kuliah favorit dalam bertetangga. Mengupas hal-hal viral adan menyita perhatian banyak orang menjadi santapan nikmat dalam bertetangga. 

Kehidupan bertetangga yang saling peduli dan simpati satu sama lain dimasa ini pelan-pelan bergeser. Tinggal di flat atau apartemen yang merupakan gaya hidup kekinian masyarakat menjadi tembok pemisah komunikasi antar manusia. Keberadaan lahan tinggal yang semakin sempit salah satu pemicu mengapa interaksi antar manusua dengan nama bertetangga ini menjadi hal langka ditemui. 

Bertetangga dapat menciptakan surga jika dalam keadaannya terdapat situasi yang saling mendukung dan berempati satu sama lain. Peduli adalah kata kunci membangun pertetanggaan yang ideal. Namun neraka pun bisa tercipta di lingkungan bertetangga jika kondisi yang ada tidak menciptakan situasi yang aman dan menyenangkan. Munculnya rasa apatis disaat ini dengan tingkat ego yang tinggi perlahan akan membunuh situasi bertetangga ini. 

Tetangga antara cinta dan benci didalamnya tak dapat menghapus fitrah kita sebagai manusia sosial yang masih mebutuhkan manusia lain untuk hidup.Hidup untuk saling memahami dan menghargai. Memberi dana menerima kenyataan dan keadaan yang tidak selamanya dapat mencapai kondisi ideal yang diharapkan. 

Tetanggaku sayang Tetanggaku malang, surga dan neraka kita berdua yang menentukan kemana kita akan melangkah. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline