Lihat ke Halaman Asli

Anak Muda (di Desa) Pada Kemana?

Diperbarui: 9 Agustus 2018   22:24

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Oleh: Gelar S. Ramdhani

Pekan kemarin tepatnya pekan ke-III di bulan Januari 2012 saya berada di kampung halaman (pulang kampung), setelah beberapa bulan tidak pulang kampung rasanya banyak sekali perkembangan-perkembangan di kampung halaman, dari mulai perkembangan banyaknya pembangunan-pembangunan baik yang dilakukan pemerintah atau pribadi, hingga semakin narsisnya kepala daerah di kampung halaman saya (Kabupaten Majalengka), hampir semua poster yang diterbitkan oleh pemerintah kabupaten ada foto Bupatinya.

Dalam suatu kesempatan di kampung halaman saya berdiskusi alias ngobrol sama saudara saya, katanya kelompok tani di kampung saya berencana akan membudidayakan lele. Kaget saya mendengarnya, karena kebetulan sayapun di tempat perantauan sedang mencoba berwirausaha dalam budidiaya pembesaran lele, dari sana saya ngobrol-ngobrol banyak dengan saudara saya tentang seluk beluk usaha lele dan lain sebagainya, konon katanya kelompok tani di kampung saya usaha budidaya lelenya diberi modal oleh pemerintah, bahkan nominalnya sampai ratusan juta rupiah wow..!! kalau saya pengen modal Rp. 5 juta aja keteteran ckckck...

Mendengar semua itu saya sangat merasa gembira, karena saya yakin dengan usaha itu, apalagi dimodali oleh pemerintah perekonomian di kampung saya akan lebih berkembang. Tapi disamping kegembiraan disana, saya sangat merasa heran, ketika saya bertanya kepada saudara saya tentang siapa saja anggota kelompok tani yang akan usaha budidaya lele tersebut, ternyata menurut saudara saya kebanyakan bapak-bapak yang usianya diatas 35 tahun, bahkan tak ada yang dibawah 25 tahun. Pertanyaan saya dalam hati, "Lalu anak muda usia 18 - 30 tahunnya pada kemana?"

Saya seringkali gerah melihat fenomena di kampung saya, kebanyakan anak muda usia 18 - 30 tahunan lebih tertarik menjadi pegawai entah itu negeri atau swasta, ketimbang mencoba berwirausaha mandiri, bahkan sampai berani nyogok segala macam demi sebuah gengsi sebagai pegawai negeri. Padahal kurang apa coba? di kampung saya modal tersedia, sarana tersedia, akses pemasaran luas, ilmu dan keterampilan mudah dicari. Tapi anehnya sedikit sekali anak muda yang berani berwirausaha, entah itu mentalnya yang tidak kuat atau saat ini jadi pegawai (apalagi pegawai negeri) jaminan masa depannya lebih meyakinkan?

Saya memang salut bagi mereka khususnya anak muda yang punya pekerjaan baik itu pegawai negeri atau swasta, daripada mereka khususnya anak muda yang kerjanya hanya sebagai pengangguran, akan tetapi saya lebih salut lagi bagi mereka khususnya anak muda yang mampu membuka lapangan kerja dan mampu menggerakan ekonomi kerakyatan secara mandiri.

Yang muda yang berkarya!

-------------------------------------------

Apabila anda ingin bersilaturahmi dengan penulis, silahkan bisa melalui:

-------------------------------------------

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline