Lihat ke Halaman Asli

Diriku Mati Aceh Geger

Diperbarui: 24 Juni 2015   05:59

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

JAKARTA-GEMPOL, Tidak ada yang kekal di permukaan bumi ini. Setiap yang bernyawa pasti akan merasakan mati. Manusia yang paling kuat sekalipun juga akan mati. Malaikat saja akan menemui ajalnya, apalagi manusia. Yang namanya Hidup akan bertemu dengan kematian.

Hidup di bumi adalah terminal menuju alam barzah (alam kubur). Hidup ini hanya sebentar saja seperti pada saat datangnya waktu Shalat Ashar menuju waktu Shalat Maghrib.

Untuk mengingat mati memang manusia harus sering-sering berkunjung ke makam/kuburan, berdoa agar selamat di Alam Barzah bagi penghuninya dan bagi manusia sebagai camat (calon-calon mayat).

Gempa bumi dan Tsunami pada hari Minggu, 26 Desember 2004, yang melanda Aceh dan belahan dunia lainnya telah menelan korban lebih dari 500.000 jiwa. Hanya dalam beberapa menit pasca Tsunami Aceh nyawa anak manusia berpisah dari tubuhnya.

Kuburan massal penuh dengan mayat-mayat yang tidak dikenal seperti dapat kita lihat bersama di lambaro dan di Ulee Lhue Banda Aceh.

Mayat-mayat bergelimpangan, tubuh-tubuh kaku, beberapa hari tidak terurus karena banyaknya hambatan dan rintangan yang dihadapi oleh para regu penolong kemanusiaan. Betapa tidak kuasanya manusia menghadapi Gempa Bumi dan Tsunami Aceh pada tahun 2004.

Untuk mengenang mati, memang diriku pernah merasakannya langsung. Sewaktu kakekku Teungku H. Muhammad Abu Juned Bitay cucu dari ahli waris utama Teungku Di Bitay (Tgk.Di Bitay/Tgk.Di Bitai) meninggal dunia pada hari Rabu malam, 30 Mei 1990, jam 21:30 WIB.

Pada malam itu jam 20:00 WIB, diriku sudah bersiap untuk berangkat dari kota Sabang ke Bitay Banda Aceh bersama bapakku. Baju-baju sudah masuk ke dalam tas, tinggal berangkat. Ibuku berpesan harap kirim salam untuk kakekku, kek Abu.

Tiba-tiba pada Rabu malam, 30 Mei 1990, jam 22:00 WIB, datang telepon dari sepupuku yang mengabarkan bahwa kakekku Teungku H.Muhammad Abu Juned Bitay telah meninggal dunia.

Tentu saja ibuku kaget. Ibuku berkata, "Diriku tidak usah berangkat ke Bitay Banda Aceh, tinggal di Sabang saja, jaga rumah."

Pagi harinya setelah Shalat Subuh, Kamis, 31 Mei 1990, Ibuku membolehkan diriku untuk berangkat ke Bitay Banda Aceh bersama sanak saudara lainnya.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline