Lihat ke Halaman Asli

Kunjungan kepada Sahabat Turki

Diperbarui: 24 Juni 2015   20:04

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

photo

JAKARTA-GEMPOL, Perbatasan Turki-Suriah memanas lagi. Bagusnya kita menonton film saja, apalagi beberapa waktu yang lalu di adakan Turkish Film Festival 2012. Film-filmnya sangat bagus, sayang sekali kalau terlewatkan. Festival Film Turki 2012, di putar 4 buah film yang di datangkan langsung dari Turki, yaitu Film FETIH 1453, NOKTA, Propaganda, Incir Receli. Dari ke empat film ini tentu saja film FETIH 1453 yang menjadi super hebat, luar biasa. Penyerangan dan perebutan kota Konstantinopel oleh para prajurit Ottoman, Turki Ustmani.

photo

Kakek Rachmad (Ibu saya, Ramlah Djuned, anak ke-9) Tengku H.M. Abu Djuned juga merupakan Prajurit Ottoman, Turki Ustmani yang terakhir di ACEH.  Mereka datang dalam rangka membela ACEH dari serangan Belanda dan Jepang, sekarang di kuburkan di BITAY Banda Aceh dalam kuburan khusus Bangsa Turki. “Apa yang disabdakan Rasululah saw tadi, Wahai Abu Ayyub?” “Konstantinopel akan ditaklukkan oleh Islam. Pemimpin yang menaklukkannya adalah sebaik-baik pemimpin, dan tentara yang bersamanya adalah sebaik-baik tentara.” Dialog singkat dengan latar kota Madinah tahun 627 M di atas menjadi pembuka film ini langsung menyedot emosi. Di Turki sendiri sejak diputar selama dua minggu telah 4 juta orang menonton film yang berjudul Fetih 1453 ini. Memecahkan rekor sepanjang sejarah perfilman di Turki. Biaya produksinya yang mencapai 17 juta dolar adalah rekor lain dari film besutan sutradara Faruk Aksoy. Sebagai film yang diangkat dari kisah nyata, film ini sangat memperhatikan keterangan tempat dan waktu kejadian. Namun usaha sang sutradara untuk mengambil sebanyak mungkin cuplikan peristiwa justru berdampak hilangnya penekanan pada beberapa kejadian penting yang seharusnya lebih dramatik. Misalnya adegan pasukan Sultan Muhammad II (Mehmet II) menarik kapal melintasi daratan karena selat Bosporus dihalangi rantai besar untuk pertahanan. Sosok alim Sultan Muhammad II yang tidak pernah ketinggalan shalat berjamaah, rutin melaksanakan shalat rawatib dan tahajud, tidak terlihat sama sekali. Bahkan permaisurinya, yang merupakan ibu dari Bayazid II digambarkan tidak berhijab dan hampir tidak ada peran apa-apa selain bersolek. Pada hari Sabtu, 2 Desember 2012, hari terakhir Turkish Film Festival 2012, panitia dari Turkish Embassy atau Kedutaan Besar Turki Jakarta mengatakan kepada Rachmad bahwa," Kalau mau copian film-film tersebut datang saja ke Embassy hari Senin." Rachmad datang ke Kedutaan Besar Turki Jakarta pada hari Kamis, 6 Desember 2012, pagi-pagi  jam 09:45-12:00 WIB, dengan agenda mengambil film-film Turki, wawancara tentang film dan data lainnya tentang Turki. Di sana Rachmad di sambut oleh Liany, Secretary Consular Section (Sekretaris Seksi Konsular) Kedubes Turki. Berhubung banyak sekali data  yang Rachmad perlukan, maka Dia tidak bisa menjawabnya dan akan di laporkan kepada atasannya. Rachmad duduk di kursi hitam, baca-baca dahulu majalah, brosur, lihat-lihat peta kota Konstantinopel atau sekarang di sebut ISTAMBUL. Ruangan sebelah sangat brisik/bising ada perbaikan ruangan, kardus bertumpukan dan kotor berdebu di samping jeruji besi. Setelah 5 kali Liany datang ke arah Rachmad, akhirnya tepat jam 11:00 WIB, atasan beliau yaitu Mr. Ersin Aydogan, Sekretaris Ketiga berkenan menerima Rachmad, ambil dari kantong dan kasih kartu nama. Beliau Mr.Ersin mengeluarkan kotak kartu nama dari lacinya dan mengambil sebuah untuk Rachmad. Padahal di mejanya di samping tempat duduk Rachmad ada kartu nama Mr.Ersin. "Anda mau minum apa?" tanya Mr.Ersin. "Saya minta Teh saja," ujar Rachmad Yuliadi Nasir. Beliau juga memesan teh yang sama seperti yang Rachmad pesan kepada Liany. Perkenalkan diri Rachmad maksud dan tujuan, menanyakan tentang Turkish Film Festival 2012, serta data-data lainnya. Menurut Mr.Ersin, data-data lainnya perlu di cari dahulu. Pertanyaan tentang Turki Ustmani, Mr.Ersin sangat bersemangat menjelaskan tentang kejayaan Islam Turki Usmani. "Apa benar di Bitay, Banda Aceh, orang Turki pertama kali datang ke Indonesia dan menetap di sana, ada kuburan dan mesjid Turki?" tanya Rachmad dengan penuh antusias.

Dari data-data sejarah menurut Mr.Ersin bahwa hal tersebut benar, lalu beliau menjelaskan sedikit, tentang kapal-kapal pasukan Turki melintasi samudra dalam membantu ACEH. Saya mau tanya, dahulu sekitar tahun 90an ada seorang keturunan Turki datang ke kedutaan Besar Turki di Jakarta ini. Dia bernama Azhari Ghazali membawa daftar silsilah Turki, apa masih ada datanya, kemudian pemerintah Turki membantu membangun pasantren (tempat belajar Alquran/sekolah Islam). "Hal ini harus di cari lagi arsipnya," kata Mr.Ersin. Anda pernah ke Aceh? kata Mr.Ersin, "Oh ya...saya berasal dari ACEH," ujar Rachmad. "Are you really from ACEH (Apakah Anda benar-benar dari Aceh)," tanya Mr.Ersin heran. Sambil tersenyum Rachmad menjawabnya, "Oh course (oh tentu saja)". Berikut silsilah keturunan Turki: 1. Syakir Jundi Istambul Turkiya 2. Muhammad Jamil Ghazi bin Syakir Jundi Istambul Turkiya 3. Abdul Aziz Ghazi bin Muhammad Jamil 4. Saidam Ghazi bin Abdul Aziz Ghazi 5. Sirikhu Ghazi bin Saidam Ghazi 6. Muhammad Shaleh Ghazi bin Sirikhu Ghazi 7. Ilyas Ghazi bin Muhammad Shaleh Ghazi 8. Ishak Ghazi bin Ilyas Ghazi 9. Ahmad Ghazi bin Ishak Ghazi 10. Rustam Ghazi bin Ahmad Ghazi 11. Basyah Ghazi bin Rustam Ghazi 12. Rauf Ghazi bin Basyah Ghazi 13. Mustafa Ghazi bin Rauf Ghazi 14. Muthalib Ghazi bin Mustafa Ghazi ( yang pertama datang ke Aceh / Bitai dan kemudian dikenal dengan nama Tengku Syieh Tuan Di Bitai) 15. Jalal Basyar Ghazi bin Muthablib Ghazi 16. Ismail Ghazi bin Jalal Basyar Ghazi 17. Harun Ghazi bin Ismail Ghazi 18. Abdul Jalal bin Harun Ghazi 19. Abdullah Tamim Ghazi bin Abdul Jalal Ghazi 20. Faqih Sri Raja Faqih bin Abdullah Tamim Ghazi 21. Syeik Abdurrahman bin Faqih Sri Raja Faqih 22. Syeik Ismail bin Syeik Abdurrahman 23. Tengku H. Abdul Aziz bin Syeik Ismail 24. Tengku H. Muhammad Juned bin Tengku H. Abdul Aziz 25. Tengku H. Razali bin Tengku H. Muhammad Juned. Bapaknya Azhari Ghazali (seharusnya Azhari Razali, maaf salah menyebut, Rachmad tidak membawa datanya ada di tas posko Satpam), adalah Abang Kandung Ibu Rachmad. Tengku H. Razali bin Tengku H. Muhammad Juned anak pertama, sedangkan Ibu Rachmad, Ramlah Djuned binti Tengku H. Muhammad Juned adalah anak ke sembilan. Kakek kamu namanya siapa...Abu Djuned. Ada fotonya di dalam tas, saya ambil ya. Keluar ruangan ambil foto kakek lalu masuk lagi. Rachmad memperlihatkan foto tersebut. Mr.Ersin sangat serius sekali menatap foto ini. Masuk staf Mr.Ersin ke dalam ruangan, "Kamu dari Usmani ya," Kemudian kami saling berjabat tangan,"Ya, Saya dari Ustmani," lalu Rachmad mengasih sebuah kartu nama untuk Dia. Mr.Ersin bertanya," Kamu bisa bahasa Turki," Mana sempat belajar bahasa Turki, setelah Tsunami Aceh, 26 Desember 2004, baru banyak orang Turki datang ke ACEH dan membangun sekolah. "Maaf saya tidak bisa bahasa Turki, tetapi anak kakak sepupu saya di Aceh bisa bahasa Turki karena dia sekolah di sekolah Turki Aceh." Mr.Ersin belum pernah ke Bitay Aceh, Beliau baru 3 bulan di Jakarta, Duta Besar sering pergi ke Aceh. Pemerintah Turki berencana membuat film tentang sejarah kedatangan bangsa Turki ke Aceh dan akan membuat rekontruksi. Gambar-gambar Turki di Bitay Aceh ada di facebook saya, kemudian Mr.Ersin membuka facebooknya, wah indah sekali gambar Bitay Aceh. Sudah di kirim dari HPnya untuk berteman dengan Rachmad, nanti Rachmad add ya Mr.Ersin. Nanti kamu tulis sejarah Turki di Aceh, cerita tentang kakek kamu, ibu kamu dan sebagainya dan jangan lupa kirim ke Kedutaan Besar Turki. Kami bangsa Turki sangat senang sekali masih ada sisa pendatang dari Utsmani yang selamat dari musibah Tsunami Aceh. Azhari Razali wafat karena Tsunami, sedangkan kakak Rachmad dan adik ibu kandung Rachmad, selamat dari musibah ini, walaupun terkena langsung Tsunami di Meulaboh Aceh Besar. Hanya saja anak kakak yang bernama Aulia wafat karena hanyut terlepas dari dekapan ibundanya yang tercinta. "Akan kami taruh di link pemerintah Turki dan akan di sebarkan ke penduduk Turki lainnya semua tulisan kamu terkait Turki di Aceh." ujar Mr.Ersin antusias sekali. Sudah jam 12:00 WIb, Mr.Ersin mau Istirahat, nanti saya email tulisan saya. "Silakan minum tehnya, ini teh di bawa langsung dari Turki." ujar Liany staf Mr.Ersin. Pamit dahulu, sampai jumpa lagi, ambil beberapa buku dan brosur tentang Turki. "Untuk kenang-kenangan," ujar Rachmad kepada Liany sambil tersenyum. Aduh Rachmad lupa, hari ini lagi puasa, wah bonus tuh, terlalu semangat tadi menjelaskan tentang Bitay Aceh, baru ingat setelah keluar dari halaman Turkish Embassy. Cari-cari bahan makalah tentang Turki di perpustakaan dan membuat foto kopinya kemudian Rachmad membuat draf tulisan supaya mudah menulisnya.



BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline