JAKARTA-GEMPOL, Pasca lebaran Idul Fitri 1 Syawal 1433 H, perekonomian Indonesia sedikit bergejolak. Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat terus terkoreksi. Pada akhir pekan di akhir bulan Agustus 2012 kurs tengah yang di patok Bank Indonesia (BI) dari Rp 9,515- Rp 9,573.
Akibat melemahnya mata uang Indonesia ini akibat dipicu masih belum jelasnya program stimulus yang akan drilis oleh the Fed di akhir pekan bulan Agustus 2012.
Dari sisi domestik, sebenarnya cukup baik karena belanja modal pemerintah naik hingga Agustus 2012 dibandingkan tahun sebelumnya.
Belanja modal pemerintah naik jadi Rp 49,6 Triliun dari tahun sebelumnya (per 23 Agustus 2011) yang mencapai Rp 34,5 Triliun. Kondisi internal yang tidak cukup mendukung ialah terhadap meningkatnya inflasi dan memburuknya kinerja ekspor Indonesia lebih lanjut.
Apalagi memasuki hari kerja setelah libur lebaran dan tingginya permintaan dolar oleh importir menjelang akhir bulan diprediksi tetap menekan rupiah.
Gubenur BI meramalkan bahwa rupiah akan mencari level ekuilibrium baru membuat rupiah akan sedikit mengalami underpressure pada pekan ini.
Bank Indonesia (BI) telah melakukan antisipasi agar rupiah tidak terlalu anjlok secara signifikan karena kondisi rupiah akan berfluktuasi tergantung kondisi perekonomian global. Dimana hal tersebut berfluktuasi tergantung kondisi.
BI diharapkan masuk ke pasar valas untuk menjaga stabilitas nilai tukar dari tekanan keluarnya modal investor asing di pasar keuangan yang mulai terlihat beberapa hari terakhir.
Pelemahan Rupiah terutama disebabkan karena faktor eksternal, selain itu intervensi akan dapat mengikis cadangan devisa yang pada Juli 2012 hanya berada di level USD106,5 Miliar.
Bank Indonesia akan mengambil sejumlah langkah untuk mempercepat penyesuaian keseimbangan eksternal melalui kebijakan nilai tukar, penguatan operasi moneter, kebijakan makroprudensial untuk mengelola permintaan domestik, dan kebijakan yang mendorong arus modal.
Di sisi Pemerintah, berbagai kebijakan akan ditempuh agar kegiatan ekspor dapat terus ditingkatkan dan impor dikelola untuk mendukung kesehatan Neraca Pembayaran.