Lihat ke Halaman Asli

Perang Aceh dalam Kurun Waktu 141 Tahun

Diperbarui: 24 Juni 2015   00:17

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

JAKARTA-GEMPOL, Sejarah pergolakan perang Aceh dengan pemerintah kolonial Belanda telah 141 tahun berlalu. Peristiwa ini menelan ribuan korban jiwa serta harta benda yang tidak ternilai. Kuburan massal berserakan di seluruh bumi Aceh.

Pada tanggal 26 Maret 1873, pemerintah kolonial Belanda menyatakan perang terhadap kerajaan Aceh. Perang bodoh yang dilancarkan Belanda karena berlangsung lama hingga tahun 1904 serta masa perlawanan hingga tahun 1942 dan menguras harta kas Belanda yang cukup besar.

Ini terjadi karena keserakahan negara-negara Eropa dalam menaklukan, menguras dan menjajah belahan dunia lain yang damai dan tenteram.

Sekarang saksi bisu perang Aceh dengan kolonial Belanda dapat kita saksikan di Mesjid Raya Baiturrahman yang dibangun kembali karena dibakar orang kafir Belanda. Di sana juga terdapat monumen tewasnya Jenderal JHR Kohler yang mati ditembak sniper Aceh hasil didikan militer kesultanan Turki Utsmani pada 14 April 1873.

Tidak jatuh dari situ juga terdapat kuburan Belanda di kerhkof Blower Banda Aceh, di belakang museum tsunami Aceh. Lebih dari 2200 serdadu kolonial Belanda dikubur bersama 4 orang Jenderalnya.

Pada saat Gempa Bumi dan Tsunami Aceh, 26 Desember 2004, kuburan para serdadu kolonial Belanda ini dan 4 orang Jenderalnya juga merasakan gelombang Tsunami Aceh dan membuat kuburan Belanda ini berantakan.

Sekarang sudah 141 tahun jalannya perang Aceh dengan kolonial Belanda. Bila dahulu Gubernur Hindia Belanda mengangkat dan mengirim jenderal JHR Kohler untuk berperang di Aceh, akhirnya sang Jenderal Kohler tewas tertembak.

Gubernur Aceh yang sekarang malah lebih heboh lagi dengan mengangkat dan melantik pejabatnya tetapi orang tersebut telah meninggal dunia. Mayat hidup disuruh menjalankan perintah.

Premanisme di Pemerintah Aceh cukup kental, mumpung sedang berkuasa. Terlihat arogansi kekuasaan dan tukang teror bebas berkeliaran. Aparat cukup gigit jari saja.

Rupanya sang tikus lebih besar daripada sang kucing. Anjing-anjing liar bebas berkeliaran di jalanan, saatnya semua diracun dan dibasmi hingga ke akar-akarnya. Anjing-anjing liar ini harus dihajar habis-habisan walaupun dibeking oleh kekuatan militer.

Komunitas Aneuk Nanggroe Aceh yang berbisnis narkoba cukup meresahkan dan membuat gelombang tsunami baru yaitu Tsunami Narkoba. Ada 10.000 orang memakai shabu-shabu. Ini harus kita perangi bersama. Mafia narkoba harus diberantas dan diperangi.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline