JAKARTA-GEMPOL, Bagi para pemburu batu giok Aceh dimana saja maka kini adalah saat yang tepat. Di Kota Banda Aceh selama hampir sepekan diadakan pameran dan lomba batu mulia.
Ratusan hingga ribuan batu mulia yang terutama berasal dari perut bumi Aceh di pameran dan dikutsertakan dalam perlombaan dalam tajuk " Atjeh Batee Festival 2015."
Ada dua sumber utama sebagai stok batu mulia di Aceh, yakni Kabupaten Aceh Tengah dan Nagan Raya. Namun sejumlah kabupaten lain juga punya potensi serupa, meskipun belum tereksploitasi secara optimal.
Ribuan batu mulia ini dapat kita saksikan bersama di Lobi Hotel Hermes Palace Banda Aceh mulai tanggal 3-8 Februari 2015. Batu-batu yang sedang booming semuanya ada berikut aksesorisnya. Sebelumnya panitia sempat memundurkan jadwal semula karena kurang persiapan akhirnya Atjeh Batee Festival 2015 baru bisa dibuka pada tanggal 3 Februari 2015.
Coba perhatikan ada Idocrase, Solar, Akik hingga batu safir. Selain diikutkan untuk lomba, peserta juga menjajakan batu alam koleksinya.Harga setiap batu sangat bervariasi, mulai dari ratusan ribu hingga ratusan juta rupiah. Pokoknya ada uang ada barang, tinggal bagaimana mau pembeli memburu batu untuk koleksi mereka.
Atjeh Batee Festival 2015 terlaksana atas inisiatif Dinas Perindustrian dan Perdagangan Aceh dan nantinya acara kompetisi serta pameran batu ini diharapkan menjadi acara tahunan yang dapat mempromosikan batu jagoan Aceh di tingkat nasional dan internasional.
Aceh merupakan produsen batu permata jenis Idocrase di dunia. Masyarakat Aceh menyebut batu ini dengan Lumut Aceh. Indocrase ini terkenal dengan tiga jenis yaitu lumut, neon dan solar.
"Padahal batu Idocrase ini juga diproduksi oleh negara lain seperti Pakistan dan India, tapi Aceh punya kualitas terbaik di dunia," ujar Octowandi pada pembukaan Atjeh Batee Festival 2015,Selasa 3 Februari 2015.
Aceh juga memproduksi batu cempaka atau lebih dikenal dengan Calcedony. Batu ini memiliki banyak nama, seperti Obi di NTT, Kladen di Pacitan, dan Raflesia di Bengkulu.
Pameran hingga saat ini diisi oleh 50 stan baik dari perajin batu Aceh maupun dari luar kota seperti Jakarta. Masyarakat Aceh dan sekitarnya dapat melihat dan membeli langsung batu yang akan dijadikan cincin.
Untuk kompetisi, antusiasme kontestannya tinggi sekali. Pada awalnya panitia hanya menargetkan 100-150 orang, tapi sampai pembukaan acara sudah lebih dari 300 kontestan. Festival ini dapat menjadi momentum untuk meningkatkan pariwisata Aceh.