Lihat ke Halaman Asli

Gefira RahimaAtaufiqi

Mahasiswi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Problematika Dakwah Era Disrupsi

Diperbarui: 24 Juni 2024   22:07

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ruang Kelas. Sumber Ilustrasi: PAXELS

Oleh Syamsul Yakin & Gefira Rahima Ataufiqi
Dosen dan Mahasiswi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Problematika dakwah masa kini menyangkut hambatan serta tantangan dakwah. Dalam konteks ini, hambatan dakwah adalah keterbatasan dai baik kuantitas maupun kualitasnya. Keterbatasan media dakwah, waktu, dan lokasi dakwah yang beragam. Dana juga bisa menjadi salah satu hambatan dakwah. Untuk itulah segalanya memerlukan manajemen dakwah.

Sedangkan tantangan dakwah upaya besar harus dilakukan oleh dai dan mitra dakwah. Tantangan dakwah dapat diatasi dengan mencari cara baru atau horison untuk berdakwah pada zaman ini.

Problematika dakwah masa kini bersamaan dengan terjadinya era disrupsi yang sukar diantisipasi. Dalam konteks ini, era disrupsi adalah era dimana terjadi transformasi  besar-besaran  di bidang teknologi informasi dan digital yang menyerbu mad'u. Misal, rusaknya akidah, diabaikannya syariah, dan dekadensi moral yang terjadi tanpa diketahui siapa yang  melakukannya.

Para dai terkesima melihat semakin maraknya platform judi online yang bahkan menembus total transaksi hingga 600 trilyun. Era disrupsi ini pelaku judi tidak terlihat, transaksi dilakukan dengan sistem jarak jauh, bamdar juga jauh di negeri antah berantah. Namun korbannya berjatuhan secara nyata. Misalnya, ada yang kalah lalu putus asa dan gantung diri.

Untuk bisa keluar dari problematika dakwah di era disrupsi ini, dai dan mitra dai harus aware terhadap literasi digital dakwah. Literasi digital dakwah adalah kemampuan mengoperasikan dan memanfaatkan media digital untuk berdakwah. Seperti misalnya, menggunakan media internet untuk berdakwah. Lebih teknis lagi membuat konten dakwah di mesia sosial.

Di samping itu, grup yang ada harus dimaksimalkan  untuk menyebarkan tiga pesan dakwah utama, yak ni akidah, syariah, dan akhlak. Untuk dai tidak boleh berhenti berkreasi dan berkontribusi di dunia digital. Dakwah di era disrupsi ini tidak mengenal kata puas, sebab hambatan dan tantangan dakwah datang begitu cepatnya.

Di antara yang harus dirawat adalah hubungan baik dan perhatian penuh terhadap mad'u online. Sedapat mungkin tidak ada yang dengan alasan tertentu keluar dari grup. Bisa jadi ada mad'u online yang terpapar konten yang kontra produktif dengan gerakan dakwah disrupsi.

Secara personal, dai harus bisa bertahan untuk tetap berdakwah di era disrupsi ini. Untuk itu dai harua kritis dengan perkembangan isu atau tranding topic di jagat digital. Alternatif pemecahahan harus canggih (sophisticated).

Akhirnya dapat disimpulkan   bahwa untuk berdakwah di era disrupsi ini seorang dai harus memiliki kecerdasan emosional atau emotional intelligence (EQ), akrab dengan dunia digital dan isu-isu di dalamnya, dan harus mengadopsi kecerdasan buatan atau artificial intelligence (AI) dalam berdakwah.*

.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline