Lihat ke Halaman Asli

Inovasi Teknologi Tim PKM INSTIKI Bantu Produsen Tempe Hadapi Tantangan Cuaca

Diperbarui: 21 Agustus 2024   09:15

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Gambar 1. Tim PKM INSTIKI (Sumber Dokumen Kegiatan PKM)

Tempe, salah satu makanan khas Indonesia yang sudah dikenal di seluruh dunia, tidak hanya lezat tetapi juga kaya akan manfaat kesehatan. Terbuat dari biji kedelai yang difermentasi, tempe mengandung protein, serat, dan berbagai vitamin yang sangat baik untuk gaya hidup sehat. Namun, proses fermentasi tempe sangat dipengaruhi oleh kondisi lingkungan, terutama cuaca. Cuaca yang lembap dan dingin dapat memperlambat proses fermentasi, menyebabkan jamur Rhizopus yang berperan penting dalam pembuatan tempe tidak dapat berkembang optimal. Akibatnya, tempe menjadi lembek, tidak kompak, dan berbau asam.

Permasalahan ini juga dialami oleh Mitra UD Lancar Jaya, salah satu produsen tempe yang berlokasi di Jalan Kelimunan No.18, Desa Adat Sading, Banjar Negara Kelod, Kecamatan Mengwi, Kabupaten Badung, Provinsi Bali. Di tengah tantangan cuaca yang tidak menentu, Tim Pengabdian Kepada Masyarakat (PKM) dari Institut Bisnis dan Teknologi Indonesia (INSTIKI) hadir dengan solusi inovatif. 

Melalui program INSTIKI Community Services (ICS) 2024, tim yang terdiri dari I Gede Adnyana, S.T.,M.T., I Gede Made Yudi Antara, S.Pd., M.Sc., I Kadek Dwi Gandika Supartha, S.T., M.T., Ir. Anak Agung Gede Bagus Ariana, S.T., M.T., dan I Gede Susila Darma Putra memperkenalkan sistem monitoring dan kontrol fermentasi tempe berbasis Internet of Things (IoT).

Sistem ini dilengkapi dengan sensor yang dapat memantau suhu dan kelembaban secara real-time. Data yang dikumpulkan kemudian dianalisis untuk memastikan kondisi optimal selama proses fermentasi. Dengan sistem ini, produsen tempe dapat mengontrol proses fermentasi secara otomatis, menghindari kesalahan yang sering terjadi akibat perubahan cuaca. Suhu dan kelembaban dapat diatur sesuai kebutuhan, memastikan jamur Rhizopus tumbuh dengan optimal.

Gambar 2. Sistem Monitoring dan Kontrol Fermentasi Tempe Berbasis IoT (Sumber Dokumen Kegiatan PKM)

Hasil pengujian menunjukkan bahwa sistem ini berhasil mempersingkat waktu fermentasi menjadi hanya 20 jam, dibandingkan dengan cara tradisional yang membutuhkan lebih dari 36 jam. Testimoni dari mitra produsen tempe juga mengungkapkan bahwa sistem ini sangat membantu, terutama saat cuaca lembap dan dingin, sehingga produksi tempe per hari dapat meningkat secara signifikan.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline