Upaya manusia untuk memahami definisi Agama sudah dimulai sejak dahulu kala hingga saat ini. Secara umum agama merupakan suatu konsep keyakinan yang dimana ada usur nilai-nilai Dharma didalamnya, yaitu kewajiban yang ditunjukan kepada Alam dan mahluk hidup disekitarnya. Agama juga bisa diartikan sebagai pegangan umat manusia didalam memaknai kehidupannya. Sedikit tidaknya manusia yang beragama adalah manusia yang mampu berpikir rasional dan memiliki perasaan akan hal yang ada disekitarnya.
Namun, fenomena -- fenomena yang ada diluaran sana, seolah-olah membantahkan pernyataan diatas. Karena tidak sedikit orang yang mengatas namakan agama dan hanya didasari dengan apa yang mereka pahami dan doktrin yang luar biasa, banyak dari mereka siap mati dan siap membunuh orang lain untuk berebut kapling surga. Selain itu perselisihan antar agama masih kerab terjadi. Tokoh-tokoh yang katanya beragama malah menghujat dan menebarkan kebencian, namun pemahamannya tentang nilai agama masih dibawah rata-rata. Hal ini mungkin tidak terjadi disatu negara saja tetapi juga di beberapa negara lainnya yang juga menimbulkan dampak negatif dalam kehidupan sosial.
Membahas persoalan agama memang bersifat sangat sensitif dikalangan masyarakat akan tetapi membiarkan kebutaan menutupi seseorang untuk melihat suatu keindahan dalam perbedaan dan kedangkalan dalam memahami ajaran agama itu sama saja halnya dengan membebaskan virus masuk kedalam tubuh dan membunuh seseorang dengan perlahan.
Mengutip sebuah pemikiran dari Albert Einstein " Agama sejati adalah kehidupan sesungguhnya, hidup dengan seluruh jiwa seseorang, dengan seluruh kebaikan dan kebajikan seseorang."
Dalam penempatannya, agama semestinya digunakan sebagai 'jalan hidup' yang menjadi pegangan untuk pencapaian seseorang terhadap keimanannya yang dimana juga mampu memanusiakan manusia dengan kebijaksanaan. Namun seperti yang kita ketahui dan tentunya perlu kita sepakati bahwa sejatinya kekeliruan bukan pada suatu agama, melainkan datang dari kedangkalan pola pikir seseorang yang menjalankan agama yang tidak sepenuhnya memahami agama, terkadang membawa -- bawa nama Tuhan didalamnya.
Sungguh tidak masuk akal dilihat dengan sudut padang logika. Seperti kutipan anonim yang saya kutip dari buku Mendebat Agama Langit yang di terbitkan oleh Narayana Smrti Press, yang dimana mengatakan "Bagi saya, Tuhan yang paling bodoh adalah Tuhan yang setiap hari minta disembah, Tuhan yang menciptakan ketakutan pada mahluk hidup dan Tuhan yang suka membeda-bedakan umat manusia yang padahal telah sama-sama ia ciptakan dalam keanekaragaman ras, suku, dan agama.".
Untuk memahami agama, sesungguhnya seseorang tidak perlu tergesa-gesa, salah sedikit malah menjadikan agama sebagai kambing hitam keributan. Maka dari pada itu memahami agama hendaknya dipahami dan dipelajari dengan bertahap, serta pentingnya pendidikan untuk mendidik pola pikir kita agar mampu melihat suatu dari berbagai sudut pandang dan juga membangun rasa toleransi terhadap setiap orang sangatlah penting untuk menjadikan kita "beragama merasa bukan merasa beragama". Karena Cerdas tanpa Rasa itu bisa merugikan, dan Rasa tanpa Kecerdasan itu kebutaan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H