Lihat ke Halaman Asli

Nasib Pekerja Pariwisata di Tengah Pandemi

Diperbarui: 6 Juli 2021   21:23

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Corona Virus Disease-19 nampaknya menjadi momok yang menakutkan terutama bagi sector ekonomi pariwisata. Adanya pandemic menghambat aktivitas-aktivitas dari yang terkecil hingga berskala besar. Covid sebagai pemeran utama dalam melumpuhnya moneter Negara nampaknya belum membuahkan tanda-tanda pemulihan secara global.

Seluruh dunia pun merasakan dampak adanya imbas dari covid-19. Kehidupan tatanan normal yang baru mesti dipaksa untuk beradaptasi. Terlebih lagi masyarakat yang bermata pencaharian diluar sector perkantoran. Banyak pekerja kecil seperti petani, tukang becak, ojek, hingga sector pariwisata yang harus memutar pikiran kembali untuk sekadar mencari nafkah.

 Bali sebagai daerah yang sebagian besar masyarakatnya bergantung di sector pariwisata nampaknya merasa kecewa, terlebih lagi adanya berbagai kebijakan yang dianggap mempersulit kehidupan mereka. Dari yang biasanya mereka menyambut kedatangan turis mancanegara maupun local, sekarang malah harus berdiam diri di rumah dan mencari alternative pekerjaan lainnya.

"Saya sedih perihal adanya pandemic ini, apalagi anak-anak saya juga bersekolah dan sebentar lagi akan masuk perguruan tinggi. Tidak ada pemasukan sama sekali, sedangkan istri hanya berjualan kripik dan camilan lainnya. Ujar salah satu pekerja sebagai driver pariwisata.

Hal ini menandakan dampak covid yang begitu besar. Pemerintah banyak menutup sector pariwisata dan banyak pekerja kehilangan pekerjaannya. Apalagi, jarang dibuka lowongan pekerjaan lain karena sulitnya menggaji para karyawan, padahal mereka tidak bisa berdiam diri saja di rumah. Masih banyak anggota keluarga yang harus dibiayai kehidupannya. Bahkan, untuk membeli beras pun sudah kesusahan.

Kemudian ada pula pekerja hotel yang mengatakan bahwa adanya covid-19 membuatnya resign dari pekerjaan hingga kebingungan untuk mencari pekerjaan baru. Tindak PHK (Pemutusan Hubungan Kerja) banyak diberlakukan. Bansos yang sangat minim karena banyaknya masyarakat dan oknum yang memanfaatkan bansos juga marak terjadi.

"Saya tidak tahu apa yang harus dilakukan, terlebih lagi situasi Bali yang meradang akibat pandemic. Pemerintah yang sama sekali belum ada tindakan yang membawa perubahan. Kalau vaksin pun bukan berarti semua akan dibebaskan untuk bekerja. Bagaimana lagi, saya sebagai rakyat juga butuh makan dan memenuhi kehidupam" ujar pegawai hotel.

Apalagi sekarang ini juga tengah diberlakukannya PPKM Darurat yang dimulai dari tanggal 3 sampai dengan 20 Juli 2021. Pemberlakuan ini dijangkau mulai dari Pulau Jawa dan Bali dengan target penurunan kasus harian sebanyak kurang dari 10.000 kasus per hari. Adapun rinciannya adalah kegiatan di perkantoran, kebutuha n sehari-hari, belajar mengajar, restoran dan rumah makan, pusat perbelanjaan atau mall, tempat ibadah, fasilitas umum, seni buda dan kemasyarakatan, resepsi pernikahan, transportasi umum, hingga konstruksi semua dibatasi dan dilakukan pengetatan agar meminimalisir dampak covid-19.

Krisisnya ekonomi tidak bisa terus didiamkan saja. Perlu tindakan dari pemerintah dan warga setempat untuk mengatasi hal ini. Maka dari itu dibentuk adanya tindakan optimalisasi potensi wisata di tengah pandemic seperti ini. Misalnya yang pertama yakni mendorong untuk segera diberlakukan adanya Komite Pemulihan Pariwisata Nasional yang memiliki tugas utama untuk melaksanakan pendampingan hingga merumuskan berbagai solusi strategis demi mempercepat pemulihan sector pariwisata.

Hal kedua yang perlu diperhatikan adalah memastikan bahwa adanya pembentukan BUMN Pariwisata bisa dilaksanakan secara nyata untuk pemulihan pariwisata. Selanjutnya terdapat kebijakan untuk dana hibah sector pariwisata yang peruntukannya diperluas dan segera direalisasikan. Keempat, wajib terus mengupayakan untuk melakukan diplomasi khususnya tentang kebijakan travel bubble yang meliputi Negara-negara yang bertetangga dengan Indonesia yang notabenenya selama ini menjadi organisasi mancanegara.

Kelima, membentuk sebuah rumah kolaborasi pariwisata pada tiap-tiap destinasi wisata prioritas. Hal ini tak lain untuk mempersatukan berbagai stakeholder entah itu di daerah maupun di pusat. "pariwisata merupakan sector yang paling terdampak akibat pandemic covid-19. Untuk itu, setiap pekerja di sector pariwisata hendaknya secepatnya bangkit dan berbenah dari krisis ini" ujar Taufan Rahmadi selaku pengamat pariwisata.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline