Lihat ke Halaman Asli

Tree of Codes, Bereksperimen dengan Buku

Diperbarui: 7 Juli 2016   21:32

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

http://media3.visual-editions.com/image/fit-width-medium-0/uploads/toc_22.jpg

Dunia literatur tidak luput dari geliat era digital. Kini sudah tidak aneh lagi menemukan berbagai ragam buku dalam bentuk digital atau bahkan yang khusus dibuat hanya dalam bentuk e-book.

Hal ini memberikan nuansa baru dalam dunia sastra pada khususnya, dan literatur pada umumnya. Ketertarikan masyarakat pecinta buku pun meningkat karena kemudahan akses dan harga yang lebih murah yang ditawarkan oleh buku dalam bentuk digital ini.

Dilansir dari data Forbes, penjualan e-book hingga kuarter ketiga tahun 2010 mencapai 119 juta Dollar atau setara dengan 1,3 triliun Rupiah. Bukan tidak mungkin buku digital ini akan menggantikan posisi dari buku cetak yang telah lama menjadi favorit di hati para pencinta literatur.

Pertanyaan yang muncul kini adalah nasib apakah yang menunggu buku cetak di masa depan? Banyak yang beranggapan bahwa buku cetak akan perlahan-lahan menghilang dari peredaran dan nasibnya akan mengikuti prasasti atau manuskrip dari lontar dan papirus, yaitu berakhir di museum. Jonathan Safran Foer, penulis novel best-seller asal Amerika, ternyata punya pendapat lain.

Lewat Tree of Codes, Jonathan menciptakan sebuah definisi baru untuk buku itu sendiri.  Dia berusaha bereksperimen dengan memberikan bentuk yang berbeda pada novel terbarunya tersebut.

Alih-alih seperti buku biasanya yang ditulis sendiri oleh penulisnya, dia menggubah buku favoritnya, The Street of Crocodile. Buku karya Bruno Schulz tersebut menjadi kanvas untuk cerita yang ingin dibangunnya.

Caranya? Dengan menggunting beberapa kata dari halaman buku tersebut dan menyisakan kata-kata yang menjadi cerita sesungguhnya. “Membaca Tree of Codes ini pastinya akan memberikan pengalaman yang sungguh berbeda dalam mendalami suatu cerita,” ujar Jonathan dalam video promosinya.

Hal yang dilakukan Jonathan ini jelas membuka pintu pemahaman baru tentang apa yang bisa dilakukan dengan buku cetak sekaligus menghadirkan kemungkinan-kemungkinan yang menarik dalam dunia literatur secara umum.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline