Lihat ke Halaman Asli

SBY Ibarat Telor Rebus di Tengah Bubur Panas

Diperbarui: 2 Februari 2017   17:47

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Dengan semakin dekatnya Pilkada DKI yang melibatkan anak sulungnya, SBY semakin keras berteriak menyuarakan keprihatinan pada hal-hal yang seharusnya tidak perlu diprihatinkan. Mantan presiden ini merasa dipojokkan dan menempatkan diri seolah-olah jadi korban ketidakadilan. Padahal riak gelombang yang menghujat SBY adalah response dari kata-kata beliau di konferensi pers dan di twitter yang mencerminkan keterlibatannya untuk memenangkan anaknya dengan menyingkirkan Ahok, atau setidak-tidaknya mengancamnya untuk terus didemo sampai lebaran kuda. 

Selain itu, tampaknya SBY mulai khawatir bahawa benih angin yang ditanamnya segera akan panen dengan badai. Anas, Nazarudin, dan Angie yang dipenjara bekali-kali menyuarakan keterlibatan anak SBY kedua dalam pusaran korupsi oleh dedengkot  Partai Demokrat. Satu per satu mantan menterinya diciduk KPK. Ibarat telor rebus, saat ini SBY berada ditengah-tengah bubur panas. Sewaktu-waktu, telur itu akan disendok dan dimangsa oleh keadilan dan hukum karma.

Di tengah hiruk pikuk Pilkada dan tangan-tangan kotor yang meminjam FPI dan MUI untuk memenjarakan Ahok, SBY sudah blunder besar. Rakyat jadi tahu bagaimana ia bermain dan berusaha cuci tangan sehingga seolah-olah keluar sebagai orang santun, bersih, dan terhormat. Namun ancamannya untuk mendemo Ahok sampai lebaran kuda, membukakan mata banyak orang, siapa SBY sesungguhnya. Anaknya yang didorong keluar dari tentara, ternyata performanya belum seperti yang diharapkannya. Muncul di publik dengan canggung dan berbicara dengan gaya Vicky yang sok American. Ditambah lagi pasangannya yang terbebani dengan beberapa kasus korupsi--yang menguatkan image bahwa demokrat seakan berslogan "Katakan TIDAK padahal KORUPSI."

Meski image itu bisa benar atau bisa salah, namun yang ditangkap publik adalah image korupsi. Karena itu, Agus dan Sylvi sudah tidak ada harapan di Pilkada DKI dan SBY semakin galau dengan kenyataan pahit ini. Jurus terzholimi, yang sering digunakan PKS dan tersangka korupsi digunakan berkali-kali. Namun kali ini, mata publik sudah lebih awas dan jurus itu sudah tidak mempan lagi.

Antasari adalah fenomena lain lagi. Kali ini ancaman ke Cikeas datang dari orang yang pernah dibui dan mengklaim di zaman SBY dirinya dikriminalisasi. Galau dan khawatir datang bertubi-tubi dan SBY merasa dirinya disadap dan dizholimi. Agus & Sylvi sudah tidak ada harapan lagi sementara Ibas semakin harus menjaga diri  agar tidak tertangkap radar KPK atas kasus-kasus yang telah memenjarakan rekan-rekan separtainya.

Apakah karma pelan-pelan mendekati telor-telor Cikeas yang ada di tengah bubur panas? Publik akan menjadi saksi dan waktu akan membuka semua misteri.

Salam Kompasiana! Merdeka!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline