Lihat ke Halaman Asli

PKS Dibalik HMI yang Ngamuk di KPK?

Diperbarui: 11 Mei 2016   08:22

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Tersinggung dengan sindiran tentang mantan pimpinan HMI yang korupsi, banyak anggota HMI menggeruduk KPK dan malakukan aksi anarki. Bahkan ada tuntutan untuk membubarkan KPK dari oknum-oknum HMI yang tersinggung ucapan Saut Situmorang. Persis seperti saat pimpinan PKS diringkus KPK, banyak kadernya yang ngeyel, defensif, bahkan mengancam pembubaran lembaga anti rusuah yang berhasil menyikat LHI, Malarangeng, dan Anas Urbaningrum.

Memang sejarah HMI memang sering diwarnai dengan kontradiksi. Sebagai organisasi mahasiswa, HMI terkenal kritis dan pemberani. Namun demikian, HMI menjadi organisasi yang diperebutkan oleh berbagai elemen politik di Indonesia bahkan sering kali "ditunggangi' oleh kepentingan politik elite. Tak pelak lagi, HMI tak ubahnya kendaraan politik. Mantan ketua HMI biasanya direkrut atau masuk ke partai-partai politik. Anas Urbaningrum masuk ke Demokrat, Akbar Tanjung ke Golkar, dan banyak lagi tokoh HMI tersebar di berbagai partai politik.

Bagai seekor kuda tanggangan yang masih muda dan potensial, pimpinan cabang dan nasional HMI diperebutkan. Dan yang paling getol dengan dengan penguasaan HMI saat ini adalah PKS. Di kampus-kampus negeri yang besar mahasiswa kader-kader PKS memiliki posisi tawar tinggi karena mereka aktif dan sangat militan. 

Pertanyaanya adalah, dalam demonstrasi di KPK, siapa yang menunggangi HMI untuk demonstrasi dan berbuat anarkis? Mungkinkah kader-kader senior PKS yang merasa "dizholimi" KPK menjalankan balas dendamnya? Ataukah ada aktor-aktor lain dibalik demonstrasi anarkis HMI? Seperti Gerindra Jakarta yang berduka karena Sanusi adik Taufik diringkus KPK dan masgul karena Ahok belum juga jadi tersangka?

Gedang Kepok hanya bisa mengelus dada. Sindiran Saut Situmorang seharusnya bisa menjadikan HMI organisasi mahasiswa yang mawas diri, dewasa, dan menyiapkan pemimpin bangsa yang tahan goda. Bukan malah manjadi organisasi tunggangan elite politik korup yan masih banyak bercokol di partai-partai politik Indonensia.

Salam Kompasiana! Merdeka!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline