Gedang Kepok tak sengaja terbawa link menarik ke laman Facebook Abu Janda, a fictional character, dengan wajah terkenal pembuat video parodi Isis (Permadi Arya) yang beberapa waktu yang lalu menjadi trending di dunia maya. Menariknya, Ustad Abu Janda memberikan pencerahan moral yang mengedepankan Islam damai dan Islam universal yang toleran serta mengkritik secara terbuka aliran radikal Wahabi-Salafi yang tak henti-hentinya membuat kacau di berbagaai negeri.
Ustad Abu Janda dengan bahasa sederhana dan seringkali kocak khas parodi, membuka kedok gerakan Wahabi-Salafi yang hanya menggunakan ayat-ayat tertentu saja untuk melegalkan gerakan kekerasan dan brutal dan mengabaikan ayat-ayat perdamaian di Al-Quran dan Hadits sahih. Tak pelak, laman Facebook Ustad ini menjadi favorit bagi banyak orang, termasuk non Muslim karena benar-benar mencerahkan dan membuka kedok hitam gerakan Islam radikal.
Secara sederhana, Ustad Abu Janda berpihak pada Islam Nusantara, yang bukan sebuah aliran atau organisasi tetapi gerakan Islam yang berpikir dalam bingkai negara kesatuan Republik Indonsia. Karena itulah, Ustad Abu Janda mengkritik keras Arabisasi yang sangat jauh berbeda dengan Islam. Beberapa meme dan komiknya sangat mencerahkan. Salah satunya adalah yang menggambarkan bagaimana Islam Nusantara menghalau gerakan Wahabi dengan mengklon gambar dari Jurrasic World. Ada juga meme yang menjadi gambar T-Shirt dengan tema dari "Kick Andy!" yang diplesetkan menjadi "Kick Wahabi!". Bahkan Ustad Abu Janda menceritakan dengan kocak kalau wejangannya ibarat Ayat Kursi, menyejukkan bagi pengikut kebenaran dan membuat panas pengikut syaitan.
Saya tidak akan me-link-kan gambar-gambar dan wejangan Ustad Abu Janda di sini karena kan membuat panas kaum Islam radikal. Karena itulah, laman Facebook Ustad Abu Janda berkali-kali diserang dan ditutup karena serangan masif yang ditenggarai berasal dari para keyboard warriors kaum radikal. Di media-media kaum radikal, Ustad Abu Janda dilecehkan dan difitnah dengan mengedit postingan dan menyebarkannya di laman-laman radikal seperti Panjimas dan PKSPiyungan. Selain itu, kloningan laman Facebook tandingan Ustad Abu Janda juga bermunculan dan menyebarkan pesan kaum radikal--gerakan untuk mengelabui dan membungkam Ustad Abu Janda.
Anehnya, pendukung Islam radikal lebih banyak mengeluarkan argumen "ad hominem" untuk Ustad Abu Janda. Mereka menyerang Ustad ini dan menuduhnya kafir, bukan Islam, dan banyak lagi. Tidak ada satupun pendukung Islam radikal yang mau bertukar pikiran dan menggunakan argumen melawan argumen-argumen Ustad Abu Janda yang memang cemerlang dan bijak.
Beginilah asyiknya hidup di negara demokrasi dengan kebebasan yang hampir tak terbatas di dunia maya. Ide-ide cemerlang dan bijaksana bisa diakses dan dibandingkan dengan ide-ide radikal dan berbahaya. Dengan mudah, pembaca baik yang pro maupun kontra bisa menilai, mana yang membawa perdamaian dan kebenaran dan mana yang hanya mau provokasi dan membawa kekacauan.
Ustad Abu Janda telah memberikan pencerahan dengan keberanian melawan suara keras kaum radikal yang menyesatkan. Beliau patut didukung untuk Indonesia yang damai dan demokratis.
Salam Kompasiana! Merdeka!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H