Lihat ke Halaman Asli

Pinangan Gombal

Diperbarui: 24 Juni 2015   14:24

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Buka dompetmu dan tatap aku

Kuharap kau menyimpan selembar fotoku dalam saku dompetmu

Besar, kecil

Tak masalah buatku

Asal bukan mikroskopis dan selalu bisa menemani hari-harimu tanpaku

Buka facebook-mu dan sapa aku

Kuharap kau tak pernah bosan melirik status-statusku

Penting ‘nggak penting

Kuganti 10 menit sekali, agar kau selalu tahu kabar terbaru dariku

Aku makan, sayang

Aku e’ek, sayang

Aku tidur, sayang

Aku merindukanmu, sayang

Dan, aku ingin segera bertemu denganmu, sayang

Ambil ponselmu

Balas pesanku, angkat telponku dan bicaralah padaku

Bersabarlah sayang

Toh, kotak layar sebesar cermin bedak itu bukanlah satu-satunya penyambung lidahku

Agar suaraku sampai padamu

Agar kau tahu apa ceritaku dan aku tahu apa ceritamu

Kalau sudah habis kesabaranmu

Sudah tipis – nyaris jebol tanggul kerinduanmu padaku

Nyalakan laptop dan gunakan skype-mu

Selalu ada waktu tersedia dan kotak layar yang lebih besar dari cermin bedak untukmu

Kurasa cukup,

Sekedar memuat separo badanku, juga tiap mimik dan gerakan canggungku selama ngobrol denganmu

Sudahlah, sayang

Urungkan saja niatmu untuk mencari lelaki lain

Yang – dikata orang – lebih baik dariku

Mungkin aku tak tampan, tak juga rupawan

Asalkan sanggup menawan hatimu seorang

Jackpot bidadari tercantik dari kahyangan pun, aku lewatkan

Mungkin aku tak punya kolam harta atau kolam susu untuk kau renangi

Tapi aku punya kolam cinta untuk kau selami

Aku juga bukan pawang hujan, sayang

Yang bisa manggil atau maen usir hujan seenaknya

Tapi, setidaknya aku bisa menghujanimu dengan cinta termanis yang aku punya

Mungkin juga aku tak necis ataupun romantis

Tapi kujamin, hari-harimu bersamaku

‘Kan jadi momen termanis di sepanjang sejarah kehidupanmu

Mungkin aku tak mentereng, sayang

Malah mungkin kelewat sederhana dan biasa-biasa saja

Tapi serenteng perempuan, kekayaan dan kemashyuran sekalipun

Tak sanggup membeli kesetiaan cintaku pada dirimu

Akhir kata, sayang

Mungkin aku tak punya istana megah ataupun rumah yang mewah untuk kau tinggali

Tapi kuharap …

Hati dan diri ini sanggup menjadi ‘rumah’ bagimu

Sekaligus tempat menghabiskan sisa hidupmu

Tertanda,

Peminangmu

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline