Lihat ke Halaman Asli

Geby Silviamirandani

UIN Walisongo Semarang

Tradisi Bubur Suro Meriahkan Malam 10 Suro di Desa Pegandon

Diperbarui: 31 Juli 2024   09:31

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

KKN. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Rawpixel

Pegandon, 15 Juli 2024 -- Desa Pegandon kembali merayakan tradisi Bubur Suro dengan penuh semangat dan kekhidmatan pada malam 10 Suro. Acara yang diadakan pada tanggal 15 Juli 2024 ini berlangsung meriah, dihadiri oleh seluruh warga desa yang berkumpul di rumah ibu Solikah untuk bersama-sama mengikuti prosesi pembuatan dan pembagian bubur suro.

Tradisi Bubur Suro merupakan salah satu ritual budaya yang diwariskan turun-temurun di Desa Pegandon. Malam 10 Suro, yang juga dikenal sebagai malam peringatan Tahun Baru Islam dalam penanggalan Jawa, menjadi momen yang sangat dinantikan oleh warga desa untuk berkumpul, berdoa, dan bersyukur bersama.

Acara dimulai dengan doa bersama yang dipimpin oleh tokoh agama desa, Bapak Jumari. Dalam doanya, beliau memohon keberkahan, kemselamatan, dan kesejahteraan bagi seluruh warga desa. Setelah doa bersama, prosesi pembuatan bubur suro dimulai dengan penuh kekhidmatan.

Bubur suro, yang terbuat dari beras, santan, dan berbagai rempah, disiapkan secara gotong-royong oleh ibu-ibu desa. Proses pembuatan bubur ini menjadi simbol kebersamaan dan kerja sama warga Desa Pegandon. Ibu-ibu bekerja sama dengan penuh semangat, mencampur bahan-bahan dan mengaduk bubur dengan teliti agar rasanya nikmat dan lezat.

Ibu Rini, salah satu warga desa yang turut serta dalam pembuatan bubur suro, mengungkapkan kebahagiaannya. "Tradisi ini bukan hanya tentang bubur, tetapi tentang kebersamaan dan rasa syukur kita sebagai warga desa. Kami berharap tradisi ini terus dilestarikan oleh generasi muda," ujarnya.

Setelah bubur suro matang, acara dilanjutkan dengan pembagian bubur kepada seluruh warga yang hadir. Anak-anak, remaja, dan orang dewasa semua berbaris dengan tertib untuk menerima semangkuk bubur suro. Suasana menjadi semakin hangat dan akrab dengan adanya canda tawa dan obrolan ringan antarwarga.

Tidak hanya warga desa, acara ini juga dihadiri oleh mahasiswa Kuliah Kerja Nyata (KKN) dari UIN Walisongo Semarang yang turut merasakan kehangatan tradisi Bubur Suro. Salah satu mahasiswa KKN, Amirullah, merasa terkesan dengan tradisi ini. "Ini pengalaman yang luar biasa bagi kami. Kami bisa belajar banyak tentang budaya lokal dan merasakan langsung kebersamaan warga desa," kata Amirullah.

Ketua RW 03 Desa Pegandon, Bapak Jumari, dalam sambutannya menyampaikan apresiasinya kepada seluruh warga dan mahasiswa KKN yang telah berpartisipasi. "Tradisi Bubur Suro ini adalah bagian penting dari identitas kita sebagai warga Desa Pegandon. Mari kita terus jaga dan lestarikan bersama-sama," ujarnya.

Malam 10 Suro di Desa Pegandon pun berakhir dengan rasa syukur dan kebersamaan yang mendalam. Tradisi Bubur Suro menjadi pengingat akan pentingnya menjaga tradisi dan kebersamaan dalam kehidupan bermasyarakat.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline