Lihat ke Halaman Asli

PEMULA27

Terima kasih

Kodrat Manusia (Baik) dalam Perspektif Mencius

Diperbarui: 17 November 2021   21:07

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

sumber gambar: https://www.worldhistory.org/Mencius/

ABSTRAK                                                                                                                                                                                                                                                                  Penulisan ini memfokuskan pada tema: KODRAT MANUSIA (BAIK) DALAM PERSPEKTIF MENCIUS. Yang dimaksudkan dengan pemikiran Mencius tentang sifat manusia yang pada dasarnya baik adalah pertumbuhan empat macam kebajikan yang tetap, sebagaimana ke-empat permulaan ini merupakan predisposisi moral yang ada dalam setiap diri manusia. Pertama-tama: Rasa simpati, permulaan rasa kemanusiaan (REN), Rasa malu permulaan kebenaran (YI), Rasa hormat, permulaan rasa etika atau kesopanan (LI), Rasa benar dan salah, permulaan kebijasanaan. Dalam tulisan ini saya menggunakan studi kepustakaan terhadap isi buku pemikiran politik Konfusius, Mencius dan xunzi oleh: Kristan, S. E. M. A. Ada pun argumen tulisan saya adalah hidup manusia selalu mengejar kebaikan. siapa pun yang hidup pasti mengejar hidup baik. singkat kata, tujuan hidup manusia adalah kebaikan dan hidup baik maka manusia memiliki kewajiban untuk mengembangkan ke-empat poin ini karena dengan demikian akan memperoleh nilai positif yang dapat melindungi diri sendiri atau banyak orang dalam tatanan hidupnya.

KATA KUNCI : Rasa Simpati (Ren), Rasa Malu (Yi), Rasa Hormat (Li), Rasa Benar (Zhi).

PENGANTAR

Menurut perspektif Mencius sifat asli manusia sejak lahir adalah baik. hal inilah selalu dimuncukan oleh cendikiawan pada akhir zaman Konfusius yang berkata bahwa lingkungan memberi pengaruh besar bagi sifat manusia. Dalam kitab Mencius [6A]: 2 yang tertulis: “Mencius berkata, air memang tidak dapat membedakan antara Timur dan Barat. Tetapi adapt membedakan atas dan bawah. Sifat asli manusia cendrung baik, laksana air yang mengalir ke bawah. Sifat manusia tidak ada yang tidak cendrung kepada baik seperti air tidak ada yang tidak mengalir ke bawah”[1].Dengan pemikiran Mencius di atas mau mengemukan bahwa kebaikan merupakan sifat asli pada menusia. Namun, Mencius juga mengakui pada menusia terdapat juga unsur-unsur lain yang dalam hal ini mengacu pada baik dan buruk. Tetapi perlu digaris bawahi yaitu: jika manusia tidak bisa dikontrol dan dididik dengan baik maka akan menimbulkan sifat jahat. Hal ini disebut juga naluri seperti hewan dalam diri manusia dan karennya jika ditinjau secara ketat tidak dapat dikategorikan sebagai sifat dasar manusia. 

POKOK-POKOK PEMIKIRAN MENCIUS

Mencius dalam pemikirannya menekan beberapa poin-poin penting terutama yang berkaitan lansung dengan sifat baik dari manusia yang tercantum dalam kata kunci di atas sebagai penerusan ajaran konfusiusme seperti: Rasa simpati atau cinta kasih sebagai permulaan rasa kemnusiaan (REN). Rasa malu dan segan permulaan kebenaran (Yi). Rasa hormat dan kerelaan adalh permulaan etiket atau kesopanan tau rendah hati dan susila (LI). Rasa benar dan salah jika mampu dekembangakan merupakan permulaan kebijksanaan (ZHI)[2].

Ke-empat poin inilah yang menjadi dasar Mencius mengatakan manusia memiliki sifat dasar ini. Maka berikutlah penjelasan lebih lanjut dan pendalaman empat poin yang menjadi “kebajikan yang tetap” yang tumbuh dari dalam diri manusia sendiri.

1. RASA SIMPATI ATAU CINTA KASIH SEBAGAI PERMULAAN RASA KEMANUSIAAN (REN).

Ren diartikan sebagai rasa belas kasihan yang bermaksud rasa dan hasrat yang cenderung guna memberi dan menerima kasih sayang manusia. Kamudian Ren juga mengartikan perasaan simpati dan empati dalam diri manusia yang murni dan tulus ikhlas dan selaras dalam kemanusiaan. Ren juga sering diterjemahkan sebagai kebajikan dan moral.[3]

 Ada juga unsur pendukung dari pemikiran mencius ini terutama dalam intisari ajaran confusius dalam buku-bukunya adalah manusia bisa menjadi agung dalam hidup pribadi dan hidup bermasyarakat (tingkah lakunya dalam hidup bersama) bila ia mengemabangkan inti kemanusiaannya. Bila setiap orang bisa menghayati demikian maka kebaikan dan kebahagiaan akan diperolehnya[4]. Yang dimaksudkan dari unsur pendukung ini menekan pentingnya keutamamaan-keutamaan manusiawi, kejujuran, belas kasih seorang anak pada orang tua demi menjaga tetap tumbuhnya kebaikan manusia. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline