Lihat ke Halaman Asli

Puisi | Titik Akhir

Diperbarui: 6 Februari 2018   01:07

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sumber: www.iphoneographycentral.com

Sebab dikau aku teringat rupa

sekaligus ceria warna langit.

Serupa garis-garis tangan yang mengingatkanku

bahwa hidup tak sebatas takdir.

Subuh dan tubuhmu adalah seikat kisah

yang diceritakan saat senja

kepada malam.

Kepada binar bintang dan lampu jalan tak sempurna.

Sampai redup cahaya bulan.

Dan kau adalah cahaya bianglala

yang terikat janji serpihan hujan.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline