Lihat ke Halaman Asli

Askara Aksara

tempat paling menyenangkan untuk berhitung dengan aksara

Merayakan Ulang Tahun Naga

Diperbarui: 24 Juli 2020   15:54

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

pict: weheartit.com

Duniaku adalah dunia yang serba terbalik. Langit menjadi tanah, tanah menjadi langit. Tidak ada dasar di bawah sana. Orang-orang terbang dengan kaki mereka. Tanaman mengikat dirinya pada tanah-tanah yang menggunduk seperti gunung yang memencar. Hanya hewan saja yang normal. Yang bersayap akan terbang, yang tak bersayap akan menunggu gundukan tanah saling merapat untuk bepergian. 

Tapi ada satu waktu dimana seluruh penghuni dunia ini berkumpul, yaitu ketika bulan merah tetap berukuran dua kali lipat dari kondisi normalnya sejak terbit dari barat hingga terbenam di timur. 

Seluruh penghuni dunia akan bersuka cita, gundukan tanah yang berserak akan mengumpul dan membuat hamparan tanah yang luas, tanaman menggugurkan buah dan daunnya, dan orang-orang akan membawa daging binatang buruan mereka. 

"Minggir minggiiiirrr, semuanya minggiiiirrrr!" teriak orang bertubuh gempal yang berlari dengan sepiring besar daging rusa panggang di atasnya. Di belakang orang gempal itu tengah mengular ratusan orang dengan bermacam daging siap santap. Ah, bepata lezatnya daging-daging itu.

Liurku menetes setiap piring-piring itu diletakkan. Orang terakhir meletakkan piring yang berisi daging kelinci segar beserta buah dan sayur di sekelilingnya. Lalu dimulailah pesta malam ini dengan suka cita. 

Ketika seekor singan dipecut agar mengaum dengan kencang, maka pesta sudah dimulai. Tidak perlu menunggu yang terlambat. Lagi pula tidak ada yang akan terlambat dalam pesta satu tahun sekali ini. Tidak satu makhluk pun yang datang terlambat. Pesta ini terlalu spesial untuk dilewatkan begitu saja. Aku jadi ingat cerita nenekku dulu sebelum mati. 

"Orang-orang, hewan, dan tumbuhan seperti berlomba meraih posisi paling pinggir gundukan-gundukan. Agar mereka menjadi orang pertama yang menyaksikan keajaiban sebuah tanah datar tanpa ujung, tanpa gundukan." kata nenek. Ah, pantas saja baru-baru ini Raja Agung mengeluarkan perintah bahwa siapapun yang menyentuh garis batas terluar gundukan akan dikurung selama pesta bulan merah besar.

"Mereka kan banyak nek? Memangnya gundukan itu bisa menampung seluruh umat?" tanyaku.

Sebelum menjawab, nenek tersenyum. Senyum yang menggambarkan kesedihan. "Tentu saja tidak. Banyak yang jatuh entah kemana. Mereka yang bisa terbang pun tak terelakkan. 

Karena kamu tau, setiap bulan merah besar, para makhluk yang diberkahi kemampuan terbang akan kehilangan kekuatannya" aku mendengarkan dengan seksama. 

Nenek tersenyum lagi. "Saat bulan merah besar seperti yang akan terjadi besok, dunia ini akan menjadi normal. Dimana langit adalah langit dan tanah akan menjadi tanah. Akan ada dasar berupa gumpalan es abadi yang akan mencair ketika bulan merah besar tenggelam."

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline