Salah satu potret dari kondisi yang banyak terjadi di bangsa ini. Kemarin, 19 Mei 2011 kebetulan saya diminta tolong untuk memberikan informasi mengenai biogas bagi beberapa penduduk desa Suntenjaya, kecamatan Lembang, Kabupaten Bandung Barat. Acara ini diadakan dalam rangkaian kegiatan pemeliharaan DAS hulu sungai Cikapundung yang mengalami tingkat cemar tinggi. Salah satu sumber tingkat cemar tinggi di sungai Cikapundung adalah kotoran sapi yang dibuang para peternak sapi perah di Lembang. Sungai Cikapundung yang melewati kota Bandung digunakan sebagai salah sumber air PDAM. Keluhan bukan saja dilayangkan oleh PDAM, seorang teman pernah bertutur bahwa perusahaan pemilik turbin PLTA yang menggunakan aliran sungai tercemar kotoran sapi juga mengalami peningkatan biaya perawatan. Sebagai gambaran, Lembang adalah salah satu pusat peternak susu di daerah Jawa Barat. Terdapat beberapa koperasi peternak susu di Lembang dan sekitarnya, yang terbesar adalah KPSBU (Koperasi Peternak Susu Bandung Utara) yang memiliki sekitar 7000 anggota. Dalam beberapa tahun terakhir ini, biogas kembali populer di kalangan masyarakat Lembang khususnya para peternak sapi perah sejak kenaikan harga minyak tanah di tahun 2006. [caption id="attachment_110767" align="aligncenter" width="475" caption="Skema Instalasi Biogas Model Dome (terkubur dalam tanah)"][/caption] Biogas adalah campuran gas hasil penguraian anaerob dari biomassa organik. Kandungan utama dalam biogas adalah gas metana (CH4) dan karbondioksida (CO2), karena metana adalah gas yang bisa dibakar maka biogas dapat digunakan sebagai bahan bakar memasak, menyalakan lampu, menggerakkan generator listrik dan sebagainya. Kotoran sapi (yang dicampur air) adalah salah satu biomassa yang sering digunakan sebagai bahan baku pembuatan biogas. Dengan desain reaktor yang tepat, kotoran sapi dimasukkan setiap hari ke dalam reaktor biogas dan menghasilkan biogas yang ditampung dalam ruang penampung gas dan dialirkan ke dapur pengguna untuk memasak. Selain biogas, setiap hari juga akan dihasilkan kotoran sapi dan air (sering disebut slurry biogas) yang telah diuraikan dalam reaktor biogas. Slurry ini sangat bagus digunakan sebagai pupuk bagi tanaman. [caption id="attachment_110770" align="aligncenter" width="300" caption="Nyala api pada kompor pengguna biogas"][/caption] Salah satu peserta dioalog menyampaikan bahwa terdapat 22 ribu ekor sapi perah di Lembang dan sekitarnya. Diskusi mengalir kepada potensi nilai ekonomi dari gas yang bisa dihasilkan kotoran sapi di Lembang. Teknologi biogas yang kami kuasai mampu menghasilkan 1 - 2 m3 biogas per hari dari kotoran 2 ekor sapi perah. Asumsi diambil 1 m3 saja maka dari 22 ribu ekor sapi akan mampu dihasilkan 11 ribu m3 biogas setiap harinya. Setiap 1 m3 biogas tekanan atmosfir setara dengan 0,46 LPG; untuk lebih menggampangkan dalam diskusi diambil asumsi kesetaraan 1 m3 biogas dengan 0,5 kg LPG. Dari 22 rb ekor sapi maka akan mampu dihasilkan sekitar 5500 kg gas setara LPG per hari. Harga LPG 3 kg di Lembang adalah 15 ribu rupiah, maka dihitunglah 5500 kg biogas itu setara dengan berapa tabung LPG 3 kg. Diskusi menjadi lebih bergairah, fokus hitungan menjadi ngaco, 5500 kg biogas setara dengan sekitar 1800 tabung LPG 3 kg yang nilainya adalah 3 juta rupiah per hari. Beberapa peserta mengkoreksi hitungan di papan dan dihasilkan angka 3 milyar per hari. Peserta diskusi menjadi antusias melihat potensi nilai ekonomi dari gas kotoran sapi. "Seharusnya mah orang Lembang haji semua", itu salah satu komentar yang muncul. "Setiap hari orang Lembang membuang 3 milyar ke Cikapundung", "Harusnya gak usah jauh-jauh cari kerja, ngurus kotoran sapi saja bisa kaya" dan lain sebagainya. Peserta menjadi tambah bersemangat dan diskusi diakhiri dengan tekad untuk membangun instalasi biogas di Suntenjaya. Sampai di rumah saya kurang yakin dengan angka 3 milyar tersebut karena 6 tahun yang lalu saya mendapat angka sekitar 1 milyar per bulan dari proses yang sama. Setelah saya hitung ulang menggunakan excel ternyata saya hanya mendapat 27 juta perhari untuk nilai biogas dari kotoran sapi di Lembang. Dibulatkan menjadi 30 juta maka dalam 1 bulan kurang lebih didapatkan angka 900 juta per bulan bahan bakar memasak yang bisa dihemat di Lembang. Saya jadi senyum-senyum sendiri mengingat diskusi di Suntenjaya tetapi gak pa pa lah, peserta jadi tambah semangat untuk membangun biogas di lingkungan mereka. Sebagai penutup, saya beri gambaran bahwa untuk membangun 11 ribu unit biogas seperti dalam diskusi di atas diperlukan dana (saya buka excel dulu, takut salah lagi :p) 77 milyar rupiah saja. Masih jauh dibawah anggaran pembangunan gedung DPR yang baru. Manfaat yang didapat adalah terbukanya lapangan kerja baru lebih dari 1000 tenaga kerja di Lembang, penghematan subsidi negara atas bahan bakar rumah tangga, terciptanya lingkungan yang lebih bersih, dan seterusnya. Semoga mimpi ini bisa terwujud dan orang Lembang benar-benar menjadi orang yang kaya raya. "bukan lautan, hanya kolam susu ...." (potongan lagu Koes Plus) Merdeka!!! [caption id="attachment_110775" align="aligncenter" width="300" caption="Suasana di awal diskusi pemanfaatan kotoran sapi menjadi biogas di Suntenjaya"][/caption]
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H