Lihat ke Halaman Asli

Cerpen: " Datang Tak Dijemput, Pulang Tak Diantar"

Diperbarui: 1 Juni 2020   02:39

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Foto : Pedro Figueras/Pixabay

"Sudah siap semua?"

Aku duduk di sebuah meja makan sambil menatap orang-orang yang ada di hadapanku dengan pandangan kaku. Suasana terasa tegang. Sebuah lampu emergency terletak di sudut sebuah lemari yang mempunyai kaca besar yang ada di pojok ruangan dan satu lagi di meja makan .

Bimo dan Rudi saling menatap dengan pandangan penuh keyakinan.

"Gue siap siap aja bro.", kata Rudi santai, tapi dari nada suaranya terdengar sedikit kekhawatiran.

"Gue juga siap.", Bimo menimpali sambil menegakkan posisi duduknya. Terlihat ia sedikit gelisah.

Aku juga sudah siap.

Arya mengangguk.

"Oke, sekali lagi gue jelasin cara permainannya. Ujung jari telunjuk lu berdua hanya boleh menyentuh koin uang limaratusan ini, bukan ditekan. Posisi nya mulai dari lingkaran yang ada gambar rumah disini. Gue yang baca mantranya. Nanti kalo jailangkung nya udah dateng koinnya gerak sendiri ke arah lingkaran yang ada tulisan Ya disini. Inget, jari lu berdua gak boleh gerakin koinnya."

Aku melihat sebuah kertas sudah tersedia di atas meja. Kertas tersebut penuh dengan gambar lingkaran-lingkaran berpola uang limaratusan bertuliskan huruf-huruf abjad yang ditulis tangan. Tiga lingkaran terakhir di bagian bawah bertuliskan Ya, Tidak dan bergambar rumah.

Arya tampak sibuk memasang handphone nya ke mini tripod untuk kemudian diletakkan di hadapannya. Tidak lupa ia memasang sebuah microphone kecil di bagian atas mini tripod nya itu.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline