Lihat ke Halaman Asli

Gabriela Catherine

Mahasiswa Universitas Mercu Buana

Diskursus Jeremy Bentham's Hedonistic Calculus dan Fenomena Kejahatan Korupsi di Indonesia

Diperbarui: 14 Desember 2023   18:45

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

dok. pribadi

dok.pribadi

dok.pribadi

dok.pribadi

Nama : Gabriela Catherine

NIM : 43222010046

Dosen : Apollo, Prof. Dr, M.Si.Ak

Mata Kuliah : Pendidikan Anti Korupsi & Etik UMB

Hedonistic calculus hedonistic calculus adalah  teori etika yang dikemukakan oleh  filsuf Inggris Jeremy Bentham pada abad ke-18. Teori ini menegaskan bahwa tindakan  etis adalah tindakan yang memberikan kebahagiaan atau kesenangan terbesar bagi sebanyak mungkin orang.  Menurut teori ini, kebahagiaan atau kesenangan merupakan tujuan utama hidup manusia. Oleh karena itu, perbuatan etis adalah perbuatan yang menimbulkan kebahagiaan atau kesenangan.   Bentham menggunakan tiga faktor untuk menentukan apakah suatu tindakan etis atau tidak, yaitu:   Intensitas, yaitu seberapa besar kebahagiaan atau kesenangan yang dihasilkan  suatu aktivitas. Durasi, mis berapa lama kebahagiaan atau kesenangan itu berlangsung.  Kedekatan, maksudnya seberapa cepat kebahagiaan atau kesenangan  dapat dicapai. Bentham juga berpendapat bahwa tindakan  etis adalah tindakan yang paling sedikit menimbulkan ketidakbahagiaan atau kesengsaraan. 

Korupsi adalah tindakan  menggunakan kekuasaan publik untuk keuntungan pribadi atau kelompok. Korupsi dapat menimbulkan berbagai kerugian bagi individu, masyarakat, dan negara.  Korupsi dapat disebabkan oleh beberapa faktor, seperti:   Faktor individu seperti motivasi untuk  keuntungan pribadi atau kelompok.  Faktor lingkungan seperti sistem politik dan ekonomi yang korup.  Hubungan antara perhitungan hedonistik dan korupsi   Teori perhitungan hedonistik dapat digunakan untuk menjelaskan fenomena korupsi di Indonesia.

Teori ini menyatakan bahwa korupsi dapat dilatarbelakangi oleh motivasi untuk memperoleh keuntungan pribadi atau kelompok. Imbalan tersebut dapat berupa uang, kekuasaan atau status sosial.  Misalnya, seorang pejabat pemerintah mungkin menerima suap dari seorang pengusaha untuk menandatangani kontrak proyek. Kegiatan ini dapat menguntungkan pejabat tersebut karena menerima uang hasil suap. Kegiatan ini juga dapat bermanfaat bagi pengusaha, karena ia menerima proyek tersebut. Namun kegiatan ini merugikan masyarakat karena biaya proyek  menjadi lebih mahal dan kualitasnya menurun. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline