Lihat ke Halaman Asli

Tentang Seorang Teman

Diperbarui: 25 Juni 2015   01:39

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

13451439432052845355

[caption id="attachment_207131" align="aligncenter" width="510" caption="rest in peace"][/caption] yang istirahat dengan tenang seminggu yang lalu

dia seorang teman yang kukenal di warung kopi dimana aku sering menghabiskan banyak waktuku, untuk berkarya atau sekedar membuang-buang waktu.Entah bagaimana awalnya, tapi selanjutnya kami sering terlibat dalam obrolan santai tapi berat, walaupun kadang tidak dianggap serius. Yang sering diceritakannya adalah pengalaman-pengalaman aneh yang dialaminya, dari kota lombok, sampai penjara.

Rudi dan Narkoba

Penjara? Iya dia pernah di penjara karena kasus narkoba. Menurutku tidak ada penyesalan dalam ceritanya sampai masuk penjara. “Hanya orang-orang terpilih,” itu katanya, alibi batinku. Sebenernya yang dia bilang itu nggak salah.Dalam pengalaman hidup ga semua orang merasakan penjara, meskipun aku memilih untuk tidak, dan aku pikir sebenarnya dia juga nggak pengen, tapi ini jadi pengalamannya yang ga dirasain oleh banyak orang. Satu pelajaran yang dia berikan dalam cerita ini. “Jangan sampai sekalipun kita menyepelekan orang lain.” Gara-gara dia menyepelekan para polisi, akhirnya dia tertangkap.

Dia mengenal narkoba dari remaja, tapi selama dia berkenalan dengan aku, dia sama sekali tidak menawarkan padaku. Setelah sulit mendapat barang berbahaya, dia lalu menggunakan obat-obatan dosis tinggi. Heran juga ada dokter yang mau kasih resepnya. Dan ilmu obat-obatannya aku jamin anak farmasi kalah pengetahuannya. Soalnya dia mencobanya sendiri.

Rudi dan Seni

Cowok keturunan China bermarga Bong ini suka banget sama seni. Dulu waktu di Lombok dia pernah tinggal di rumah pelukis asal sana, Pak Wayan Gredeg, saudara dari pak Nyoman Mantra. Banyak banget cerita waktu dia ikut jadi asistennya. Dia masih menyimpan salah satu lukisan, dan ketika mau ditunjukkin ke aku, ternyata lukisannya jadi alas meja sama adiknya. Dia juga ngefans sama beberapa pelukis dari Jogja kaya Bob sick Yudhita, trus yang dari luar negri dia suka sama Jackson Pollock. Dia juga mengenalkan aku dengan Salvador Dali, lukisannya berjudul Persistance of memory, gambar jam saku yang kaya meleleh. Sangat surealis.

Suka-nya dia sama seni juga terlihat dari sekujur tubuhnya yang di tatto. Nggak semuanya sie, dadanya membentuk hiasan leher tradisional bali. Kemudian bertambah di lengannya yang berbentuk bunga mawar, yang sering aku ejek seperti bentuk kubis, kelopaknya terlalu kriting menurutku. Satu lagi yang dia ceritakan, tatto di kakinya yang belum selesai gara-gara anaknya tukang tatto nangis waktu dia lagi di tatto.

Dia selalu mengomentariku yang suka sketsa, dia menyuruhku untuk menjadi seniman lukis saja. Dia selau mengejekku yang suka menulis. Seorang penulis itu seniman yang paling nggak bisa apa-apa, jadi Cuma bisa nulis, atau bersyair. Dia paling nggak rela kalau penulis disebut sebagai seniman. Oya, pelajaran menggambar yang dia berikan padaku, menggambar telur sampai kalau gambar itu dibanting telurnya pecah (baca:seolah-olah).

Rudi dan Agama

Entah bagaimana hubungan seorang pecandu dengan agama. Tapi yang bikin aku malu, dia lebih tau banyak tentang agama dibandingkan dengan aku yang merasa sebagai orang baik-baik. Pengetahuannya tentang Tuhan dia mengerti betul. Dari mulai Tarikh, fiqih, dan pengetahuan smua agama. Mungkin dia hanya tidak bertakwa (baca : menjalankan perintahnya dan menjauhi larangannya), seperti yang diketahui manusia pada umumnya. Tapi dia memiliki konsep ketuhanannya sendiri.

Dia pernah bercerita mengenai Tuhannya. Agama yang ada di KTP adalah agama yang diturunkan dari ibunya. “Agama ki koyo Ageman,” agama itu seperti baju. Jadi agama yang ‘dianut’ oleh dia seperti baju yang di pakaikan ibunya. Layaknya barang pemberian dari orang tua, baju itu kadang di pakai kadang dilepaskan, kadang dicuci kadang disimpan di lemari. Terus saat aku tanya soal Tuhan, jawabannya, “Bagiku Tuhanku ya Ibuku,” alasannya, ya ibunya yang melahirkannya, yang kasih makan, yang merawat saat sakit, yang kasih duit. Representasi yang paling nyata dari sosok Tuhan. Gila, jawabannya masuk akal, dan aku mulai memikirkan lagi konsep ketuhanan yang diajarkan di sekolah. Tapi, bukan berarti dia melupakan Tuhan yang kaya semua orang pikirkan.

Pernah suatu kali kami membahas mengenai bencana yang terjadi di Jogja. Tuhan itu maha segalanya, sampai manusia ga mampu untuk mendefinisikannya satu persatu, itu yang membuatnya berbeda dengan makhluk-Nya. Aku bertanya, dari bencana yang terjadi berarti Tuhan itu maha jahat yah? Dia tidak mengiyakannya. Dia memberikan banyak argumentasi, sampai cerita-cerita janji Tuhan buat orang yang meninggal dalam bencana. Aku tidak puas. Aku menegaskan, terlepas dari semua cerita, intinya Tuhan itu kan Jahat, kalau Dia ga jahat, dia kehilangan salah satu sifat ke-mahaan-Nya. Dia mengiyakan dengan tidak rela. Lalu aku terjebak dengan pertanyaanku sendiri. Masih mau memuja yang jahat?

Rudi dan Temannya

Orang ini memiliki banyak teman, mungkin karena dia enak diajak ngobrol, berwawasan luas, atau karena senasib sepenanggungan. Dia banyak cerita tentang teman-temannya, beberapa ia kenalkan sama aku. Dari orang bawah sampai manager dan pelukis. Dia orang yang ringan tangan. Dalam artian, senang menolong. Ketika terjadi keributan di warung kopi tempat kita nongkrong, dia dengan cepat melerai, tanpa tau siapa yang berantem.

Pernah suatu ketika, dia pergi bersama pacarku. Sampai di rumah, pacarku menceritakan banyak hal yang dia alami di jalan. Kerumah temannya yang tangannya baru dibacok. Pergi ke kantor polisi tapi malah bikin tambah runyam. Di jalan nolong orang mabuk yang kecelakaan, tanpa pamrih. Sampai harus pulang malam karena terlalu sibuk mengurusi teman-temannya.

Dia sebisa mungkin jujur. Di Jogja ada yang namanya burjo, kepanjangan dari bubur kacang ijo. Tempat makan 24 jam, yang juga jualan intel(indomi telor), gorengan dan beberapa minuman. Di burjo tempat dia langganan, banyak juga yang dari kalangan mahasiswa. Dan para akademia itu sering kali ngutang, bahkan kadang nggak di bayar, yang bisa bikin si penjual burjo defisit. Bukan berarti dia nggak ngutang, sebagai orang yang ga selalu banyak duit, dia juga ngutang. Tapi dia dengan seorang temannya yang senasib, memiliki buku catatan hutang sendiri. Hem, patut dicontoh.

Rudi dengan Kata-katanya

Sebagai orang yang kurang kerjaan (baca:pengangguran) dia memiliki banyak waktu untuk memikirkan sesuatu. Dan dia benar-benar memikirkannya. Ada beberapa quote yang beberapa kali diungkapkan.

“everything you think is wrong”

Aku butuh waktu yang sangat lama untuk memahaminya. Butuh bertemu dengan beberapa teman dan berbagai diskusi, untuk mengerti. Berawal dari ajaran confusius, tentang “isi adalah kosong, kosong adalah isi” dimana sebenarnya yang kosong itu justru berisi, aaaarrgggh. Sangat sulit memahaminya. Mungkin bukan kosong sepenuhnya, tapi hening (entah apa namanya) seperti dalam kondisi meditasi. Pencapaian tertinggi adalah saat ga berpikir. Apakah pernah kita tidak berpikir dalam sepuluh detik saja? Rasanya sulit, ada saja yang dipikirkan.

Aku meminjam istilah seorang teman, dia mencotohnkan, seperti dalam membuat lukisan, sketsa, atau disain, karya yang bagus, biasanya yang nggak dipikir dalam pembuatannya. Karya yang terjadi begitu saja. Lalu apa bagusnya? Bagusnya adalah karena karya itu merupakan hasil campur tangan-Nya. Semuanya mengalir begitu saja. Yowes, ga usah dipikirke, ungkapan jawa yang ‘ternyata’ artinya besar banget. Biarkan semua mengalir seperti seharusnya.

“everything is nothing”

Semuanya itu bukan apa-apa. Secara teori, ada teori big-bang, teori ledakan besar yang mendasari terjadinya alam semesta yang berasal dari ketiadaan. Jadi sebenarnya semua kehidupan, istilah, ilmu, apapun, itu semuanya dari ketiadaan. Jadi semuanya ga berarti apa-apa. Ga usah sombong dengan jabatan dan kekayaan karena semuanya hanya titipan.

Dia juga bercerita. Dia memang nggak bisa berbuat hal besar, jadi dia mencari-cari hal kecil yang bisa dia lakuin tapi jarang orang lakukan, dan itu keren. Misalnya melafalan huruf jawa secara terbalik.

hanacarakangathabagama

datasawalanyayajadhapa

padhajayanyalawasatada

magabathangakaracanaha

Selain itu juga ada urutan nada yang di balik, dari do, si, la, sol, fa, mi, re, do, yang menggunakan nada seperti do, re, mi, fa, sol, la, si, do. Dan yang terbanyak adalah mengurutkan alfabeth dari z ke a, dimana orang justru terbiasa menghafalkan dari a ke z. Dia juga suka bikin jokes yang cenderung saru. Dan banyak banget.

Rudi dan Aku

Aku cuma temennya Rudi nongkrong di warung kopi. Temen ngobrol dan ngakak. Maksudku membuat tulisan ini bukan untuk menceritakan kematiannya. Rudi pernah memberikanku buku catatan, dia menyebutnya dengan buku sowekan (buku sobekan, buku yang bisa dilepas lembarannya). Buku itu dia buat sendiri, dari sisa-sisa usaha sablon milik adiknya, dan dia iseng memberi sampul buku itu. Sampulnya bergambar seorang pria Papua yang memakai koteka. Alasan dia memberi buku itu karena aku suka iseng menulis apa yang kami obrolkan.

Dia pernah membahas mengenai seseorang yang sukses hidup, sukses menjadi manusia. Dia mencontohkan Presiden Soekarno yang dikenal oleh orang banyak, paling tidak cicitnya tau namanya. Tidak harus orang yang dikenal dengan baik. Bahkan Hitlerbaginya adalah orang yang sukses, dikenal oleh orang sedunia. Dengan membuat tulisan ini, aku berharap membuatnya dikenal dan di ingat oleh lebih banyak orang.

Rudi meninggal seminggu yang lalu (10 Agustus 2012), hari Jumat di bulan Ramadhan, seperti orang yang tertidur dengan pulas. Tuhan punya rencananya sendiri, Rudi begitu beruntung mendapatkan hari yang sangat baik, hari jumat dibulan ramadhan. Tuhan bisa saja mengutus pencabut nyawa sebulan yang lalu, tapi tidak ada yang kebetulan. Aku tau dia spesial di mata-Nya. Dengan caranya, semoga dia damai di istirahatnya.

" 'Til I finally died Which started the whole world living Oh, if I'd only seen That the joke was on me"

buatnya, aku tau kamu ga butuh laptop atau internet untuk  membacanya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline