Seperti halnya salah satu sifat manusia: tempatnya salah. Saya pun mengaku sebagai gudang terbesar sifat yang bernama salah itu. Maka, saya pun minta maaf terlebih dulu atas kesalahan saya. Baik yang tidak disengaja apalagi yang sebaliknya, disengaja. Maaf.
Dua hari yang lalu, tepatnya 20 Agustus 2017 jam 12:02, saya memposting sebuah tulisan di Kompasiana yang "tanpa" dipertimbangkan. Jelasnya terkait tulisan bisa dilihat disini: Masih adakah Penyuluh Pertanian di Gayo Lues?
Di dalam tulisan singkat saya itu, bisa dikatakan hanya sebatas curhat, menyinggung sedikit tentang "eksistensi" Penyuluh Pertanian. Namun, tidak ada maksud saya menyerang, menjelek-jelekan, menjatuhkan dll, suatu instansi. Ide itu bermula karena melihat peliknya masalah para petani di kampung saya. Kemudian terpikir, ada atau tidak penyuluh pertanian saat ini, karena kalau sebelumnya memang ada, saya juga pernah bertemu. Selanjutnya kalau tidak ada, saya pun berharap diadakan kembali. Begitu maksud saya.
Walau pun nyatanya tulisan yang disangka sangat ceroboh itu menurut saya telah saya pertimbangkan, ya saya mengakui hanya manusia ingusan, hingga jelas mudah menemukan celah salah.
Memang ada sedikit 'bumbu' didalamnya. Seperti halnya sayur, tentu saja jauh dari kata nikmat jika tanpa penyedap rasa. Sekali lagi, tanpa kata "tapi" saya minta maaf sebesar-besarnya. Jika memang ada Abang/Kakak PPL merasa keasinan atas Sayur yang saya hidangkan.
Hari ini (Rabu, 23 Agustus 2017) sekira pukul 12:30-an Kabid Penyuluh dan dua tenaga penyuluh kabupaten Gayo Lues menemui saya. Saya berterima kasih atas sikap reaktif Ibu Kabid dan kedua kakak penyuluh. Juga pukul 15:14 saya dihubungi bapak Aramiko (Koordonator PPL). Seketika itu saya sudah yakin kalau PPL benar ada, penuh syukur. Dan benar adanya. Saya saja yang kurang pantau---Maaf.
Di dalam pertemuan sekitar satu jam itu, kami membahas tentang tulisan itu, tentu saja. Lagi-lagi saya minta maaf sebesar-besarnya, jika ada Abang/Kakak PPL yang terus berjuang mati-matian mensejahterakan petani merasa tersinggung---karena saya tidak pernah berniat menyinggung Abang/Kakak yang aktip. Hal itu juga saya kira bisa diselisik dari tulisan saya sebelumnya.
"(Bukan mau menjelek-jelakan, apalagi ngiri) Sebagian prajurit pemerintah, terkhusus Penyuluh Pertanian Lapangan (PPL), yang sudah diberi mandat mulia malah mangkir dari lintasan." Disitu jelas ada kata "Sebagian Perajurit", itu berarti tidak semua. walau pun begitu tetap saya minta maaf.
Kemudian masalah judul, "Masih Adakah Penyuluh Pertanian di Gayo Lues?", disitu juga saya tidak melupakan tanda tanya (?), ya memang saya tidak tau ada atau tidak. Bisa jadi sudah tidak ada, bukan? Dan sekarang saya sudah tau kalau PPL ada, itu dari keterangan Ibu Kabid dan Bapak Koordinator PPL tadi. Pun kalau memang saya salah, disini saya tidak lupa minta maaf lagi.
Selebihnya dari situ saya banyak tau tentang kendala yang dihadapi "malaikat penolong" kami itu. Saya pun mewajarkan kalau tugas Abang/Kakak PPL sedikit "terbengkalai", Buk Melana (Kabid) menjelaskannya penuh semangat.
Pertama, PPL di Gayo Lues ada. Pertanyaan saya terjawab. Jumlahnya juga lumayan, walau pun berdasar pengakuan masih kurang.