Lihat ke Halaman Asli

NewK Oewien

Sapa-sapa Maya

Tangisan Lebaran

Diperbarui: 27 Juni 2017   21:49

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

“Allaaahuakbar Allaaahuakbar Allaaahuakbar! Allaaaaahuakbar Walillahilham ... .”

Suara takbir menggema. Masih di subuh buta, dari corong toa suara bilal berdendang merdu. Alunannya berirama. Berhasil mengundang hati para pemenang menepiskan pelukan selimut: bergegas membersihkan tubuh, penuh semangat meski air seolah mampu membuat beku.

Di subuh itu, MCK Kampung penuh antrian. Menunggu giliran mandi sambil menggigil, karena hawa begitu sejuk. Demi membunuh rasa dedengkot bosan, mereka bercakap-cakap. Tak ketinggalan juga Mamad. Dari mulutnya hembusan asap tembakau terus disembulkan, guna sedikit mencari hangat. Karena darinya senyuman terpancar, orang-orang turut bersyukur.

Sementara menunggu giliran dan suara takbir terus menggema, perlahan antrian memendek.

***

“Ham jaga adikmu. Bapak Salat sebentar.”

“Iya, Pak.”

Sambil menoleh pada Ren yang sedang didekap sang Ibu, anak sepuluh Tahun itu menyanggupi amanah. Ren turut juga menoleh dari pelukan Ibunya. Istrinya, Sami memejamkan mata perlahan.

“Jangan tinggalkan rumah sebelum bapak pulang.”

“Iya, Pak.”

Mamad beranjak menuju sumber takbir, Masjid, meninggalkan rumah mereka yang sunyi dari suasana lebaran.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline