Memang impianmu telah lama sirna
Tergerus banjir yang tak kenal jeda.
Lalu kau berusaha mencari celah
Sebab hujan tak pernah berhenti
Mencipta arus tanpa muara
Upayamu berbuah sia-sia
Dan kau terpaksa pasrah.
Semua orang tau Kau terluka,
menahan duka.
Kucuran air matamu yang tak henti-henti
Menandakan kau peguasa daya
Yang tak terhingga
Seketika kau jadi pongah.
Kemudian kau terus tersedu-sedu memamer duka
Menghias kota dengan air mata
Tanpa kau sadar dunia terbelalak menatap: memvonis ketidakpuasan ada di benakmu.
Toleransi yang kau gaungkan tercecer
Seiring para hakim mengetuk palu
Seolah tangisanmu memberi tanda:
Kau lah pemenang meski nyatanya kau terhempas.
Semua orang tau kau terluka
Tapi apa perlu nyanyian duka kau jaja pada dunia?
Gayo lues, 2017
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H