Lihat ke Halaman Asli

NewK Oewien

Sapa-sapa Maya

Waktu, Pedang dan Perburuan Selimut

Diperbarui: 10 Maret 2017   13:45

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

sumber: shutterstock.com

Orang-orang itu memburu gerak,tergesa-gesaberpacu untuk juara
dalam lintasan waktu yang tak kenal lelah.

Dalam perjalanan juang,
mereka mengasah pedang
setajam waktu melibas
para pecundang.

Karena waktu terus melaju,
pedang-pedang semakin tajam
mustahil diragukan kedatangan aral. Dan
tentu sebagian berakhir di tiang gantungan.

Praktik keserakahan merajalela,
menepikan yang berpedang tumpul.

Selimut tersedia sedikit,
sebab yang lihai bermain pedang
telah menimbun
hingga tujuh generasi waktu.

Tak ada pembagian wilayah,
ekspansi kaum jagoan adikuasa
menenggelamkan kaum yang
belum lihai memegang pedang.

Siluet hangat perjanjian
semakin rabun dalam pandangan.

Sulit dan semakin sulit
bagi mereka yang mengigil,
mendapat selimut,
sementara hujan belum reda sejak semalam.

Dan waktu terus melaju,
ketangkasan pedang masih abu-abu
dan selimut belum terpampang
di tubuh yang terguncang.

Mereka pasrah menatap langit
yang berwarna kelabu
dihiasi cahaya kilat melukis bentangan,
bumi semakin basah sebab tombak-tombak masih menembak.

Hanya bisa berharap pertempuran langit di pihak meraka:
mentari mengusir awan yang mendatangkan hujan
petir ganas menghujam kaum serakah, dan
selembar selimut menepis gigil.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline