Lihat ke Halaman Asli

NewK Oewien

Sapa-sapa Maya

Satu Kunjungan Dua Pelajaran Hidup

Diperbarui: 29 September 2016   17:49

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Suatu sore saya berkunjung ke rumah teman untuk suatu tujuan, Kampung sebelah Kampung saya. Sebelumnya saya sudah memberitahu prihal kedatangan, melalui sms, teman saya menerima dan katanya dia di rumah jam 5 sore. Saya berangkat, tiba jam 5 kurang 5 menit. Rumahnya kosong, teman saya gak ada bahkan sudah jam 5:30, sesuatu yang sangat tidak layak dicontoh dari teman saya. Saya SMS, balasnya masih diperjalanan. Terpaksa saya menunggu, menikmati pemandangan sore di Kampung yang mayoritas peduduknya petani.

Pandangan saya tertuju pada dua warung kopi tepat di depan rumah teman saya. Satu dengan bangunan besar, luas dan mewah serta yang satunya lagi bangunannya kecil, kayu dan tentu tidak mewah. Para petani sudah pulang dari lahan mereka mendulang rezeki. Warung kopi sudah rame. Ada satu keganjilan dari warung, yang mana warung yang terlihat mewah sepi pelanggan dan warung yang terlihat tidak mewah banyak pelanggan. Suatu yang aneh, padahal jenis jajanan dan barang yang dijual sama, dari segi lain juga sama. Pikiran saya penuh tanya, apa yang berbeda?

Teman saya akhirnya datang, hampir jam 6, tersenyum riang. Kami masuk. Ngobrol urasan yang menjadi alasan saya berkunjung. Tanpa lama, bisnis kelar. Saya ingin pamit pulang, tapi dia cegah. Katanya hanya boleh pulang setelah maghrib dan sesudah makan. Kalau begini kejadiannya, di suku kami tidak baik jika mengecewakan tuan rumah, pulang tanpa menghiraukan suguhan sama saja tidak sopan atau lainnya.

Makan sudah. Lagi santai 'menempatkan' santapan dan kami lanjut cerita, bukan bisnis, tidak jelas topiknya apa. Tiba-tiba saya mendengar cekikikan keras dan rame diluar, di warung kopi. Nah, timbul keinginan menanyakan pertanyaan dalam pikiran saya, tentang warung kopi pada teman saya. Dia pasti tau kenapa satu rame dan satunya lagi sepi, toh di depan rumahnya.

Ternyata alasan kenapa warung yang sempit lebih rame dari pada yang besar karena dua hal kelebihan dari warung sempit, yang merupakan kekurangan dari warung besar di sebelahnya. Sebenarnya alasan yang mungkin sangat klise (basi) dengan pengaruh yang sangat besar, terbukti kesenjangan pelanggan yang besar dari kedua warung. Apa alasannya? Kata teman saya---merupakan pelanggan warung sempit juga.

Pertama, Empunya warung sempit mudah senyum, sangat ramah sedangkan warung besar suka marah, cerewet dan lainnya. Yap, benar adanya, saya merasakan ketika membeli sebungkus tembakau dari warung besar ketika menunggu, tindak-polah serta raut muka melayani pembeli tidak 'ngangenin', meski fisik kayak artis. Saya hanya tertipu dari tata-pola lokasi dan kondisi warung sempit.

Kedua, warung sempit lebih bersih dibanding warung besar. Saya juga memang melihat ruang warung besar sedikit becek, tempat pencucian gelas dan piring dekat meja nyerumput Kopi dan nyantap Mie. Selain itu sampah jajanan makanan ringan berserakan. Jelasnya memang tidak bersih---yang menyebabkan penyakit. Kembali saya tertipu oleh polesan luar dan fisik warung besar. Ah, besok lusa saya sudah tau, dan pelanggan warung besar kembali berkurang satu.

Mendengar penjelasan panjang lebar dari teman, saya dapat menyimpulkan :

1. Dalam Usaha
Apapun jenis usaha harus mengedepankan kedua hal tersebut, yaitu pelayanan yang ramah dan mudah senyum serta kondisi yang bersih dan nyaman. Bukan hanya di kota bahkan pelosok desa yang udiknya tidak ketulungan, mungkin alasannya karena kenyamanan batin sang pelanggan. Tingkat kepuasan memang ditentukan oleh batin, alih-alih mendapat kenyang ketika makan, malah makan tidak diteruskan karena tempat tidak nyaman (bersih) dan tuan rumah tidak ramah. Jadi, jaga senyuman dan kebersihan agar pelanggan tidak pindah.

2. Dalam Kehidupan Masyarakat
Kita (manusia) tidak bisa terlepas dari kehidupan bermasyarakat karena kita saling membutuhkan, rezekiku melalui kamu sebaliknya rezekimu melalaui ku. Namun walau demikian kita tidak jarang saling benci atau tidak suka, salah satu alasannya pemisahan itu kerena 'dia atau kamu' tidak ramah atau jorok. Jadilah kita jarang berkunjung dan saling sapa.

Dengan demikian kita harus saling intropeksi diri masing-masing untuk bersikap mudah senyum dan ramah serta menjaga kebersihan agar kita saling berkunjung sehingga rezeki akan datang tidak diduga-duga. Seperti halnya saya dan keluarga meski tinggal di gubuk, tapi kami selalu membudayakan sikap ramah pada siapapun dan bersih (versi kami), menjadikan tamu sering berkunjung. Memang gula dan kopi cepat habis serta kerjaan rumah tangga bertambah, dibalik itu tak jarang tamu membawa tentengan dan menawarkan sumber rezeki atau rezeki itu sendiri.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline