Lihat ke Halaman Asli

Cinta Tanpa Pacaran

Diperbarui: 24 Juni 2015   20:51

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

gaulislamedisi 265/tahun ke-6 (5 Muharram 1434 H/ 19 November 2012)

Bro en sis rahimakumullah, ‘penggila’ gaulislam, ketemu lagi bareng saya, di bahasan yang mirip-mirip sama tulisan saya sebelumnya , yaitu ‘pacaran’. Haha… bikin ngakak nih, pacaran, pacaran, dan pacaran. Waduuuh, ada hubungan apa ya saya dengan ‘pacaran’? *mikir sambil tepok jidat. Eh, Tapi nggak usah bingung, ragu, takut, en khawatir ya, Sob. Hubungan saya dengan istilah ‘pacaran’, doi emang musuh bebuyutan kok. Jadi wajar, kalo saya ama istilah pacaran emang sering dipertemukan editor, dalam buletin gaulislam yang kita cintai ini. Tujuannya tentu ada. Yup, agar para remaja benar-benar ngeh kalo pacaran itu emang bukan budayanya remaja muslim. Pacaran itu nggak nyeni banget dilakuin remaja muslim, dan sekali haram, pacaran tetaplah haram, titik teu dikomaan (baca: titik yang nggak pake koma lagi). Wah ngotot banget nih, gaulislam bahas tentang pacaran terus. Sstt… habisnya, suka sad-sad gitu kalo lihat remaja yang pacaran, tapi sebenarnya mereka tahu hukumnya haram, padahal nih para aktivis rohis udah panas tenggorokan, pada serak ngasih tahu nggak bosan-bosannya. Selebaran pun bertebaran, mading sampe jamuran. Semua berisi dengan tulisan “Say No To Pacaran”. Begitupun di masyarakat, banyak majelis taklim remaja yang teriak-teriak bahwa pacaran itu haram. Oya, bukan cuma itu, kekeliruan remaja memahami konsep cinta pun sering jadi alasan. Padahal nih ayat udah ngolotok banget alias udah hapal di luar kepala kayaknya: “Dan janganlah kamu mendekati zina; sesungguhnya zina itu adalah suatu perbuatan keji, dan suatu jalan yang buruk.”(QS al-Israa’ [17]: 32) Semua hal yang mendekati zina tentu itu harus kita jauhi. Nggak pakai alasan-alasan lagi. Ta’aruf, atau pacaran terselubung? Ada nggapan ngawur bahwa kalo remaja nggak pacaran siap-siap dibilang katro, norak, nggak laku dsb. Jadi seolah pacaran bagi remaja adalah sebuah hal yang perlu. Anak SD pun udah banyak yang pacaran. Hancur deh generasi di hadapan mata, semua sibuk dengan urusan naluri cinta namun diekspresikan melalui jalan yang menyimpang, atau tepatnya melalui aktivitas yang namanya pacaran. Bro en Sis, padahal kan justru yang ngelakuin pacaran itu bisa dibilang katro, karena pacaran itu kan bukan budaya dari Islam. Islam melarang aktivitas pacaran, tapi untuk memenuhi naluri melestarikan keturunan, rasa cinta itu diberi ruang untuk mengekspresikannya melalui  pintu pernikahan. Bener Bro en Sis: pacaran itu hubungan terlarang, sementara nikah itu ikatan yang halal. Nah, ini adalah masalah lagi nih. Bener. Kekeliruan pun kian banyak terjadi. Saat banyak yang ‘sadar’ pacaran itu haram, tetep aja setan belum puas ganggu manusia. Maka akibatnya, setan ngasih jebakan baru, sehingga orang mencari jalan lain yang dianggap aman dan halal—menurut hawa nafsunya. Apa buktinya? Yup, jadinya ngakalin. Dalam Islam kan dikenal istilah ta’aruf, istilah inipun akhirnya diselewengkan oleh aktivis pacaran sebagai suatu hal yang mirip dengan pacaran. Padahal, keliru banget. Ta’aruf yang mereka lakuin adalah ta’aruf yang terkontaminasi dengan hawa nafsu yang dikemas dalam hubungan gelap bernama pacaran. Modus yang mengecewakan, Bro en Sis. Padahal ta’aruf itu adalah suatu tahap yang ada dalam proses khitbah (baca: meminang—yang sudah serius ke arah pernikahan). Jadi khitbah dulu baru ada tahap ta’aruf di situ—tentu saja dengan syarat-syarat yang ketat, seperti nggak boleh berduaan meskipun udah khitbah. Kalo sudah khitbah berarti sudah siap menikah, karena khitbahitu berupa pinangan seorang lelaki kepada wanita melalui permohonan resmi kepada orang tua si wanita dengan tujuan untuk menikahinya. Nah, kalo belum siap buat nikah? Ya, itu berarti bukan ta’aruf itu mah, tapi pacaran terselubung pake kedok ta’aruf. Parah! Jadi, plis deh kawan. Kamu yang masih ngotot bahwa dirimu sedang ta’aruftapi nyatanya terselubung jadi pacaran, segera nyadar sebelum ajal datang. Sterilkan dari hal-hal yang akan menjerumuskan pelaku ta’aruf ke hal-hal yang hina dari mendekati zina atau malah zina yang sesungguhnya. Remaja dan cinta Remaja, adalah masa yang katanya “serba transisi”. Peralihan dari anak-anak jadi dewasa dengan pemikiran yang mulai berjalan secara bercabang-cabang dengan tujuan yang katanya untuk mencari jati diri. Waduh, nih lebay nulisnya ya, belibet pula kayak gini. Yup, intinya masa remaja itu juga ditandai dengan memperhatikan penampilan agar terlihat sempurna. Nggak ketinggalan, rasa-rasa sumringah berwarna pink atau yang kita kenal virus merah jambu ini pun tak dipungkiri mulai menempati posisi tersendiri dalam rona kehidupan remaja. Bener kan? Kamu ngerasain juga? Hehehe. Sama. Perasaan cinta yang menghampiri itu emang naluri, namun tidak berarti kita bebas memuaskan naluri melestarikan keturunan itu diwujudkan dengan pacaran ataudengan hal-hal yang kita inginkan menurut hawa nafsu kita yang masuk kategori mendekati zina atau malah berzina. Naudzubillah min dzalik. Nah, dalam Islam tentu kita (seharusnya) tahu banyak tentang syariat Islam yang bisa cegah manusia dari zina. Jadi, ‘rasa cinta’ adalah fitrah, namun pemuasannya adalah pilihan. Maka, tentukanlah sekarang Bro en Sis, mau ikut aturan siapa? Nurut sama aturan Allah Ta’ala atau ikutan aturan selain Islam dengan ngelakuin pacaran? Tapi tentu ada konsekuensinya dari setiap pilihan. Milih pahala atau dosa? Sobat muda muslim, kalo boleh ngasih tips nih ya, tentu sebagai mahluk Allah Ta’ala kita tentu yakin akan adanya hari perhitungan (yaumil hisab). Daripada di akhirat sengsara karena nyoba pacaran, ya mending ikut aturan Allah yang tentu menyelamatkan. Ikut aturan Allah Swt adalah tanda kita beriman seratus persen padaNya, juga bukti cinta kita padaNya. Bro en Sis, pembaca setia gaulislam, aturan Allah Ta’ala sudah pasti ada hikmah dan manfaatnya. Jadi, jangan ngerasa rugi ketika kita memutuskan taat pada Allah, karena bagaimanapun kita ini manusia, kawan. Kita tidak tahu apa yang terbaik buat kita, maka jadikanlah Allah yang Mahatahu segalanya sebagai rujukan aktivitas yang kita lakukan. Cinta Islam sampai mati Rasa cinta memang naluri, Islam sangat tegas dan jelas menentukan aturan terhadap rasa cinta yang dimiliki manusia. Sssttt.. bukan berarti Islam mengekang manusia lho, justru ini tanda Islam peduli umatnya. Tanda Allah Ta’ala cinta hambaNya. Agar manusia nggak jatuh terjerumus pada hal-hal yang menghinakan dan juga menyengsarakan manusia. Oya, dilarang ngelakuin pacaran itu, bukan berarti kita terlarang punya cinta. Kita bisa tetep punya cinta kok. Kita bisa salurkan rasa cinta ini pada suatu hal yang benar dan baik. Tentu saja cinta yang diekspresikan sesuai tuntunan Allah Swt dan RasulNya. Eh, ngomong-ngomong tentang subjudulnya yang ‘cinta Islam”, apa sih maksudnya? Hmm.. ini nih ada ayat dalam al-Quran yang patut kita perhatikan dan renungkan, “Katakanlah ,’Jika bapak-bapak, anak-anak, saudara-saudara, isteri-isteri, kaum keluargamu, harta kekayaan yang kamu usahakan, perniagaan yang kamu khawatiri kerugiannya, dan rumah-rumah tempat tinggal yang kamu sukai, adalah lebih amu cintai dari pada Allah dan RasulNya dan (dari) Jihad di JalanNya , maka tunggulah sampai Allah mendatangkan keputusanNya.” Dan Allah tida memberi petunjuk kepada orang-orang fasik.(QS at-Taubah [9]: 24) Bro en Sis rahimakumullah, masa remaja yang katanya enerjik dan penuh semangat, sebenarnya bisa diarahkan jadi pengemban obor perjuangan. Namun, amat disayangkan bagi remaja yang enggan berjuang untuk Islam. Ayolah, jangan sibuk ngejar cinta birahi terhadap lawan jenis yang buat kita terhina—karena cara ekspresinya nggak halal. Seharusnya kita bisa sibuk memperjuangkan Islam, sibuk mencari ilmu Islam, itulah bukti bahwa kita punya cinta, cinta pada Islam! BTW, kalo kamu nggak pacaran pun, tenang aja soal jodoh. Jangan takut nggak dapet jodoh atau khawatir jodoh yang kita dapat bukan jodoh yang terbaik. Sebab, Allah Ta’ ala sudah tentuin jodoh kita masing-masing. Termasuk seperti apa jodoh kita kelak. Baik atau buruknya, tergantung pribadi kita juga lho. Firman Allah Swt., “Wanita-wanita yang keji adalah untuk laki-laki yang keji, dan laki-laki yang keji adalah buat wanita-wanita yang keji (pula), dan wanita-wanita yang baik adalah untuk laki-laki yang baik dan laki-laki yang baik adalah untuk wanita-wanita yang baik (pula).” (QS an-Nuur [24]: 26) So, berdoalah pada Allah agar kita diberikan jodoh terbaik. Tentunya kita pun aktif perbaiki sikap kita agar jadi pribadi yang senantiasa bertakwa pada Allah Swt. Tetap konsisten dalam Islam, dan tentu saja tetap taat pada Allah. Salah satunya nih, dengan menahan gejolak cinta yang telah Allah berikan. Tahan dan kendalikan sampai waktunya tiba, yakni saat kita halal dengan seorang yang telah ditentukan Allah sebagai jodoh kita melalui pernikahan. Itulah bukti kita masih punya cinta. Oke deh, keep smilehamasah buat kamu semua, pembaca setia gaulislam. Oya, jika cinta Allah sudah didapat, maka insya Allah surga pun bisa kita raih. Itulah janji Allah. FirmanNya, “Dan barang siapa yang mentaati Allah dan Rasul(Nya), mereka itu akan bersama-sama dengan orang-orang yang dianugrahi nikmat oleh Allah, yaitu: Nabi-nabi, para shidiqien, orang-orang yang mati syahid dan orang-orang saleh. Dan mereka itulah teman sebaik-baiknya.” (QS an-Nisa[4]: 69) Yuk, pastikan kamu tetap memiliki cinta meski tidak kamu wujudkan dalam pacaran. Stop pacaran! Taat dan takutlah hanya pada Allah Ta’ala. Insya Allah, semua akan indah pada waktunya, yakni nanti dalam pernikahan. Sekarang? Fokuslah belajar, Bro en Sis! [Wilda Awaliyah | Twitter @wildafillaah]

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline