gaulislamedisi 254/tahun ke-5 (16 Syawwal 1433 H/ 3 September 2012)
Wah, bahas soal galau dan alay neh? Hehehe.. iya. Abisnya kamu juga pada galau mulu dan sebagian besar tetap memelihara gaya alay sampai beranak-pinak. Hmm… jangan-jangan sebenarnya penganut ‘mazhab’ galau dan alay udah sejak lama. Sehingga kamu yang suka galau dan tampil alay saat ini adalah udah keturunan yang ke-10. Hadeeeuuh… Bro en Sis rahimakumullah, pembaca setia gaulislam, sebenarnya risih banget lho kalo ketemu ama remaja yang suka galau. Hih, kesannya semua orang tuh pengen dikasih tahu kalo dirinya lagi punya masalah, ujung-ujungnya pengen dikasihani (tapi kayaknya ogah tuh kalo disantuni. Bwaaah!). BTW, gaulislam pernah bahas soal galau ini, judulnya “Generasi Galau? Don’t Follow!”, coba deh cek di www.gaulislam.com (edisi 213, 21 November 2011). So, kamu secara khusus bisa baca lebih detil di edisi tersebut ya. Kalo di edisi ke-254 ini dibahas dengan angle sedikit beda dan juga ada tambahan generasi alay. Insya Allah tetap menarik kok. Yuk, dilanjut bacanya. Nah, dengan alasan itulah buletin kesayangan kamu tetap bahas soal ini. Ya, sebab nggak reda juga kondisi remaja yang suka galau dan doyan tampil alay. Entah karena menganggap bagian dari perkembangan zaman, atau emang nggak ada yang ngingetin. Sayang banget kan kalo sampe generasi remaja di masa depan justru nggak serius dalam hidup, atau malah nggak punya tujuan hidup karena keseringan galau dan memilih gaya hidup alay? Duh, jangan sampe deh! Saya ngebayangin—mudah-mudahan sih nggak kejadian—suatu saat nanti anak alay ini makin merajalela. Untuk persoalan bahasa saja kita pasti akan kesulitan. Kenapa? Hehehe.. udah pada tahu kan, kalo anak alay senengnya ngubah bahasa tulisan dengan karakter yang nggak jelas. Contoh: “54y4 m0 kE sannnaaaa… yach, kamuw addha di HoME gx?” Belum lagi nulisnya: akyu, aquh, luph, ciinnnn, cemungadddh, bla..bla… akun facebook namanya narsis abis: DeWI Cellalu Cenyhumm; Bryan pengEN nyang ENTU. Hadeuh.. cape deh! Waduh, tuh para ortu mereka bisa ngeden dan mencret mulu baca SMS kayak gitu. Belum lagi para pembuat software khusus tunanetra, pasti stres ngikutin perkembangannya karena bakalan kesulitan ‘nerjemahin’ SMS kayak gitu, misalnya aplikasi text-to-speech. Dan, hahahaha… jadi inget gini, untuk tulisan normal aja, huruf Braille itu menyusahkan bikinnya (termasuk bacanya), gimana yang model tulisan anak alay gini ya? Tambah parah dah! *emang nyusahin tuh anak alay! Santai tapi serius, Bro Hidup ini harus serius dinikmati. Iya. Sebab, hidup itu anugerah, Bro en Sis. Kita bisa menikmati indahnya dunia, bisa ngobrol bareng temen-temen (yang tentu saja manusia juga. Hehehe.. emangnya pernah kamu ngobrol dan bisa komunikasi timbal-balik dengan pohon atau hewan?). Selain itu, dalam hidup kita juga bisa merancang harapan dan mewujudkannya melalui usaha dan doa. Kenapa hidup bisa menjadi lebih indah? Sebab hidup juga punya tujuan jelas. Bener banget. Kalo nggak punya tujuan jelas mau ngapain dalam hidup ini, pastinya kita juga bakalan limbung nggak karuan dalam menjalani kehidupan. Ibarat orang mau pergi ke suatu tempat tapi bingung tempat mana yang akan dituju. Begitu nyampe terminal bis, bingung karena banyak pilihan jurusan. Celakanya, orang kayak gini kalo megang duit bakalan ujug-ujug naik mobil aja dengan alasan yang penting senang walau bukan untuk tujuan yang akan membuatnya selamat. Sobat muda muslim pembaca setia gaulislam, itu sebabnya dalam hidup ini kita harus bersyukur dan menunjukkan rasa syukur kita dengan beriman kepada Allah Swt., bertakwa dan jalani ibadah dengan benar. Lho.. lho.. hubungannya apa kok bahas soal galau dan alay nyambungnya kepada keimanan segala? Hehehe.. tentu saja ada kaitannya, Sob! Nyambung banget tuh. Misalnya nih, kamu lagi dilanda susah dan didera masalah, ya jangan mudah untuk galau pikiranmu, jangan mudah gelisah lalu putus asa. Jangan sampe kayak gitu. Remaja muslim yang beriman kagak pantes miara sifat galau, mending miara sapi aja karena bisa gemuk terus dijual. Lha, kalo miara galau? Kamu jadinya punya hobi nyoretin ‘dinding’ facebookmu dan facebook kawanmu dengan kata-kata penuh kegalauan. Widih tuh wall penuh dengan curahan putus asa. Halah, cemen! Hidup itu wajar kalo diuji dan ujiannya susah. Sebab, dalam hidup kita harus hadapi kenyataan, dan kenyataan tak selalu yang kita suka. Maka, kreatiflah mencari jalan keluar untuk menyelesaikan masalah kehidupanmu. Boleh dikata, hidup ini keras, maka gebuklah! (hehehe ini sih judul bukunya Prie GS ya?) Bro en Sis, hidup jangan dibuat susah. Santai aja. Nggak usah pusing kalo nggak kesampaian maksud kita. Tak perlu merasa gagal total kalo cita-cita tak bisa diraih. Sabar, sabar dan sabar. Lalu interospeksi, evaluasi dan cari jalan keluar. Jangan mengeluh, tak perlu galau, nggak usah putus asa. Meski nyantai, tetapi urusan tujuan hidup harus serius. Ya, harus jelas mau kemana setelah kehidupan di dunia ini. Bagi kaum muslimin, akhirat adalah tujuan akhir. Oya, harus diingat, agar perjalanan ke akhirat itu berakhir menyenangkan (yakni meraih surga), maka kudu punya bekal. Bekal untuk ke sana bukanlah harta, bukan jabatan, bukan status sosial di mata manusia. Tetapi amal shalih yang kita lakukan dengan penuh keikhlasan dan semata mengharap ridho Allah Swt. Allah Ta’ala berfirman (yang artinya): Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat); dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan. (QS al-Hasyr [59]: 18) Tentu saja, untuk meraih kebahagiaan di akhirat kelak, kita harus serius untuk mendapatkannya. Yuk, siap ya! Sadarlah generasi alay! Bro en Sis, ‘penggila’ gaulislam, seperti yang udah kamu tahu soal anak alay, karena bisa jadi itu kawanmu di sekolah, saudaramu satu rumah, atau malah dirimu sendiri yang udah eksis jadi anak alay, maka kita harus menyadarkan mereka (termasuk nyadarin diri sendiri). Iya nggak sih? Ketahuilah kawan, meski kelihatannya sepele soal anak alay, tetapi saya merasa harus menyadarkan. Gimana pun juga, generasi alay nggak berhenti hanya pada bahasa dan model penulisan dalam menyampaikan pesan. Hal lain yang justru perlu diwaspadai adalah soal gaya hidup. Jika “alay” sudah menjadi karakter, maka akan mudah bagi orang tertentu untuk merasa terbiasa jadi generasi alay. Menganggapnya hal sepele dan lumrah. Sebagian menyebutnya sebagai bagian dari dinamika hidup. Waduh, nggak banget, Sob! Dinamika hidup bukan soal gaya hidup, apalagi gaya hidup yang keliru bin salah karena jauh dari syariat Islam. Anak alay juga sebelas dua belas ama anak-anak yang sering merasa galau. Persis banget kelakuannya, bagai pinang dibelah satpam (apa hubungannya?). Hmm.. atau nih sebenarnya udah satu paket bahwa anak yang sering galau tuh pastinya anak alay, atau anak alay adalah anak yang seringnya curhat di sembarang tempat—terutama situs jejaring sosial dan mereka itu gampang banget ngerasa galau. Tapi terlepas dari soal itu, sikap galau dan alay nggak pantes banget nemplok pada diri remaja muslim. Catet! Jadilah remaja smart pejuang syariat Bro en Sis rahimakumullah, calon para pembela Islam dan pejuang dakwahnya, sebagai remaja kamu harusnya keren, smart dan bangga jadi pejuang syariat. Buang deh jauh-jauh karakter yang gampang galau dan memble ala anak alay dari folder kepribadianmu. Delete saja. Buka folder recycle bin, lalu empty dah isinya. Nah, jangan sekali-kali kamu pake ‘software’ lain untuk ngembaliin file-file galau dan alay dari tempat sampah itu. Please jaga baik-baik dirimu, Bro! Sobat muda muslim, ayo bangkit dan masuk ke dalam barisan pejuang Islam. Makin banyak yang berjuang, insya Allah kian besar pengaruhnya dalam mewarnai kehidupan ini. Meski adakalanya sebuah peperangan atau revolusi tak selalu berbanding lurus dengan jumlah pejuangnya. Artinya, tak selamanya jumlah banyak bisa memenangkan pertempuran. Karena yang terpenting adalah kesamaan visi dan misi. Lebih hebat lagi tentunya jumlah banyak dan punya kesatuan visi dan misi. Betul nggak seh? Jadi, yuk mari tekadkan dan kuatkan perjuangan kita. Jangan pernah takut terhadap apapun, kecuali kepada Allah. Bahkan kita kabarkan kepada dunia, bahwa ancaman kematian, bukanlah penghalang bagi perjuangan kita untuk membela Islam. Seperti kata Syekh Ahmad Yassin: “Kematian tak pernah menakutkan kami. Sebab melalui itu, kami menemukan jalan menjadi syuhada.” Allahu Akbar! Dahsyat semangat keimanannya. Ayo, jangan takut, jangan minder, dan jangan malu en males jadi pejuang Islam. Kita di jalan yang benar sobat. Kita tidak sendirian. Jumlah kita ribuan, bahkan jutaan yang akan berjuang membela Islam. Sebagai penyemangat perjuangan, yuk kita sama-sama senandungkan salah satu lirik nasyid Izzatul Islam yang oke punya: “Barisan mujahid melangkah ke depan/ Tanpa rasa takut menghalau rintangan/ Cahya Islam kan selamanya memancar/ Dengan darah kami sebagai pembakar”. Tetep semangat berjuang sampai akhir hayat. Enyahkan galau dan alay dari dalam kehidupanmu! So, jangan pesimis ya. Kemenangan Islam memang insya Allah akan datang. Melalui keterlibatan kita, atau bahkan tanpa keterlibatan kita. But, tentu alangkah nikmatnya jika kita menjadi bagian dari perjuangan untuk meraih kemenangan tersebut. Iya nggak sih? Maka, daripada galau dan alay, mendingan buruan nyadar, berkemas untuk belajar ngaji, pahami, amalkan dan dakwahkan. Sehingga kamu nantinya bisa bilang: galau dan alay? No way! Smart dan pejuang syariat? Yes banget![solihin | Twitter: @osolihin]
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H