Lihat ke Halaman Asli

Hidup Mulia Bersama Islam

Diperbarui: 26 Juni 2015   04:34

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

gaulislamedisi 190/tahun ke-4 (11 Rajab 1432 H/ 13 Juni 2011) Apa yang terbayang di benak kamu begitu disodorin kata ‘pedalaman’? Kalo gue sih kebayangnya: Suatu wilayah yang jauh dari kecanggihan teknologi, jauh dari kesejahteraan, dan para penduduknya yang–maaf- masih udik dan primitif, berpakaian pun ala kadarnya. Ada yang rumahnya di pesisir pantai, juga di tengah hutan. Waduh, kita yang terbiasa belanja di minimarket, nongkrongin angkringan gorengan atau warteg, apalagi yang demen maennya di mal pastinya bakal bingung kalo terdampar di pedalaman kayak gitu. Pastilah bingung karena terbiasa dengan kemudahan fasilitas yang ada di kota. Nah kalo di pedalaman kadang sinyal hp pun ‘kejap ade, kejap tak ade’ (maksudnya timbul tenggelam gitu) bahkan ada yang tenggelam sama sekali! Jangankan mau online, sms-an aja kudu ke kota dulu kali. Lah emang ada listri? Haduh, help help S.O.S deh! Tragis! Kalo mikir nasib kita yang terdampar di pedalaman sih nggak abis-abis, Bro n Sis! Tapi coba deh pikirin gimana dengan sodara-sodara kita yang tersebar di pedalaman Sumatera, Kalimantan, Sulawesi, Papua? *mikir mode on*.  Sudahlah mereka tinggal di pedalaman, tapi apakah mereka udah dipenuhi kesejahteraannya oleh yang mimpin nih negara? Mereka bertahan dengan ‘pakaian adat’ yang alakadarnya dan ini dipertahankan buat melestarikan kebudayaan juga ningkatin pendapatan negara dalam hal pariwisata. Selain itu, yang pasti, mereka juga masih bernaung di rumah-rumah adat mereka yang belum tentu memenuhi kriteria rumah sehat. Dalam hal pendidikan juga masih banyak masyarakat pedalaman yang belum mengenyamnya.  Padahal, kalo pemerintah meningkatkan fasilitas untuk guru-guru yang ditugaskan mengajar di pedalaman, termasuk fasilitas pendidikan untuk masyarakat pedalaman ditingkatkan, niscaya para guru bisa betah dan masyarakat pedalaman juga nggak ketinggalan informasi dan bisa belajar sebagaimana saudara-saudaranya di perkotaan. Bro en Sis, itu baru masalah sandang dan pendidikan. Gimana dengan kesehatan, pangan, akses jalanan yang mulus tanpa hambatan, ketersediaan alat transportasi publik yang mumpuni, air bersih, listrik? Ah, gue pikir kalo kehidupan temen-temen di pedalaman serba minimalis kayak gitu terus, itu namanya pemerintah nggak  peduli sama mereka dan jelas tidak berperikemanusiaan. Mana goal-nya? Kalo baca tweetnya para inspirator, pasti selalu disebut-sebut yang namanya “GOAL”.  Goal sendiri bisa berarti ‘tujuan’.Gue selalu mikir, apakah pemerintah punya goal buat mensejahterakan rakyatnya yang ada di pedalaman sono? Kalo iya, kenapa mereka dipertahankan dalam kondisi mereka yang alakadarnya gitu? Cuma wilayah-wilayah tertentu yang dikasih infrastruktur lengkap. Terus, kalo ada investor mau nambang sumber daya alam di pedalaman selalu dikasih ijin, yang ada justru terjadi bentrok antara penduduk pedalaman dengan pengusaha tambang. Aset lingkungan yang menjadi tempat tinggal masyarakat pedalaman justru tercemar. Akibatnya, masyarakat yang terbiasa dengan kehidupan alam yang damai, jadi terusik karena alamnya dicemari oleh zat-zat polutan. Kalo tanah pedalaman ditambang, kemana lagi masyarakat pedalaman akan bercocok tanam? Kenapa bukannya masyarakat pedalaman yang diberi fasilitas untuk bertani sehingga memudahkan cara bertani mereka yang masih manual? Ketersediaan air bersih juga masih rawan.  Bagi yang air sungainya masih murni dan jernih, artinya sarana air bersih masih bisa terpenuhi. Tapi gimana dengan yang sudah tercemar dengan polutan bahan tambang atau juga karena wilayah geografisnya termasuk daerah yang sulit air? Di satu sisi, sektor pariwisata terus mendongkrak pendapatan daerah dengan ‘menjual’ keunikan kehidupan daerah pedalaman. Yang dipertanyakan, kalo pendapatan udah masuk kas daerah terdekat dengan wilayah pedalaman, apakah kebutuhan masyarakat pedalaman terpenuhi? Aduh, pusing gue mikirnya, mau jadi apa negara ini? Bro en Sis, tapi benang merahnya udah keliatan kok kenapa goal ini nggak tercapai secara merata. Benang merahnya adalah sistem kapitalisme. Waduh mohon maaf ya buat adik-adik yang di SD atau SMP mungkin masih bingung apa itu kapitalisme. Ya, sistem kapitalisme adalah sistem yang berdasarkan kapital atau modal. Banyak orang mengartikan kapitalisme cuma ada di sistem ekonomi, padahal kapitalisme udah mengakar menjadi sistem hidup. Nah, kalo diterapkan dalam kehidupan berarti sistem yang berdasar atas kekuasaa orang-orang yang paling gede modalnya atau kapitalnya.Kalo menurut Ayn Rand dalam bukunya Capitalism: The Unknown Ideal, kapitalisme diartikan sebagai suatu sistem sosial yang berbasiskan pada pengakuan atas hak-hak individu, termasuk hak milik di mana semua kepemilikan adalah milik pribadi. Jadi jangan heran kalo ada pantai pribadi atau malah pulau pribadi. Nggak heran jika kemudian masyarakat pedalaman jadi terusir bahkan teraniaya di wilayahnya, cuma gara-gara tanahnya dibeli ama orang kaya. Jangan heran juga kalo masyarakat pedalaman dipertahankan kondisi aslinya berhubung di sektor pariwisata berpotensi untuk ningkatin pemasukan duit buat daerah dan negara. Toh, dalam kapitalisme apapun yang dianggap baik dan bermanfaat plus menghasilkan duit (meskipun hal itu haram) dan juga merugikan orang lain (baca: nggak peduli yang dijual atau dibeli sebenarnya berstatus milik perseorangan atau umum), it’s ok aja. Mangunwijaya pun kasih komentar pedes buat kapitalisme dalam eseinya “Mencari Landasan Sendiri”: “…ternyatalah, bahwa sistem liberal kapitalis, biar sudah direvisi, diadaptasi baru dan diperlunak sekalipun, dibolak-balik diargumentasi dengan fasih ilmiah seribu kepala botak, ternyata hanya dapat berfungsi dengan tumbal-tumbal sekian milyar rakyat dina lemah miskin di seluruh dunia, termasuk dan teristimewa Indonesia..” Hmm..beda banget ya ama Islam. Apa bedanya ? Baca terus artikel gaulislam ini ampe tuntas ya! Menuju kehidupan mulia Sobat muda muslim, kita wajib nyadar kalo aturan hidup selain Islam nggak akan pernah bikin tentram. Bener. Mau kapitalisme, sekulerisme, sosialisme, atau komunisme, semuanya cuma bikin rakyat tambah melarat. Firman Allah Swt.:”Dan barangsiapa berpaling dari peringatanKu, Maka Sesungguhnya baginya penghidupan yang sempit, dan kami akan menghimpunkannya pada hari kiamat dalam keadaan buta.” (QS Thahaa [20]: 124) Menurut gue sih, solusi logis dan sesuai syariat adalah dengan menerapkan Islam sebagai ideologi negara. Karena apa? Karena masalah akhlak, masalah ekonomi, masalah kekacauan sosial, pendidikan, budaya, kesejahteraan rakyat, hukum, pemerintahan dan sebagainya insya Allah akan beres kalo diterapkan Islam sebagai ideologi negara. Menurut Muhammad Muhammad Ismail dalam bukunya, Al-Fikr al-Islâmi (hlm. 9–11), yang disebut dengan mabda’ (ideologi) adalah akidah/keyakinan yang digali dari proses berpikir, yang kemudian melahirkan sistem atau aturan-aturan (‘aqîdah ‘aqliyyah yanbatsiqu ‘anhâ nizhâm). Menurut definisi ini, sebuah akidah/keyakinan disebut sebagai mabda’ (ideologi) jika memiliki dua syarat: (1) bersifat ‘aqliyyah; (2) memiliki sistem/aturan. Catet ye! Tanpa Islam, kehidupan kita akan sengsara seperti sekarang, ketika kita berada dalam naungan kapitalisme. Firman Allah Swt.:”Apakah hukum Jahiliyah yang mereka kehendaki, dan (hukum) siapakah yang lebih baik daripada (hukum) Allah bagi orang-orang yang yakin?” (QS al-Maaidah [5]: 50) So, kalo mau menuju kehidupan yang mulia, ya cuma bersama Islam. Bukan dengan ideologi lain. Rasulullah saw. bersabda (yang artinya): “Perkara ini (Islam) akan merebak di segenap penjuru yang ditem­bus malam dan siang. Allah tidak akan mem­biarkan satu rumah pun, baik gedung maupun gubuk melainkan Islam akan memasukinya se­hingga dapat memuliakan agama yang mulia dan menghinakan agama yang hina. Yang dimuliakan adalah Islam dan yang dihinakan adalah kekufuran” (HR Ibnu Hibban) Bro en Sis, dalam soal futuhat alias penaklukan negeri-negeri yang dilakukan kekhilafahan Islam berbeda dengan penjajahan gaya Kapitalisme. Islam di bawah kekuasaan Khilafah Islam disebar ke wilayah-wilayah di luar Arab sebenarnya dalam rangka membebaskan dan memuliakan manusia agar mereka dapat kehidupan layak. Beda dengan penjajah, mereka datang untuk menguasai apa yang berharga di wilayah jajahan mereka. Kalo bahasa kerennya sekarang, penjajah ada yang pake pola soft power ada yang pake hard powerSoft power biasanya dalam bentuk ide-ide, kalo hard power dalam bentuk kekerasan fisik. Gitu. Bangkit yuk Mumpung kamu sekarang masih sekolah, so kenapa nggak pancangkan cita-cita saat ini juga untuk memuliakan hidup umat manusia bareng Islam? Fokuskan belajar dan ibadah juga aktivitas ngaji Islam kamu, jangan lupa sungkem ama ortu supaya ilmu yang dipelajari bisa berguna dalam kehidupan ini demi kemuliaan umat manusia di bawah naungan syariat Islam. Terus, jangan lupa bikin Dream Book untuk memacu perwujudan mimpi-mimpimu, supaya dari tahun ke tahun rencana arah perjalanan hidupmu yang jadi pilihanmu udah tersusun rapi. So, Guys! Di tangan kalian insya Alloh, nantinya masyarakat pedalaman akan eksis dengan kemuliaan mereka sebagai manusia ciptaan Alloh Swt karena keberhasilan futuhat Islam yang telah kalian wujudkan (tulis di Dream Book ya !) Amin ya rabbal’alamin. [Anindita | www.facebook.com/Anind.Chandra] LINK Artikel: http://www.gaulislam.com/hidup-mulia-bersama-islam STREAMING gaulislam di: http://live.gaulislam.com

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline