Ada seorang teman yang tiba-tiba gelisah dan tidak tenang ketika dia melihat kabar dari wa group alumni sekolahnya. Dia melihat dan mendengar bahwa teman-teman seusianya sudah mejadi orang-orang yang sukses. Dia mulai dikuasai rasa gelisah dan minder ketika dia melihat di group wa ada teman-temannya yang merayakan kesuksesan nya.
Lalu dia mulai berpikir dan bertanya-tanya. Apa yang kurang pada diriku ? Dia mulai merasa rendah diri,mulai menyalahkan dirinya karena tidak bisa meraih seperti yang diraih oleh teman-temannya. Dia juga mulai menyalahkan orang tuanya yang tidak bisa menyekolahkan dirinya seperti teman-temannya yang sukses dalam pendidikan.
Bahkan dia juga mulai menyalahkan saudara-saudara nya karena dianggap merekalah yang menjadi penyebab sehingga ia tidak bisa melanjutkan pendidikannya. Sehinggd ia sampai pada kesimpulan bahwa saya tidak bisa sampai pada jenjang pendidikan yang tinggi seperti mereka karena ada orang-orang ini yang tidak mendukung saya.
Apa yang bisa saya refleksikan dari kisah tersebut. Teman saya itu menjadi gelisah ketika mendengar dan melihat kesuksesan teman-teman seusianya. Dalam peristiwa kehidupan setiap hari hal ini sering terjadi.
Aneka perasaan muncul ketika melihat orang lain lebih dari pada saya. Ketika larut dalam perasaan itu sama halnya menjatuhkan diri kedalam jerat kegagalan.
Saya tidak bisa mengubah fakta. Faktanya ialah bahwa saya sedang tidak berhasil saat ini. Fakta yang lain adalah bahwa orang lain lebih berhasil dari pada saya. Saya tidak bisa mengubah fakta ini. Yang bisa saya ubah ialah penafsiran saya tentang fakta/keadaan yang sedang ada pada diriku saat ini.
Demikian juga hidup yang indah,hidup yang membahagiakan bukan dilihat oleh fakta apa yang sedang terjadi pada hidup. Tapi dilihat dari bagaimana cara saya memaknai fakta-fakta yang terjadi pada hidupku. Kemampuan saya dalam memaknai fakta yang sedang terjadi akan membawa saya pada satu titik terang menuju keberhasilan atau kesuksesan.
Oleh karena itu bagaimana saya bisa hidup bahagia dan damai dalam menjalani hidup ? Caranya gampang dan tidak rumit yaitu dengan cara mengubah sudut pandang saya terhadap diriku. Mengatakan pada diri bahwa "saya mau dan saya bisa". Mengangkat martabat diri yang juga layak mendapatkan keberhasilan seperti mereka. Tentu hal ini harus dibarengi dengan usaha dan keyakinan.
Sebutir intan tak lebih dari secuil batu demikian juga sebaliknya secuil batu akan sangat lebih berharga dan terasa sepeti permata kalau kita memaknainya dengan cara yang berbeda. Saya akan melihat permata pada diriku jika saya mampu mengubah sudut pandang terhadap diriku.
Semoga bermanfaat..
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H