Lihat ke Halaman Asli

Gagal Rendah Hati

Diperbarui: 26 September 2020   22:10

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dua hari yang lalu pimpinan meminta saya  pergi ke Ac informa untuk belanja beberapa keperluan di perpustakaan regionalat. Ada bebrapa rak buku,kursi,meja dan beberapa lemari lainnya. Jarak dari rumah ke toko tidak terlalu jauh sekitar 15 menit dengan sepeda motor.

Pada waktu yang bersamaan kebetulan saya mengikuti sebuah webinar yang diselenggarakan oleh kampus dan webinar ini sifatnya wajib. Webinar akan dimulai pkl 09.00 sampai selesai sedangkan toko baru dibuka sekitar pkl 10.00. 

Wah,saya segan sekali menolak permintaan pimpinan saya itu. Karena baru ini yang pertama kali beliau minta tolong kepada saya selama saya ada di Medan ini.Sebenarnya kalau saya jujur,saya tidak menyanggupi permintaan itu karena webinar itu lebih penting untuk saya.

Akan tetapi mengingat jabatannya sebagai pemimpin saya takut dimarahi dan saya mengiyakan permintaan itu dan akhirnya saya lakukan dengan terpaksa. Saya sadar dan tau akibat dari tindakan itu.

Tapi pada saat itu saya hanya bisa berpura-pura. Pura-pura baik jadinya meskipun sebenarnya lebih baik jika saya dapat mengatakan keadaan yang sebenarnya. 

Dalam hal ini Saya gagal rendah hati karena saya tidak jujur untuk megungkapkan yang sebenarnya. Saya dihantui rasa takut dan berbagai asumsi yang belum terjadi. Saya hanya mengandalkan perasaanku dan akhirnya menciptakan beban untuk diri sendiri.

Terkadang bahkan seringkali kita mengalami yg namanya gagal rendah hati.  Gagal rendah terjadi karena ketidakmampuan untuk mengaku dengan jujur tentang keberadaan diri kita yang sesungguhnya.

Kita sebenarnya tidak sanggup, tapi katakan bahwa kita sanggup, tidak bisa tapi katakan bahwa kita bisa, kita salah tapi ngotot katakan bahwa kita yg benar, dan lain sebagainya.

Pengakuan yg tidak jujur itu terjadi karena hanya merasa gengsi, takut kehilangan harga diri, kedudukan terancam, mau dinilai baik, dan mau mendapatkan pujian.  Apalagi berhadapan dengan yg namanya para pemimpin, mereka yang merasa terpandang, terhormat, punya kedudukan, dan memiliki status. 

Sulit bagi kita untuk mengatakan," ya, saya salah" ," saya tidak sanggup", " saya tidak bisa", dan lain sebagainya.  Memang lebih mudah bertindak lewat kata-kata  tapi soal tindak lanjut, tunggu dulu.

Selalu saja ada alasan untuk membela dan membentengi diri supaya tidak tersentuh dengan yg namanya kesalahan. Sadar atau tidak, sikap gagal rendah hati hanya akan membuat diri kita terpuruk dan tenggelam dalam kesalahan. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline