Lihat ke Halaman Asli

Kecanduan Membereskan

Diperbarui: 9 September 2020   13:12

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

lifestyle.sindonews.com

Setiap kita pasti senang melihat yang rapi dan bersih. Segala tempat yang bersih dan rapi pasti memberikan rasa nyaman kepada setiap orang yang mengunjungi atau yang tinggal di tempat itu. Pertanyaannya apakah kita selalu rapi dan bersih ?

Adalah hal yang wajar jika seorang perempuan rajin untuk membereskan dan merapikan segala sesuatu yang dilihat berantakan. Dan itu menjadi rutinitas yang selalu dilakukan setiap hari. Sudah kecanduan istilahnya,kalau tidak dilakukan serasa ada yang kurang.

Sama hal nya dengan saya sendiri atau kami yang tinggal di biara sudah terbiasa mengurus diri sendiri mulai dari barang-barang pribadi hingga kamar pribadi sampai menjaga kesehatan. 

Saya sendiri sudah terbiasa dan terlatih untuk membereskan dan merapikan barang-barang saya dan saya tidak suka ketika orang lain mulai mengatur dan mengobrak-abrik kamar saya.

Saya punya cara tersendiri untuk menata kamar dan barang-barang saya dan itu membuat saya in didalamnya. Selain itu saya lebih yakin dengan apa yang saya kerjakan yang menyangkup privasiku. Misalnya mencuci atau menggosok kain.

Teman-teman rapi dan bersih ternyata bukan hal yang mudah untuk dilakukan. Apalagi di kalangan kaum perempuan. Penampilan seseorang dapat menggambarkan apakah dia seorang yang rapi dan bersih. Bukan saja menyangkut fisik tapi lebih pada kepribadian orangnya. Atau sering kita dengar dengan istilah "INNER BEAUTY"

Saat ini banyak kita temukan orang-orang yang suka membereskan pribadi orang lain, kecanduan untuk membersihkan diri orang lain. Mengapa? Karena memang melihat diri orang lain itu sangat menyenangkan .

Saya atau kita terlalu asyik untuk mengkritik orang lain dengan cara kita masing-masing. Misalnya ketika kita melihat atasan kita kurang beres atau lalai tak sedikit dari kita berkata seperti ini " maunya dia seperti ini....", atau " andaikan aku di posisi dia, saya sudah seperti ini atau seperti itu..."

Mengandaikan diri ini di posisi orang lain, serasa mampu melakukan yang terbaik. Rasanya mampu membereskan setiap tuntutan sesuai kemauan orang banyak. 

Apa yang saya atau kita katakan hanyalah segelintir dari tanggung jawab orang yang sedang kita preteli. Kita tak pernah tau sejauh mana usaha dan seberapa banyak pengorbanan yang ia lakukan untuk mempertanggungjawabkan tugas yang sedang di embannya.

Suatu kali dalam group wa kelompok,teman-teman sedang asyik membahas seorang dosen yang dalam " dosen yang tegas ". Dalam group ini semua tentang dosen ini dibahas mulai dari sepatu hingga jalinan rambutnya setiap hari. Saya biasanya tidak terlalu antusias menaggapi chat yang ada di group-group wa,biasanya saya cukup membaca tak mau berkomentar . 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline