Lihat ke Halaman Asli

Berkata Terus Terang, Agar Hidup Terang Terus

Diperbarui: 27 Agustus 2020   11:49

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dokpri

Kehidupan kita diwarnai dan didasari oleh sumpah atau janji. Yang pertama sekali kita terima adalah janji babtis ketika kita waktu bayi. Pejabat-pejabat negara juga bersumpah. 

Mereka berjanji untuk setia melayani masyarakat. Sebelum memulai hidup berkeluarga,pasangan suami istri juga bersumpah. Mereka berjanji untuk setia dalam suka maupun duka. Biarawan/biarawati juga mengucapkan janji  dihadaan Tuhan dan sesama untuk setia kepada Tuhan dan kepada umatNya.

Bagi saya sendiri janji merupakan sarana untuk melakukan apa yang dituntut dari apa yang telah saya pilih. Janji merupakan satu jaminan. Sifatnya harus,tidak bisa tidak. Tapi tak jarang dalam realita kehidupan bahwa banyak yang saya janjikan dan tidak bisa saya lakukan. Karena untuk dapat melakukan dan memenuhi apa yang telah dijanjikan butuh kerelaan bahkan pengorbanan.

Suatu waktu saya pernah menjanjikan jam tangan sebagai hadiah ulang tahun untuk seorang saaudari. Ketika saya berjanji,saya berniat akan memberikan yang terbaik kepadanya. Akan tetapi pada saat hari ulangtahunnya,saya pergi ke toko untuk membelikan apa yang telah saya janjikan. 

Ternyata harga jam yang mau saya belikan itu sudah naik. Uang saya kurang untuk membelinya. Akhirnya saya putuskan untuk membeli yang lain sesuai dengan kemampuan uang saya. Dengan senang hati saya mengemas kado itu secantik mungkin,karena saya tidak mau dia kecewa karena pemberian saya.

Waktu saya berikan kado pas dihari ulang tahunnya,dia terlihat senang dan gembira. Ucapan trimakasih darinya telah terucap berulangkali dan rasa senangnya diuangkapkan lewat senyumdan kadang tertawa lepas. Saya tau bahwa dia berharap isi bingkisan saya itu adalah benda yang pernah kujanjikan kepadannya. Melihat ekspresinya yang sangat senang,saya pun tak sanggup lagi menahan diri untuk mengatakan yang sesungguhnya.

Saya memanggilnya untuk bicara berdua,dan saya menjelaskan bahwa isi bingkisan saya itu bukanlah jam tangan yang pernah saya janjikan, melainkan boneka.

Saya menjelaskan bahwa uang saya kurang untuk membeli jam itu sehingga saya memilih boneka kesukaannya. Raut wajahnya mulai berbeda,tetapi saya katakan sekarang terserah kamu yang penting janji saya tepati. Seandainya tidak berkenan dengan pemberian saya ,tidak apa-apa. Saya jujur untuk mengatakan yang sebenarnya. Saya tidak mau berpura-pura karena akan menambah beban saya.

Saya juga pernah dijanjikan sesuatu oleh seorang teman.Ketika saya mendapatkan nilai bagus dia akan memberikan sesuatu kepada saya. Setelah saya memberitau bahwa saya mendapatkan nilai bagus,saya tidak mendapatkan respon bahkan janji tinggallah janji. Hingga sampai detik ini janji itu berlalu begitu saja. Tapi yang namanya janji tentu saya ingat. Janji itu bagi saya merupakan kesepakatan antara dua pihak, ada yang memberi dan ada yang diberi. Kedua-duanya berusaha untuk melakukan apa yang menjadi tuntutan dari kesepakatan itu.

Dalam refleksi saya,bahwa kita memang sungguh menyadari banyak janji atau sumpah yang telah kita ucapkan dan sudah diwujudkan,tapi tak jarang juga kita ingkar dengan apa yang sudah dijanjikan. Perlu ketegasan dalam mewujudkan sebuah janji yaitu " JIKA YA KATAKAN YA,JIKA TIDAK KATAKAN TIDAK". 

Karena hanya kitalah yang tau batas kemampuan kita untuk berpikir dan  bertindak. Ketika saya mampu terus terang untuk mengatakan apa yang yang ada di dalam hati saya,maka saat itu juga saya akan memperoleh kemudahan dalam bertindak dan berbicara. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline