Lihat ke Halaman Asli

Gatot Swandito

Gatot Swandito

Saya Minta Maaf Pada Yayat Biaro, tapi Tetap Mengecamnya

Diperbarui: 21 Juli 2015   01:36

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Awalnya saya melihat skrinsyut yang diedarkan teman lewat akun FB-nya. Skrinsyut itu juga yang saya gunakan sebagai ilustrasi pada tulisan saya. Besoknya, 19 Juli 2015 saya mulai menulis tentang twit Yayat Biaro yang saya nilai sangat provokatif.

Karena mendengar namanya pun belum pernah, saya mengawalinya dengan membuka Google. Dari Google saya mendapati tautan akun Twitter milik Yayat berada paling atas. Dikliklah tautan tersebut. Lalu saya cari postingan yang menurut saya sangat provokatif tersebut. Inilah awal kesalahan yang saya lakukan. Saya lupa jika pada saat mengakses Twitter (lewat Google) akun Twitter saya dalam posisi off (akun Twitter saya sudah diblokir sejak 2 bulan yang lalu dan sejak itu saya tidak pernah membukannya lagi karena saya hanya bisa masuk, melihat ini-itu tanpa bisa men-share atau lainnya)

Pada postingan itu saya melihat waktu penayangannya pukul 05.10 AM 17 Juli 2015. Artinya pukul 07.00 WIT.Kemudian saya mencari kronologi peristiwa. Didapatlah 3 versi waktu mulainya peristiwa pembakaran. Ada yang menyebut pembakaran dimulai pukul 07.00 WIT, ada yang memberitakan pukul 07.30 WIT. Karena menurut saya, berdasar waktu postingan Yayat, tidak mungkin pembakaran dimulai pada pukul 07.30, maka saya menggunaka versi 07.00.

Dari versi 07.00 tersebut saya berpendapat bila Yayat sangat gegabah karena begitu cepat dia memposting twitnya. Dan dari waktu yang hanya 10 menit, sangat tidak mungkin bila Yayat melakukan cek n recek.

Saya baru menyadari telah terjadi “sesuatu” dengan artikel yang saya tulis http://www.kompasiana.com/gatotswandito/rusuh-tolikara-anggota-dpr-malah-memperkeruh-situasi_55ab31e76f7e618505b738a8 setelah melihat keramaian soal kejanggalan waktu dari FP Abu Janda Al Boliwudi. Dan, setelah membuka akun Twitter, barulah saya tahu kalau Yayat memposting twit-nya pada pukul 07.10 PM atau 14 jam setelah peristiwa pembakaran. Setelah mengetahui kesalahan saya tersebut saya mengedit artikel saya dengan menghapus 3-4 kalimat pada 20 Juli 2015 sore hari. Sedang tulisan asli saya masih bisa dibaca di sini http://www.islamtoleran.com/waspada-politisi-golkar-ini-ancam-bakar-gereja-di-hari-natal-nanti/ Tetapi, editan tersebut tidak mengubah subtansinya.

Saya tidak tahu apa hubungan saya dengan penyebaran ilustrasi yang mengatakan twit Yayat diposting pukul 07.00 dengan kejadian pembakaran yang dimulai pada pukul 07.52. Dan saya pun tidak menulis adanya rekayasa politik dan Yayat sudah tahu akan adanya pembakaran sebelum peristiwa itu  terjadi. Tetapi saya mendapati penyebar ilustrasi tersebut mencantumkan link artikel yang saya tulis pada komentarnya. Bukan pada statusnya, bukan pada ilustrasinya, hanya pada kotak komentarnya.

Di samping itu pada ilustrasi yang saya tampilkan pada artikel yang saya tulis tidak memperlihatkan jam posting, hanya tanggal saja. Sedang ilustrasi yang diunggal Ustad Abu Janda memperlihatkan jam serta tanggal. Dengan demikian ilustrasi yang disebarkan oleh Ustad Abu Janda bukan berasal dari saya. Saya dan Ustad Abu Janda hanya memilik kesamaan pada jamnya saja: 05.10. Sedang, sekali lagi, tulisan saya hanya bisa ditemukan pada kotak komentar pada FP Ustad Abu. (Sayang FP Ustad Abu kembali bermasalah, entah diblokir lagi atau kenapa).

Tidak jelas juga kapan Ustad Abu mendapati tulisan saya tentang Yayat. Apakah setelah ia memposting statusnya atau sebelumnya. Dan bisa jadi Ustad Abu memposting itu sebelum menemukan dan membaca tulisan saya karena skrinsyut twit Yayat sudah beredar di lini masa sebelum saya memposting tulisan saya.

Maka, alangkah hebatnya kalau ada yang bisa menghubungkan antara saya dengan Ustad Abu hanya dari persamaan “05.10”-nya saja. Berbeda dengan tulisan saya dengan islamtoleran, keduanya bisa dikaitkan karena islamtoleran copas dari saya. Tetapi, antara saya dan islam toleran sulit dikaitkan hanya berdasarkan adanya petunjuk “05.10”. Setidaknya saya tidak tahu caranya..

Walaupun demikian saya minta maaf kepada Yayat Biaro dan teman-teman atas kelalaian saya tersebut. Saya meminta maaf kepada Yayat karena dengan kesalahan saya tersebut telah terbentuk opini jika Yayat grasa-grusu dalam menyampaikan komentarnya, tanpa cek n ricek, dan lain sebagainya. Namun demikian permintaan maaf saya tersebut tidak mengurangi kecama saya terhadap Yayat yang telah memposting kicauan yang sangat mengancam bagi pemeluk Kristiani di Indonesia.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline