Kalau dihitung-hitung, pekerjaan kotor ini sudah kulakukan selama lebih dari tujuh tahun. Setengah dari rentang waktu itu, IndiHome menjadi partner-ku.
Dulu, gegara Internetnya Indonesia masih Lemot, Dua Kali Kutolak Undangan Talk Show Kompasiana TV
"Bisa video call, Mas?" pinta pemilik suara alto di ujung sambungan fitur call aplikasi WhatsApp pada awal Juli 2020.
Sekitar tujuh tahun yang lalu, video call atau fasilitas-fasilitas sejenisnya membuatku mati kutu. Ketika itu kualitas internet di kediamanku yang berada di ketinggian 900-an meter di atas permukaan laut masih buruk.
Saking buruknya, gegara internetnya Indonesia yang lemot itu, sampai dua kali kutolak undangan talk show Kompasiana TV yang ditayangkan langsung oleh Kompas TV.
Pikirku ketika itu, jangankan video call, untuk mengunggah artikel di Kompasiana saja aku sampai terpaksa turun gunung ke tempat yang berada di pinggiran jalan Bandung-Purwakarta. Biasanya di rumah makan Padang atau masjid.
Selain karena kontur geografisnya yang berupa perbukitan, rendahnya kualitas internet di daerah tempat tinggalku juga disebabkan masih minimnya infrastruktur telekomunikasi.
Jangankan di desa, secara nasional saja rata-ratanya kecepatan internetnya Indonesia ketika itu hanya berkisar 3,9 Mbps.
Terbayang, apa jadinya kalau waktu itu aku nekat menerima undangan dari Kompasiana.
Syukurlah, kecepatan internet di Indonesia kian meningkat dari tahun ke tahun.
Jika mengacu pada hasil riset HootSuite dan We Are Social yang dirilis pada April 2022, rerata kecepatan download internet mobile di Indonesia pada 2022 adalah 17,24 Mbps. Sementara untuk kecepatan download internet kabel mediannya di angka 20,46 Mbps.