Lihat ke Halaman Asli

Gatot Swandito

Gatot Swandito

Popularitas AHY pada Demokrat Seperti Rhoma Irama pada Anaknya

Diperbarui: 23 Februari 2021   11:54

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

AHY (Sumber: Kompas.com)

Elektabilitas AHY, menurut hasil survei LSI (Lembaga Survei Indonesia) yang baru dirilis pada 22 Februari 2021, sebesar 4,8 persen. Dengan tingkat elektabilitasnya itu, AHY berada di peringkat kedelapan di bawah Prabowo Subianto, Ganjar Pranowo, Anies Baswedan, Ahok, Sandiaga Uno, Tri Rismaharini, Ridwan Kamil.

Sayangnya pada survei bertajuk "Evaluasi Publik Terhadap Kondisi Nasional dan Peta Awal Pemilu 2024" tersebut, LSI tidak menyertakan tingkat popularitas.

Dengan tingkat keterpilihan AHY tersebut, sangat wajar apabila Partai Demokrat semakin mengukuhkan AHY sebagai harga mati calon presiden yang akan diusung dalam pagelaran Pilpres 2024. 

Sebenarnya, AHY sudah dibandrol harga mati capres oleh Partai Demokrat sejak putra sulung Susilo Bambang Yudhoyono itu masih berusia 31 tahun. Hal ini terendus oleh pantauan Australian Signals Directorate (ASD) sepanjang 2009.

Sosok pria bernama lengkap Agus Harimurti Yudhoyono itu pun diupayakan naik ke pentas politik nasional. Langkah awal dilakukan dengan mengusung AHY sebagai Cagub DKI Jakarta 2017-2022. Namun usaha ini gagal setelah AHY tersingkir pada putaran pertama. Selanjutnya, AHY kembali digadang-gadang sebagai capres atau cawapres dalam ajang Pilpres 2019. Upaya ini pun gagal tanpa hasil.

Nama AHY mulai disebut-sebut oleh dalam bursa Pilpres 2019 sejak April 2017. Ketika itu Indo Barometer menyebut duet Jokowi-AHY memiliki elektabilitas tertinggi, yaitu 48,6 persen.

Untuk popularitas, bila dibandingkan dengan Jokowi, Jusuf Kalla, Megawati Soekarnoputri dan Prabowo Subianto, tingkat pengenalan publik terhadap AHY ada di angka 71,7 persen. Sementara keempat tokoh lainnya berkisar di angka 96-99 persen.

Untuk menggenjot popularitas dan elektabilitasnya, AHY ditunggangkan ke kampanye calon-calon kepala daerah usungan Demokrat dalam Pilkada 2018. Di Jawa Barat, misalnya, AHY menunggangi kampanye pasangan Deddy Mizwar-Dedi Mulyadi yang diusung Demokrat dan Golkar. 

Bahkan, di provinsi penyangga ibu kota Jakarta itu, kampanye AHY jauh lebih masif ketimbang pasangan cagub-cawagub yang diusung partainya. Poster, baliho, spanduk, dan media luar ruangan lainnya yang bergambar foto AHY lebih banyak dan menyebar rata di Jawa Barat. 

Hasilnya, pasangan Deddy-Dedi yang sebelumnya mengantongi masing-masing tingkat elektabilitas di peringkat kedua dan ketiga di bawah Ridwan Kamil harus menelan kekalahan. Keduanya hanya menempati posisi ketiga. Raihan suara pasangan tersebut berada di bawah pasangan Sudrajat-Syaikhu yang sebelum pendaftaran pasangan Cagub-Cawagub Pilgub Jabar 2018 nama keduanya tidak pernah disebutkan oleh semua lembaga survei.

Kekalahan kedua pasangan tersebut bisa dibilang begitu menyakitkan. Pasalnya, Dedy merupakan Wakil Gubernur Jabar Periode 2013-2018. Sebagai aktor terkenal di tanah air, popularitas Deddy paling tinggi di antara calon-calon lainnya. Sementara Dedi merupakan Bupati Purwakarta yang namanya sudah disebut-sebut sebagai calon kuat Gubernur Jabar sejak beberapa tahun sebelumnya.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline