Lihat ke Halaman Asli

Gatot Swandito

Gatot Swandito

"Khilafah 2020": Fiksi NIC yang Diyakini HTI Cs

Diperbarui: 1 Desember 2020   20:01

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Khilafah 2020 (Sumber: Foto layar Dok Pri)

Isu Khilafah 2020 menyerbu jagad maya jelang pergantian tahun 2019-2020. Isu ini diwarnai oleh tagar #Khilafah2020. Tagar ini tidak sendiri. Ada sejumlah tagar sejenis lainnua yang menemaninya. Di antaranya #KhilafahMakinDekat, #KemanaMuslimBerlabuh2020,.#KhilafahWillRiseAgain.

Sederetan tagar ini kembali membanjiri media sosial pada pertengahan Januari 2020. Kali itu tagar #Khilafah2020 dijajari tagar #GlobalCampaign1453 dan #ConquestofConstantinople. Kedua tagar ini dikaitkan dengan hari penaklukan Konstantinopel oleh Turki Otoman pada 29 Mei 1453.

Kemarin, 11 Februari 2020, tagar #2020TahunUmatIslam memuncaki tren popular Twitter pada pukul 15.10 WIB. Rerata netijen yang mencantumkan tagar tersebut mencuitkan seputar kebangkitan khilafah islamiyah.

Melihat trennya, tagar-tagar tersebut diperkirakan masih akan kembali menggempur jejaring media sosial sepanjang tahun 2020. Pasalnya, para pendukung khilafah islamiyah berkeyakinan khilafah islamiyah akan kembali bangkit pada 2020. Keyakinan ini berlandaskan pada hasil kajian National Intelligence Council (NIC) dalam "Mapping The Global Future".

Hasil kajian NIC ini begitu populer di kalangan pencita-cita khilafah islamiyah sejak 2010. Ada banyak unggahan tentang berdirinya khilafah islamiyah pada 2020 yang dikaitkan dengan dokumen yang dirilis NIC pada Desember 2004 tersebut

Isi kajian NIC yang menyinggung kebangkitan khilafah islamiyah ini pun disinggung dalam Konferensi Rajab yang digelar Hizbut Tahrir Indonesia (HTI) di Bantul, Yogyakarta pada 19 Jumadil Akhir 1432 H atau 21 Juni 2011 M.

"NIC meramalkan kebangkitan khilafah islamiyah sangat mungkin menjadi penguasa di tahun 2020. Di samping kekuatan besar seperti AS atau China dan India," kata Juru Bicara HTI Ismail Yusanto ketika itu.

Selain Ismail, banyak tokoh HTI lainnya yang menggunakan kajian NIC untuk menguatkan dalil-dalil berdirinya khilafah islamiyah. Kata mereka, walaupun tidak mengenal dalil-dalil dalam Al Quran dan hadist, juga tidak percaya janji Allah dan bushra (kabar gembira) dari Rasulullah, NIC berpikir secara rasional, futuristik dan antisipatf tentang akan berdirinya khilafah.

"Dan siapa saja yang meragukan berdirinya khilafah disebut orang-orang telmi (telat mikir)," tandas Ismail seperti yang ditulis dalam buku "Proyek Khilafah HTI: Prespektif Kritis karya Dr. Ainur Rofiq al Amin

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline