Lihat ke Halaman Asli

Gatot Swandito

Gatot Swandito

Kasus Munir: Pollycarpus adalah Patriot yang Di-kebo Ijo-kan

Diperbarui: 7 September 2020   07:17

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sejumlah korban dan keluarga korban pelanggaran hak asasi manusia (HAM) menggelar aksi solidaritas untuk aktivis pejuang HAM, Munir (almarhum), di Kantor Komisi Nasional (Komnas) HAM, Jakarta. Mereka meminta Komnas HAM untuk segera membentuk tim penyelidik independen guna mengusut kematian Munir. (KOMPAS/M Yuniadhi Agung)

Kasus pembunuhan Munir masih belum menemui ujungnya. Segumpal misteri masih mengabuti kasus ini.

Benarkah Pollycarpus Budihari Priyanto adalah pembunuh Munir seperti yang selama ini diberitakan? Lantas, benarkah pembunuhan itu didalangi oleh Muchdi PR atau Badan Intelijen Nasional (BIN)?

Belakangan, dalam konferensi pers "15 Tahun Terbunuhnya Aktivis HAM Munir" yang digelar di kantor KontraS pada 6 September 2019, Komisi Keadilan untuk Munir (KASUM) mendesak Presiden Joko Widodo memerintahkan Jaksa Agung Muhammad Prasetyo dan Kapolri Jenderal Tito Karnavian untuk memanggil Muchdi Purwoprandjono.

"Panggil Muchdi PR untuk meminta keterangan tentang adanya setidaknya 41 komunikasi antara Muchdi dengan Pollycarpus. Kenapa? Karena ini merupakan salah satu bukti yang penting dan signifikan untuk membuka kasus ini," kata Koordinator Kontras sekaligus anggota KASUM Yati Andriyan sebagaimana dikutip cnnindonesia.com.

Bukan kali ini saja KASUM mendesak Jokowi untuk menuntaskan kasus Munir. Sebelumnya, pada 30 November 2014 atau hanya satu bulan semenjak Jokowi dilantik sebagai Presiden Republik Indonesia, KASUM mengirim surat somasi kepada Jokowi dan Menkumham Yasonna H Laoly.

Dalam somasi terkait pembebasan bersyarat Pollycarpus itu, KASUM menyampaikan tiga poin, salah satunya belum terungkapnya dalang atau aktor intelektual pembunuhan atas pria bernama lengkap Munir Said Thalib ini.

Kasus pembunuhan Munir bermula ketika pendiri KontraS (dengan "S" ditulis kapital) ini hendak melanjutkan pendidikannya di Universitas Utrecht, Belanda. Pria berkumis tipis ini terbang dengan menggunakan pesawat Garuda bernomor GA-974 pada 7 September 2004.

Sekitar 30 menit, pesawat yang ditumpangi lulusan Fakultas Hukum Universitas Brawijaya ini singgah terlebih dulu di bandara Changi, Singapura, Kemudian pesawat dengan nomor GA-974 ini kembali meneruskan penerbangannya menuju bandara Schiphol, Amsterdam, Belanda.

Dalam perjalanan dari Singapura menuju Belanda itulah Munir diketahui mengalami sakit perut. Beberapa kali Munir bolak-balik ke toilet pesawat. Sakit yang diderita pria berperawakan kurus ini semakin parah.

Tepat pukul 08.10 waktu setempat, Munir menghembuskan nafas terakhirnya pada 8 September 2004. Ketika itu pesawat yang ditumpangi Munir berada di ketinggian empat ribu kaki di atas daratan Rumania.

NFI: Titik Nol Penyelidikan Pembunuhan Munir
Nederlands Forensisch Instituut (NFI) yang memvisum jenazah Munir menemukan racun arsenik dalam dosis yang sangat fatal. Hasil visum lembaga yang merupakan bagian dari Departemen Kehakiman Belanda yang mengurusi penyelidikan kriminal inilah disimpulkan jika lelaki kelahiran Malang 8 Desember 1965 ini atas tindak pembunuhan.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline