Lihat ke Halaman Asli

Gatot Swandito

Gatot Swandito

Demo 22 Mei: Selain Aksi Teroris, Ini juga Harus Diwaspadai

Diperbarui: 21 Mei 2019   10:33

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sumber ilustrasi Kompas.com

Demo 22 Mei, seperti yang diinformasikan sejumlah media, rencananya bakal digelar oleh pendukung pasangan Prabowo Subianto-Sandiaga Uno selama empat hari berturut-turut yang dimulai pada 22 sampai 25 Mei 2019.

Rencananya massa pengunjuk rasa akan mengepung kantor Komisi Pemilihan Umum (KPU) dan juga Badan Pengawas Pemilu (Bawaslu) yang berlokasi di Jakarta.

Pada aksi kali ini, massa akan menyuarakan penolakannya terhadap hasil Pilpres 2019 yang sudah pasti dimenangkan oleh pasangan nomor urut 01Jokowi-Ma'ruf Amin yang berhasil meraih 55,41 suapa pemilih.

Seperti aksi-aksi sebelumnya, seperti Aksi 411, Aksi 212, dan aksi-aksi sekuelnya, demo 22 Mei juga dimotori oleh kelompok yang menyebut dirinya sebagai ulama.

Dan, sebagaimana aksi-aksi sebelumnya, demo 22 Mei ini diperkirakan akan diikuti oleh ratusan ribu massa yang datang dan juga didatangkan dari sejumlah daerah.

Dengan demikian, ada ratusan ribu massa pendemo yang menumpuk di dua titik  selama empat hari berturut-turut. Karenanya aksi unjuk rasa kali ini berbeda dari aksi-aksi sebelumnya yang hanya berlangsung selama satu hari.

Bedanya lagi, jika pada saat aksi-aksi sebelumnya, massa masih menyimpan harapan akan terjadinya suksesi secara konstitusional dari Presiden Jokowi ke presiden terpilih hasil Pilpres 2019, pada aksi kali ini harapan tersebut sudah menguap sejak sejumlah lembaga survey merilis hasil hitung cepatnya.

Bagi massa pengunjuk rasa, satu-satunya cara untuk menggolkan keinginannya hanyalah lewat aksi jalanan. Tetapi, aksi jalanan tidak akan mampu mendorong jatuhnya Jokowi dari kursi pemerintahannya. Untuk itu dibutuhkan kemarahan massa sehingga dapat memicu terjadinya chaos.

Singkatnya dalam aksi kali ini, massa pendukung pasangan nomor urut 02 akan digiring untuk dapat mem-Mei 98-kan Jakarta dan mem-Soeharto-kan Jokowi. Lebih dari itu, jika aparat keamanan gagal dalam meredam kerusuhan, kemarahan massa akan disalurkan untuk men-Suriah-kan Indonesia.

Dari sejumlah unggahan di jejaring media sosial, terbaca jika massa yang datang pada demo 22 Mei telah menyatakan dirinya bersiap untuk berjihad alias siap untuk mati.

Jadi, sejak 22 Mei 2019 ada ratusan ribu massa di ibu kota Jakarta yang berpotensi menimbulkan kerusuhan massal. Dan, sebagian dari mereka sudah bersiap menjadikan dirinya sebagai martir pemicu chaos.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline