Lihat ke Halaman Asli

Gatot Swandito

Gatot Swandito

Survei Kompas: Skenario Terburuk Jokowi yang Patok Kekalahan Prabowo

Diperbarui: 26 Maret 2019   17:36

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sumber Kompas.com

"[BERITA POPULER] Survei Litbang Kompas: Menipisnya Jarak Elektabilitas Jokowi-Ma'ruf dan Prabowo-Sandiaga". Begitu judul yang dipilih Kompas.com sebagai pengantar pemberitaannya seputar rilis hasil survei Pilpres 2019.

Menipisnya jarak elektabilitas Jokowi-Ma'ruf Amin dengan dengan pesaingnya, Prabowo Subianto-Sandiaga Uno, merupakan kesimpulan dari dua survei yang digelar Litbang Kompas pada 24 September-5 Oktober 2018 dan 22 Februari-5 Maret 2019.

Kata "Menipisnya" yang dipilih Kompas, seolah mengopinikan jika jarak atau selisih elektabilitas kedua paslon peserta Pilpres 2019 semakin dekat. Atau dengan kata lain, tingkat elektabilitas Prabowo-Sandi hampir menyalip tingkat elektabilitas Jokowi-Ma'ruf. Dan, pada 17 April 2019 nanti, Prabowo-Sandi dapat mengalahkan Jokowi.

Benarkah demikian.

Dari hasil survei yang dihelat Litbang Kompas, elektabilitas pasangan nomor urut 01 menurun dari 52,6 persen pada Oktober 2018 menjadi 49,2 persen pada Februari 2019. Sebaliknya, selama enam bulan, pasangan nomor urut 02 mampu meningkatkan elektabilitasnya dari dari 32,7 persen menjadi 37,4 persen.

Sebenarnya tidak ada yang aneh dengan hasil survei Litbang Kompas. Sebab, dari sejumlah pengalaman dua pilpres sebelumnya, tingkat elektabilitas calon petahana terus menurun sampai hari-H pemilihan.

Menariknya, Litbang Kompas menyebut tingkat elektabilitas Jokowi-Ma'ruf berada di bawah 50 persen. Tentu saja, bagi Jokowi yang maju sebagai calon petahana, memiliki tingkat elektabilitas di bawah 50 persen merupakan lampu kuning bagi kinerja tim kampanyenya.

Memang, angka yang diungkap Litbang Kompas ini berbeda dengan sejumlah survei yang dirilis lembaga survei lainnya pada dua minggu sebelumnya. Menurut Lingkaran Survei Indonesia (LSI), misalnya, elektabilitas Jokowi-Ma'ruf adalah 58,7 persen. Sementara Saiful Mujani Research and Consulting (SMRC) menyebut Jokowi-Ma'ruf dipilih oleh 57,6 persen responden.

Tetapi, bagaimana pun juga sebuah hasil survei sebenarnya tidak bisa dibanding-bandingkan satu dengan yang lainnya. Misalnya, hasil survei Litbang Kompas tidak bisa di-apple to apple-kan dengan hasil survei LSI maupun SMRC.

Salah satu faktor yang menyebabkan hasil survei antar lembaga survei tidak bisa dibanding-bandingkan adalah waktu pelaksanaan survei. Ambil contoh, hasil survei yang digelar sebelum debat Pilpres dengan hasil survei setelahnya pasti berbeda.

Pasalnya, setelah debat Pilpres, terjadi perubahan pilihan pada kelompok swing voter dan undecided voter. Pasangan calon yang mampu memaparkan visi misinya saat debat Pilpres pastinya akan meningkat elektabilitasnya. Begitu juga sebaliknya.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline