Lihat ke Halaman Asli

Gatot Swandito

Gatot Swandito

SBY vs Antasari, antara Informasi Antasari dengan Bocoran WikiLeaks

Diperbarui: 16 April 2017   06:00

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Semenjak Antasari Azhar diposisikan sebagai korban dari konspirasi
pembunuhan Nasrudin Zulkarnaen, SBY sudah dituding sebagai dalang atas
pembunuhan yang terjadi pada 14 Maret 2009 itu.

Tudingan terhadap SBY sebagai dalang atas konspirasi kasus Antasari
semakin menguat ketika SBY menjaga jarak dari kasus pembunuhan
tersebut dengan tidak mengintervensinya. SBY dianggap membiarkan
proses hukum terhadap Antasari yang berjalan menyimpang.

Dengan semakin banyaknya barang bukti yang diragukan validitasnya
serta sejumlah kesaksian yang dipertanyakan kebenarannya, keyakinan
adanya konspirasi untuk memenjarakan Antasari selaku Ketua KPK dalam
kasus pembunuhan Nasrudin semakin menguat.

Tuduhan kepada SBY sebagai otak di balik konspirasi kasus Antasari
bukanlah tanpa alasan. SBY yang saat itu menjabat sebagai Presiden Ri
memiliki kepentingan pribadi atas besannya, Aulia Pohan, yang saat itu
tengah dibidik KPK dalam kasus korupsi dana YPPI senilai 100 milyar.

Dengan tuduhan tersebut, SBY pun diposisikan sebagai pelaku.
Sebeliknya, Antasari diposisikan sebagai korban. Dengan posisinya
tersebut, SBY mendapat antipati dari masyarakat, di sisi lain Antasari
memperoleh simpati dan empati. Posisi saling berlawanan tersebut sudah
terbangun semenjak terbentuknya teori konspirasi atas pembunuhan
Nasruddin.

Sebagai korban yang mendapatkan simpati dan empati, tentu saja
Antasari dianggap sebagai pahlawan. Kemunculannya di setiap media
selalu ditunggu-tunggu. Bukan saja itu, setiap ujaran yang
disampaikannya diterima sebagai sebuah kebenaran. Bahkan ketika
beredar isu Antasari akan dibebaskan pada November lalu, publik pun
berharap mantan Ketua KPK itu akan membongkar kasus-kasus yang
menjerat Cikeas. Bisa dibilang, Antasari sudah menjadi WikiLeaks.

Lewat situsnya, WikiLeaks mengungkap berjuta dokumen rahasia negara
atau perusahaan. Organisasi yang dimotori oleh jurnalis dan aktivis
internet Julian Assange ini juga sempat menghebohkan tanah air setelah
bocorannya tentang seputar kehidupan Presiden SBY dimuat di dua media
Autralia.

Sebenarnya, dokumen yang dibocorkan oleh WikiLeaks adalah surat kawat
yang dikirim oleh Kedubes Amerikan Serikat untuk Indonesia. Surat
kawat yang dikirim tersebut berisi informasi yang diperoleh Kedubes AS
di Jakarta dari “orang-orangnya”, bisa mata-mata atau agen rahasia,
bisa juga dari staf resminya.

Informasi kawat yang dikirim Kedubes AS tersebut sebenarnya belum
diverifikasi kebenarannya. Jadi, bisa dikatakan surat kawat yang
dibocorkan oleh WikiLeaks tersebut hanyalah informasi kelas warung
kopi.

Misalnya, ada seorang staf Istana Presiden, katakanlah bernama Gasa.
Gasa yang dikenal dekat dengan Presiden RI ini ngobrol-ngobrol di
sebuah resepsi pernikahan. Saking asyiknya ngobrol, Gasa mengungkapkan
kalau setiap akhir bulan ia sering menemukan bungkus obat sakit kepala
di tempat sampah yang diperuntukkan bagi Presiden Jokowi.

Obrolan Gasa ini didengar oleh “orang” Kedubes AS. “Orang” ini
kemudian menyampaikannya ke Kedubes AS. Oleh Kedubes AS, lantas
obrolan Gasa yang dipandang sebagai informasi itu dikirim lewat kawat
ke Amerika. Kawat inilah yang dibocorkan oleh WikiLeaks.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline