Lihat ke Halaman Asli

Gatot Swandito

Gatot Swandito

Kalau Tidak Mau Jadi Uka-Uka, Ikuti Ritual Ini Saat Bermedsos

Diperbarui: 17 Januari 2024   18:15

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sumber: Foto Layar Dok Pri

Bandara Internasional Frankfurt, Jerman, 2 Maret 2011. Seorang pemuda bergurat wajah Albania berdiri di pelataran parkir Bandara Internasional Frankfurt, Jerman. Sesekali dipandanginya sebuah bus yang diparkir tidak jauh darinya. Pada badan bus itu tertulis “United States Air Force”.

Saat ia mengalihkan pendangannya, dilihatnya seorang berseragam tentara angkatan udara Amerika yang akan melintasinya. Sebelum tentara itu melewatinya, pemuda itu buru-buru menghampiri. Basa-basi singkat pun berlangsung. Dimintanya sebatang rokok kepada tentara Amerika yang dihampirinya tadi. Kemudian sebatang rokok pun berpindah tangan. Sambil menyulut ujung rokok yang diterimanya, pemuda itu bertanya, “Pernah ditugaskan di Afghanistan?”

“Yes,” jawab tentara Amerika tadi. Kemudian tentara itu berbalik dan meninggalkan si pemuda.

Tanpa membuang waktu, pemuda itu segera menarik sepucuk pistol dari balik bajunya. Dibidikkannya pistol itu ke arah kepala belakang tentara yang baru beberapa langkah menjauhinya.

“Allahu akbar!” seru pemuda tadi. Bersamaan dengan seruan nama Tuhan dari mulutnya, telunjuk tangan kanannya itu menarik picu FN P35.

“Dor!” Peluru kaliber 9 mm meluncur deras. Dalam sekedipan mata, peluru itu menembus batok kepala belakang tentara Amerika tadi. Satu korban telah jatuh.

Bukannya melarikan diri, pemuda itu justru berlari ke arah bus bertuliskan “United States Air Force” milik Angkatan Udara Amerika. Lewat pintu depan, ia melompat masuk. Begitu berada di dalam, pemuda tadi langsung melepaskan serentetan tembakan ke arah supir dan penumpang bus. Tiga korban kembali jatuh.

Kemudian pemuda itu menodongkan pistol yang digenggamnya ke penumpang lainnya. Mencari sasaran baru. Sekali lagi jari telunjuknya menarik picu. Tapi, kali ini menembak tidak semudah sebelumnya. Pistol buatan Belgia yang digenggamnya terlepas dan jatuh. Bersamaan dengan itu, ia pun diringkus.

Pemuda itu bernama Arid Uka. Pada malam itu, ia telah membunuh dua tentara Amerika, Senior Airman Nicholas Alden dan Airman First Class Zachari Cuddeback dan melukai dua penumpang bus lainnya.

Hasil penyelidikan polisi Jerman mengungkapkan kalau Uka yang saat itu berusia 21 tahun tidak tercatat sebagai anggota dari jaringan teroris manapun. Ia pun tidak pernah direkrut, apalagi dibina di kamp teroris manapun. Aksi penembakan yang dilakukannya di Bandara Frankfurt itu pun dilakukannya tanpa bantuan orang lain alias lone wolf.

Dalam pemeriksaan, Uka mengaku kalau ia terdorong untuk berjihad setelah aktif mengakses internet, khususnya Facebook. Lewat jejaring sosial buah karya Mark Zuckerberg itu, ia aktif dalam diskusi keagamaan. Karyawan Deutsche Post itu sama sekali tidak menyadari kalau dalam diskusi yang berlangsung selama berminggu-minggu itu dirinya tengah dibina oleh sekelompok teroris yang beroperasi di Jerman. Proses perekrutan serta pembinaan seperti yang dilakukan terhadap Uka inilah yang kemudian dikenal sebagai Jihad Ver. 2.0.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline