[caption caption="ATM Bank Syariah Mandiri (Dok. Pri)"][/caption]Setiap jam makan siang ruas Jalan Cangkring di Kota Cirebon, selalu dipenuhi oleh kendaraan yang diparkir. Tidak jarang parkiran kendaraan meluber sampai Jalan Tentara Pelajar yang ada di sebelah selatannya. Puluhan kendaraan itu ditinggal oleh pemiliknya untuk menyantap makan siang di sebuah rumah makan nasi Jamblang. Cukup hanya dengan melihat padatnya parkiran kendaran kita sudah tahu kalau bangku-bangku di dalam rumah makan tersebut sudah terisi penuh.
Situasi serupa juga terlihat pada parkiran sejumlah bank konvensional di Kota Cirebon yang nyaris dipenuhi oleh kendaraan nasabahnya. Sayangnya, “nasib” tempat parkir bank konvensional ini tidak dialami oleh parkiran bank syariah. Setiap harinya, area parkir bank syariah hanya diisi oleh dua-tiga mobil (itu pun dua di antaranya milik kepala bank dan kendaraan operasional bank) dan sederetan motor yang pastinya sebagian dari motor-motor itu milik karyawan bank yang bersangkutan. Jadi, dari parkirannya saja kita sudah bisa menerka seberapa ramai nasabah yang ada di dalam gedungnya.
Luarnya Sepi, “Dalamannya” Juga
[caption caption="Searah jarum jam dar kiri atas: gedung Bank BJB Syariah, gedung BRI Syariah, “dalaman” gedung Bank Syariah Mandiri, gedung Bank Syariah Mandiri. Foto diambil pada Jumat 8 April 2016 pukul 09.27-09.43 WIB (Sumber Dok Pri) "]
[/caption]
Seperti pada Jumat 8 April 2016 lalu, area parkir Bank Syariah Mandiri (BSM) yang berlokasi di Jalan Siliwangi, Cirebon, nampak sepi. Hanya terlihat sebuah mobil yang terparkir. Begitu juga dengan parkiran Bank BJB Syariah yang berada tepat di sebelah utaranya dan Bank BRI Syariah yang ada di seberangnya. Sebelas-dua belas dengan parkirannya, “dalaman” BSM pun sepi oleh nasabah. Hanya ada sepasang suami istri yang duduk berdampingan mengisi deretan bangku paling belakang..Sementara dua puluhan bangku lainnya kosong. Padahal saat itu waktu tengah menunjukkan pukul sepuluh siang atau waktu sibuk.
Sepinya parkiran BSM ini diakui oleh Warso, petugas parkiri BSM, saat ditemui di teras depan BSM.
“Iya, biasanya seperti ini,” kata Warso saat ditanya tentang situasi area parkir yang sudah dijaganya selama 5 tahun.. “Kadang-kadang ramai pating grudug,” imbuhnya dalam bahasa Cirebon dengan logat Bedulan yang kental.
Keterangan sedikit berbeda diutarakan oleh Yadi yang kebetulan saat itu tengah bertugas sebagai satpam BSM.
“Kebetulan saja sedang sepi,” ujarnya sambil memandang deretan kursi tunggu yang kosong. “Biasanya sih ramai,’ tegasnya.
Ternyata, menurut informasi dari sejumlah sobat kompasianer yang tinggal di beberapa kota di Indonenesia, “nasib” serupa pun dialami oleh parkiran bank-bank syariah di kota tempat tinggalnya..
Pertanyaannya, kenapa bank syariah di Cirebon dan di kota-kota lainnya kurang diminati masyarakatnya? Padahal, sekarang ini pelayanan, fasilitas, dan keamanan bank syariah sudah setara dengan bank konvensional. Apalagi, ada satu kelebihan yang hanya dimiliki oleh bank syariah, dan tidak mungkin dipunyai oleh bank kenvensional. Satu kelebihan itu adalah surga. Bukankah setiap orang ingin masuk surga. Sampai-sampai pada tahun 1990-an berseliweran di kaca-kaca mobil stker bertuliskan “Muda Foya-foya. Tua Kaya Raya. Mati Masuk Surga”. Tapi, kenapa bank syariah yang menawarkan surga ini masih saja sepi?